Wednesday, April 17, 2013

PUISI KOLEKSI RAKIB JAMARI (Rintihan Derita Masa Laluku)



1.   TUKANG JAHIT REMAJA
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Temanku bernama Jecky Marzuki.
Umur kami, sama-sama sembilan belas tahun
Kami sama-sama tukang jahit remaja
Jatuh hati pada remaja putri bunga desa yang sama
Bagi Jecky aku adalah saingan
Tapi bagiku, dia adalah teman
Kami berserita tentang Putri Maharani dengan hati saling berbunga
Tapi Putri Maharani, hanya melemparkan senyum padaku
Itulah yang membuat Jecky iri, dengki dan sakit hati.
Berbagai taktik dia lancarkan, untuk menjatuhkan harga diriku.
Tapi dibandingkan kisah asmara, kami lebih sering bicara soal derita negara
Kami  berdiskusi tentang negeri ini yang sudah tergadai,
Tapi para ilmuwan  bungkam

Peristiwa demi peristiwa, konglomerat yang ganas, begitu rakus
Tentang bangsa asing melecutkan, hasil bumi, mengisap hasil pengorbanan rakyat jelata
Jiwa-jiwa remaja penuh semangat, kini tergadaikan,
Begitu deras kami katakan takkan sisakan amarah
Jecky, dengarlah, kisah sejuta ruko, milik Singapura.
Perkebunan sawit, di tanah ini, milik Malaysia.
Tambang emas Papua, jadi milik Amerika.
Hai para remaja, paara pemuda Indonesia raya.
Katakanlah, aku tak akan menjual sebentuk kenangan negara ini
Karena pertiwi adalah jiwaku
Mengakar di hati
Seumpama rundukan padi
yang kini terendam air mata

Kilasan itu tentu saja menjengahkan
Badai datang silih berganti
Meminang nasib sang negeri

Duhai tuan,
Betapa licik dan picik jalan pikiranmu
Membungkus semua dalam keping-keping mata uang
Bunyi gemerincing yang pilukan hati

Jangan pernah lupa
Di sini, tuan lahir dan dibesarkan
Di tanah ini tuan meninggalkan jejak petilasan

Ayo tuan,
Ikutlah denganku
Kita bergegas meninggalkan batas
Ketaksadaran




2. KISAH NEGERI MALANG 
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Yazid, temanku punya bakat musik luar biasa
Biola yang dimainkannya, membuat semua orang terpesona.
Kami penggemar cerita dongeng dan kisah negeri yang malang.
Ciri-ciri negeri yang malang cuma dalam irama lagu padang pasir.
Dongeng pertama berkata, tiada lagi pemimpin yang jujur, di tanah airnya.
Kalaupun ada yang jujur, tidak punya tempat yang mujur
Kecuali hanya akan hancur dimakan jamur
Cepat-cepat diantar ke pintu kubur
Yang bertahan sampai kursinya bertahan
Kedua, pemimpinnya hanya pintar berkelakar
Mulutnya mengulum berbusa-busa retorika dan narkotika
Tanpa hikmah dan makna

Ciri-ciri negeri yang malang.
Keserakahan mewabah, pada setiap orang
Kekuasaan merajalela
Kemunafikan membudaya
Sementara kebenaran takluk oleh rasa takut dan ambisi
Nurani lumpuh oleh nafsu memburu
Iman dan keadilan tunduk oleh kekuasaan

Di negeri ini, ah, manipulasi-korupsi di segala sisi
menjadi tradisi!

Orang-orang yang terpilih di gedung megah kerap berpesta meriah
Dengan alasan safari, mereka mengagendakan rekreasi tiap hari
Sementara yang memilih semakin tersisih dan tertindah

Di negeri ini
Mengimpor beras menjadi hal wajib dan biasa
Padahal para petaninya sendiri semakin teraniaya
oleh harga pupuk yang terus meraja

Sementara yang gencar digalakkan adalah ekspor babu dan asap dan debu

Barangkali kini yang tersisa pada kita tinggal doa
Dalam rintihan asa
Meski tampak tersia

Dan terlebih introspeksi langkah, strategi dan aksi
Di negera ini
Apa yang akan kuberi?


3        .JANGAN MUBAZIR
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Ocu Yanis dari tepian sungai Kampar, menyatakan, untuk apa sekolah, mubazir.
Sampai kini aku tak tahu, adakah pendidikan yang mubazir?
Sekolah mubazir
Atau mata pelajarannya yang mubazir.
Aku sakit hati pada Ocu yang satu itu.
Sebagai seorang sarjana, dia tanyakan, berapa gajiku?
Aku awalnya ingin bangga, tapi akhirnya tersipu malu.
Lagi-lagi dia berkata  yang begitu, itu.
Apakah  gunanya titel sarjana yang dibangga-banggakan sejak dahulu?
Kalau tidak dapat menyambung lambungku, penghilang dahagaku.
Berani berjalan tanpa memilki uang saku.
Tujuh belas tahun kuliah menghabiskan  segudang uang beribu
Dua lumbung  keringat ayah-ibuku, nenekku
Umur kuhabiskan di meja pendidikan
Apakah aku tetap tak mampu memberi anak-anakku sesuap makan
Tidak punya keterampilan apapun

Tujuh belas tahun sudah kuhabiskan waktuku di ruang gerah sekolah dan kuliah
Namun tak memberiku otak brilian dan keterampilan yang sepadan

Aku hanya terampil menyontek garapan temanku
Aku hanya terampil membajak dan menjiplak karya negeri orang
Aku terampil mencuri ide-ide, bukannya mencipta

Apa kabar pendidikan negeriku,
Adakah kini kau sudah berbenah, dengan kurikulum baru?
Sehingga anak cucu akan dapat merasai sekolah yang indah
Dan masa depan yang cerah?

4. KARAKTER BINATANG
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari
Tukang kain, bernama Anwar meletakkan aku di tengah pasar.
Ada kedai kecil, menghadap ke masjid raya, aku tidur di sana.
Aku bersebelahan tinggal dengan seorang pemabuk yang berkarakter binatang.
Dia orang baik-baik, tapi punya ketergantungan pada minuman beralkohol.
Saat itulah keluar karakter binatang.
Melalui pentas ini, aku perkenalkan karakter binatang.
Di antara binatang itu, bernama tiiiiiiikkkkusssss.
Apakah kalian semua tahu binatang apakah tikus itu?
Tikus itu binatang abu-abu, kecil dan serakah tak punya malu
Kenapa tak tahu malu? Sudah kenyang makan masih mengambil makanan lain
Sudah mengambil makanan masih menumpuk makanan lagi dan mencari makanan lain
Menimbun sembilan bahan pokok , di gudang-gudang rahasia, tidak bayar pajak.
Tikus itu kalau dikejar paling cepat lari dan bersembunyi
Tikus bersembunyi dimana saja yang penting aman dan tak bisa ditangkap manusia
Tentu saja tikus tidak mungkin mempertanggungjawabkan perbuatannya
Dikejar kemanapun dan sampai kapanpun, kita tak pernah tahu dimana tikus bersembunyi

Jika seorang pejabat negara, atau pengusaha diberi wewenang oleh atasannya
Memperoleh kehidupan terhormat, mewah tidakkah cukup berbahagia
Mereka diberi amanat untuk menjalankan tugas dan jujur dan sebaik-baiknya
Namun ternyata didiri mereka apa yang sudah diberikan tak ada kepuasan baginya

Amanat untuk bekerja jujur, dilupakan begitu saja
Mulailah mereka menumpuk kekayaan, mencari harta
Segala cara dan berbagai macam dihalalkan begitu saja
Korupsi, kolusi, nepotisme itu hal yang biasa

Jika sudah demikian, tidakkah mereka sama saja dengan binatang tikus
Tikus adalah makhluk Allah tak punya fikiran, tapi mereka punya akal sehat dan fikiran
Jika tikus serakah dan tak punya malu, apakah mereka mau menjadi seperti tikus
Sedangkan mereka orang terhormat yang punya gelar dalam pendidikan

Tikus-tikus KKN yang berwujud dalam diri seorang manusia
Tentu saja kita tak boleh lengah dan harus ditumpas setuntasnya
Tumpas dan basmi tikus-tikus KKN yang mengambil harta Negara
Jangan biarkan Negara rugi dan kita musnahkan tikus-tikus KKN bersama-sama!

5. SUATU NEGRA KAYA RAYA
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Nabi Muhammad bersabda.
Jika anda ingin kaya.
Dunia perdagangan, harus dikuasai, dipelihara dan dibela.
Pedagang kaki limapun, harus dibina.
Akupun  terlahir dengan rasa bangga
Kupelajari  Al-Quran, hadits, dan tiap bulir Pancasila
Kupahami arti bhineka tunggal ika
Siapapun pemimpin itu, kami bangga
Karena aku hidup, berlimpah kekayaan alam yang sempurna

Namun,
Politik datang mengotak atik
Berlomba-lomba mencari simpatik
Agar Negara menjadi hak milik
Rakyat jelata mulai merasa tertipu dan  terpedaya
Terperangkaplah dalam puing cerita

Aku tak perduli siapa pemimpin kita
Aku hanya minta kembalikan duniaku
Kembalikan senyumku yang terenggut
Kembalikan ketenanganku yang terusik

Wahai sang penguasa…..
Berhentilah mengurusi politik
Tataplah aku sang penerus bangsa
Yang teraniaya oleh dunia

Wahai sang penguasa …….
Bukankah rakyat memilih engkau
Karena pintar
Hingga engkau akan mampu
Mengamalkan bulir-bulir pancasila
Mewujudkan bhineka tunggal ika

Wahai sang penguasa…..
Kami anak-anak bangsa
Bagaikan ranting kering yang rapuh


Kami rindu hangatnya mentari itu
Kami rindu tanah gembur itu
Kami rindu hutan hijau itu
Kami rindu suara-suara
Gemericik air diatas genting itu
Kami rindu,
Kami rindu,

6. REMAJA SEKARANG JADIKAN PAHLAWAN
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Remaja sekarang, jadikan pahlawan.
Tidak sedikit remaja sekarang ini, jadi pahlawan ekonomi.
Bagi keluarganya yang mengharapkan sesuap nasi.
Remaja yang tekun dan rajin, ibarat sebatang kayu melahirkan kupu-kupu
Ibara lumut segar
Hijau tebal di sebuah siang

Daun daun basah menebarkan aroma sejarah
Jiwa jiwa remaja suci yang menjadi surga dalam ketiadaan
Bertekat anti rokok, anti narkoba, menurunkan berkah

Akar akar coklat menggeliat
Seperti nyanyian atau semangat yang liat
Dikumandangkan anak anak pejuang anti tawuran
Keluar dari rapatnya kesulitan

Kita membaca ulang nama di batu nisan
Nama nama milik perkelahian pelajar, dengan darah yang telah tumpah
Seharusnya menjadi kekasih bumi ini
Kita membaca ulang riwayat kembang kembang jaman
Sajak sajak remaja di hutan belantara
Yang tekun sekolah, juga dikenal para gerilyawan

Lingkaran waktu melahirkan bangsa
Bayangan pepohonan
Burung burung liar
Kita yang datang dari berbagai madzhab dengan segala sebab
Bertemu dalam langkah air mata yang sama
Menghaturkan terima kasih pada kehadiran
Yang mewariskan keberanian mengorbankan semua
Kecuali harga diri
Kesederhanaan
Kemerdekaan yang tak boleh dinodai

Doa kita semoga senantiasa mengalir memasuki tanah air
Memberi kebaikan pada segala yang harus tumbuh
Meninggalkan perjalanan tanpa dasar
Cinta

Di tepi kota
Udara cukup bersahabat untuk mengolah berbagai pertanyaan
Berbagai kenangan tentang hikayat hikayat gelora
Peretmpuran yang ditembus senjata senjata sederhana
Nyala bara dalam dada kakek nenek kita 


7.  TIDAK AKAN KECEWA
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari


Seorang pemuda bernama Maisya yang hobi makan bubur ubi kayu.
Waktu itu umurnya dua puluh sembilan tahu.
Sedangkan umurku sembilan belas tahun.
Sering bertemu di perahu penyeberangan.
Setiap bertemu, dia melontarkan satu hinaan.
Dia pergi bekerjam bagaian pertukangan.
Sedangkan aku, selalu mengepit buku, sekolah rendahan.
Dia mencemaskan aku, tidak akan mendapatkan apa-apa.
Tapi aku tidak akan kecewa, tanpa kepastian masa depan
Tapi aku akan kecewa apabila, sekolah tidak memberikan keterampilan.
Karena Tuhan telah  memberi  negeriku luasnya  tanah milyaran lahan
Tenaga air yang indah dan melimpah, ditambah lebatnya hujan.

Ibu  pertiwilah yang menyiapkan segala bahan
Dan rupa rupa bahasa yang diperlukan seorang  pejuang masa depan

Kini aku mulai merasa semakin sederhana
Tidak ada kekecewaan yang bisa membuatku terluka
Aku tidak akan kecewa
Jika tidak memiliki masa depan

Setiap saat adalah akhir
Adalah tujuan yang mesti dinikmati
Setiap saat adalah awal
Adalah kekosongan
Mungkinkah ada tempat untuk disesali

Selembar puji bagimu yang menyimpan masa laluku
untuk yang pertama kali
aku ucapkan
aku mencintai tanah
air yang gelap dan indah ini

ibu yang membiarkanku mencicipi batu
kayu
rasa sesak
serta hikayat hikayat
yang kering
yang basah

tulang daging darahku mengubur arah arah
semua yang diharapkan
yang ada disana
ada disini
menjadi kidung
selembar puji
untuk kain kafanku nanti 

8. LUKA-LUKA NARKOBA
Karya :
Muhammad Rakib Janib Jamari
Afdal Karomi, remaja putus sekolah di pinggiran sungai Rokan
Enam kali, keluar masuk penjara, diseret temannya, demi narkoba
Apa yang ditinggalkan rokok dan narkoba, hanya bencana.
Tidak ada yang ditinggalkan
Selain luka
Ketika Afdal Karomi, datang ke rumahku.
Ada isyarat, bahwa dirinya akan membuka dunia baru.
Dunia lamanya adalah dunia petualang yang malang.
Arah arahnya yang  hilang
Begitu juga impian yang tak ingin dikenang.
Dan percintaan yang ringan

Luka berat membakarku
Dalam batu batunya

Bintang bintang bisu
Begitu juga harapan
Dan teman teman yang kelelahan

Aku gemetar
Menerima buah buah kearifan
Dalam suara
Luka yang dalam

Dalam penjara dan luka narkoba yang panjang, memalukan
Keras dan mengejutkan
Aku memberi salam pada kegelapan
Lalu memakan reruntuhan keyakinan
Afadal Karomi, sempat menagatakan padaku.
Demi Tuhan aku tak akan tergoda lagi.
Tapi aku harus pandah, dari lingkungan ini.
Teman-teman di sekelilingku, berada di ruang gelap tanpa cahaya.
Tidak ada yang lebih pasih menurunkan cahaya
Selain luka
benderaku
Afdal Karomi, kini terpuruk lagi.
Habis sudah pertahanan diri, terhapus badai yang bertubi-tubi. 

9. NALURI BUDI PEKERTI
Karya : Muhammad Rakib Janib Jamari

Nuri Merkuri, janda muda yang hidup mandiri.
Sejak lama, dia tiada tahan pada sikap mantan suami.
Gemar mabuk, suka berjudi, Merkuri kehilangan harga diri.
Dia mandi di tepian sungai Kampar, alamnya waktu itu terbuka
Pantang adat, dan moral agama, kadang tergilas begitu saja.
Dia mengatakan padaku. Kami adik beradik, rancak dan cantik-cantik.
Semua mata pemuda pada diri kami, terus melirik.
Aku disudutkannya, karena penampilanku biasa-biasa saja.
Bahkan lebih rendah dari yang biasa, dan layak dihina.
Naluri, budi pekerti, berkata “ tuah manusia,siapa menyangka. !”
Naluri budi pekerti, pencopet, pencuri ayam yang berani mati..
Budi pekerti  perampok kelas teri.
Tanpa akhlak dan budi pekerti gembong-gembong perjudian
Mengelak dari  Bandar-bandar narkoba bertebaran.

Nuri Merkuri, bertahun-tahun menyaksikan, orang  sangat tegas menuntut penjambret.
 Ada berita perampok rumah mewah, dan pencuri sepeda motor.
Tapi penegak hukum begitu lemah dan malu-malu.

Tapi sangat lembut dan mencari-cari alasan agar terdakwa kasus korupsi meninggalkan sidang dengan status tak bersalah.

Selama ini pula kautorehkan budaya remisi bebas bagi narapidana kaya. Tapi hanya memberi sehari dua hari potongan hukuman dari bertahun-tahun di balik jeruji untuk narapidana miskin.
Interupsi!
Mengapa kau pandang bulu?
Mengapa di tanganmu pengadilan menjadi teater yang mementaskan lakon sarat ironi?
Mengapa kau manjakan para koruptor dibalik tirai besi dan rumah sakit?
Nuri Merkuri, menagatakan interupsi!
Kau benar-benar membuatku ragu dan cemas
Jangan-jangan, dari waktu ke waktu kau hanya menjadi budak nafsu dan alat pembersih kejahatan yang bisa dibeli, alat rekayasa para pejabat untuk mencari untung, anjing penguasa, pecundang sejati, atau pengecut?

Nuri Merkuri, kecantikannya tidak seindah nasibnya.
Dia sering salah menilai, salah lagi, mengambil keputusan.
Berapa harga yang harus kubayar agar setiap keputusanmu bisa menumpas tuntas segala tindakan  yang kini semakin melampaui batas?
Kapan kau akan bangkit dan membangun nyali?
Dan akankah kau secerah hangat mentari pagi?
Kini kau dan aku telah sama-sama berubah Nuri merkuri
Engkaupun telah menyaksikan , roda kehidupan, yang dulunya di bawah,
Sudah berada di putaran paling atas.
Ya siapa sangka, begitulah…

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook