Tuesday, April 16, 2013

ZIKIR BERSAMA MELALUI TEROPONG ELEKTRON (MasyaAllah, Keajaiban Alam)





PENDAHULUAN

          Melalaui teropong elektron, Einsteins menangis sambil berzikir. Keluarlah ucapannya, “Kalau beginilah dahsyatnya atom, dengan perputaran elektronnya, dan dahsyat energinya, semuanya teratur, pasti ada yang mengatur di sebalik atom ini yang tidak  dapat dilihat dengan alat apapun, tapi dapat dirasakan.       
            Science which out religion is blind
Artinya   :   ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta.

       ATOM adalah partikel terkecil dari materi. Allah menarik perhatian pada keberadaan atom, meletakkan penekanan pada pentingnya pengetahuan. Sebuah mata telanjang melihat sebuah meja, karpet, dinding atau batu tidak dapat sepenuhnya memahami pentingnya atom dan pengetahuan yang dikandungnya. Sementara Al-Quran menekankan pentingnya atom, itu juga menekankan partikel subatom, "Atau sesuatu yang lebih kecil atau lebih besar dari." Dalam ungkapan "lebih besar dari" pengetahuan terdiri dari komposisi yang lebih besar seperti molekul, keseluruhan yang berada dalam Allah ken. Pria kontemporer dengan Nabi tidak mungkin diketahui bahwa dalam atom dan partikel subatom dan senyawa mereka berbagai jenis pengetahuan yang terdiri. Quran menegaskan kemahatahuan Allah. Menggambar perhatian pada keberadaan atom dan Partikel subatomik yang relevan dengan informasi hari ini bahwa fisika telah ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh saat ini dengan cara fisika kosmologi mempelajari ilmu asal dan struktur alam semesta yang saling terkait dengan data fisika atom. Tanda lain ajaib Quran adalah mengacu ke berat (miskale dalam bahasa Arab) dari atom mana pun kata "zerre" (atom) disebutkan.
         VAST DARI KE terkecil besaran Bayangkan Anda makan pizza dengan nikmat yang besar. Apa bahan nya? Sosis, keju, jamur, tomat dan tepung. Apa konstituen dari sosis, keju, jamur dan tomat dan apa konstituen dari konstituen? Ini serangkaian pertanyaan menuntun kita untuk molekul. Molekul-molekul itu sendiri terdiri dari atom-atom seperti oksigen, hidrogen dan karbon. Kemudian datang proton dan elektron, bersama-sama membentuk akhirnya Inti atom ... Seluruh alam semesta terbuat dari materi atau energi. Dari batang pohon untuk daun, dari tangan manusia untuk matanya, dari ornamen emas untuk gaun katun, semuanya adalah materi. Atom adalah struktur individu yang merupakan unit dasar dari setiap unsur kimia. Proton adalah partikel dasar yang bermuatan positif konstituen materi biasa, dan, seperti neutron, adalah batu bangunan inti atom.
        Elektron adalah partikel elementer yang bermuatan negatif konstituen materi biasa. Ini adalah penemuan baru dari ilmu yang membawa kita pada penemuan televisi, komputer, internet, dll Ambil, misalnya, sebutir pasir di telapak, yang dianggap masalah sederhana, dan memikirkan kuadriliun atom mengandung; quadrillions atom Anda tidak bisa menyelesaikan menghitung sepanjang rentang hidup Anda. Bayangkan bahwa masing-masing atom memiliki elektron yang bergerak mengelilingi inti, seperti planet-planet membuat putaran mereka di sekitar matahari. Kuadriliun A solar sistem terkandung dalam sebutir pasir atau sepotong batu di telapak tangan Anda. Sebuah pikiran yang cerdas akan dengan mudah memahami bahwa tidak ada yang sederhana di alam semesta. Baik itu pizza atau batu, anggaplah bahwa Anda suka recomposing mereka.
          Untuk memulai suatu proyek besar, Anda harus kembali ke awal, untuk ledakan purba, dan ulangi proses. Dalam pengembaraan ini, Anda akan berjalan ke atom, pilar alam semesta, entailing adanya proton, elektron dan neutron, maka Anda akan dihadapi oleh zat gas terbuat dari hidrogen dan helium, ini akan diikuti oleh bintang-bintang dan atom yang diproduksi di bintang-bintang yang suatu hari akan berubah menjadi keju, jamur dan tomat pizza kami.      Dalam rangka untuk benar-benar membuat pizza, kita perlu menciptakan seluruh alam semesta dengan semua tahap itu. Semakin Anda mempelajari studi tentang atom semakin besar menjadi heran Anda. Misalkan satu sen di atas meja adalah inti dari sebuah atom. Orbit bahwa elektron akan menelusuri sekitarnya akan berada pada jarak 2-3 km. Apa yang ada di antara? Jarak antara dua, yaitu, inti dan elektron, adalah vakum. Dengan kata lain, sepotong batu diadakan di tangan kita mengandung di dalamnya quadrillions sistem tenaga surya, namun 99,99% dari itu adalah vakum. Menarik, bukan? Sementara kita mengamati fakta bahwa alam semesta penuh dengan orbit seperti yang dijelaskan dalam ayat (51-The Dispersing, 7), kita menyaksikan tak terbatas kekuasaan Allah dan besarnya. Kekuatan ilahi ini ditunjukkan melalui lebih dari seratus juta galaksi, lebih dari seratus juta bintang yang terkandung dalam masing-masing, planet tak terhitung jumlahnya dan satelit dan orbit quadrillions mereka dirancang. Sebutir pasir, kemudian, berisi quadrillions replika miniatur dari tata surya di mana elektron menari di sekitar inti atom quadrillions.
        Apa yang harus satu kesimpulan dari ini? Untuk mulai dengan, dapat dibandingkan besarnya kekuasaan Pencipta kita juga diamati pada kedalaman materi. Luasnya tak berujung telah diciptakan dari partikel-partikel ini. Gerakan atom adalah gerakan yang sama di sekitar pusat besaran terbatas. Sistem dalam setiap galaksi yang diberikan dan membentuk satu partikel debu adalah sistem yang sama. Penulis itu setitik debu juga merupakan penulis dari alam semesta. Semua ini menunjuk kepada fenomena besarnya kuasa-Nya dan untuk urutan memerintah di alam semesta, serta fakta bahwa tidak ada yang santai dalam ciptaan-Nya. Penciptaan terkecil dan yang terbesar adalah sama bagi-Nya. Penciptaan titik yang berisi triliunan atom dan ruang besar adalah sama bagi-Nya dan kesulitan adalah gagasan tidak berlaku bagi-Nya. Tidak ada batas untuk hikmat-Nya dan kekuasaan. V 27 - Dan seandainya pohon-pohon di bumi dijadikan pena, dan lautan yang disediakan tinta, ditambah dengan tujuh lebih lautan, kata-kata Allah tidak akan habis. Allah memang Maha Kuasa dan Bijaksana.
          ISI sangat kecil dari ATOM Inti atom mengandung proton bermuatan positif dengan listrik. Ini muatan positif saling tolak. Keajaiban penciptaan terjadi ketika proton menempel satu sama lain membentuk satu titik. Daya yang batas-batas proton memukul mundur satu sama lain dan neutron dalam titik tunggal yang besar, itu disebut gaya nuklir kuat. Partikel elementer yang mengandung kekuatan ini disebut dengan "gluon" julukan Prancis yang berarti "lengket" (Energi destruktif besar dari bom atom diperoleh dengan menggunakan gaya ini). Allah, yang merancang segala sesuatu di alam semesta dengan presisi matematis, juga dikandung kekuatan yang besar dengan ketepatan matematis. Gaya ini melekat proton saling memukul mundur satu sama lain; memiliki kekuatan lebih lemah atau kuat telah, proton bisa hancur atau bisa menyebabkan intrusi dari proton dan neutron saling. Bom atom menunjukkan tragis kekuatan besar dari atom. Hal ini juga menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap keberadaan kita di dunia adalah keseimbangan intrinsiknya. Berkat urutan welladjusted memerintah di bidang ini, materi tidak hancur tiba-tiba, sehingga menimbulkan efek berbahaya dari radiasi. Faktor lain yang penting yang memberikan kontribusi bagi stabilitas atom adalah gaya lemah yang melekat di dalamnya. Gaya ini sangat penting dalam membangun keseimbangan inti yang terdiri dari jumlah yang berlebihan dari neutron dan proton. Gaya elektromagnetik adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap keberadaan atom. Ini adalah kekuatan yang membawa daya tarik partikel malah dibebankan dan tolakan dari partikel yang memiliki Muatan listrik seperti. Hal ini dimungkinkan datang bersama-sama dari proton dan elektron. Namun, ini datang bersama-sama memiliki batas-batasnya.
         Elektron tidak menempel pada proton sementara mereka bergerak dengan kecepatan menakjubkan di sekitar inti dalam orbit mereka. Tolakan elektron bermuatan negatif balik dalam suksesi, dan daya tarik elektron oleh proton tidak ada perubahan. Dengan cara ini, elektron tidak menempel proton yang menarik itu, juga tidak pindah. Pencipta sistem ini, dari elektron, kehilangan kesadaran, tidak diragukan lagi Pencipta materi, atom, elektron, dll Mari kita membuat eksperimen sebagai manusia sadar. Bayangkan mengikatkan tali di sekitar pinggang tiga atau empat orang sementara yang lain berdiri di tengah lingkaran.
         Biarkan mereka di tengah mencoba untuk menarik orang-orang terikat terhadap diri mereka sendiri sementara orang luar mengelilingi pusat, dan membiarkan orang-orang membuat lingkaran saling dorong dan mereka di pusat juga, menyerupai gerakan dalam inti atom. Kita tentunya tidak mengharapkan mereka untuk membuat ribuan rotasi per detik seperti elektron. Dapatkah manusia yang wajar terus meniru gerakan atom untuk panjang satu menit? Dan bayangkan untuk sesaat bahwa kita berani meniru model atom dengan 3 atau 4 orbit dan bahwa ada tiga atau empat rotasi di sekitar inti simbolis. Selain ini, anggaplah bahwa pegulat sumo yang mewakili gluon dengan sifat perekat dalam inti mencoba untuk menjaga mereka menarik tali sambil mendorong satu sama lain di tempat mereka. Apakah pengalaman ini akan menjadi canggung! Bagaimana memiliki proton dan elektron telah melakukan pesta ini berulang-ulang tanpa henti selama berkalpa-kalpa dan kalpa dengan quadrillions atom yang terkandung dalam batu kecil? Atom-atom yang ada di alam semesta dan di dalam tubuh kita diproduksi lama lalu di supernova. Kalsium dalam gigi kita, karbon yang mengandung pizza kami, dan atom besi dalam tubuh kita adalah produk dari bintang-bintang dari suhu tinggi. Bahan-bahan baku alam semesta dipersiapkan di laboratorium bintang-bintang ini sebelum berubah menjadi pizza, air, darah, daging, gigi dan mata. Ini bukan kisah petualangan yang terjadi jauh dari kita.
          Tangan kita, rambut, mata, makanan yang sangat kami dan kami duduk di kursi, semuanya melakukan proses ini tanpa pandang bulu. Pencipta kita adalah mengabadikan proses ini tak henti-hentinya dengan kemahakuasaan-Nya dan kemahatahuan. Semua gerakan ini dari atom dan energi inheren di dalamnya adalah apa yang melestarikan keberadaan kita. V 2 - Bagi-Nya lah kerajaan langit dan bumi. Tidak ada anak Dia diperanakkan, juga telah Dia mitra dalam kekuasaan-Nya. Dan Dialah yang menciptakan segala sesuatu, dan memerintahkan mereka dalam ukuran yang tepat.


BAB     I


1.    Siapa Yang Tidak Terucap Zikir Menyaksikan Chocolate Hills Di Filipina. Masya Allah.

Bentuknya sangat aneh. Terdiri dari sekitar 1.268 bukit-bukit berbentuk kerucut yang mempunyai ukuran yang sama, luas lebih dari 50 kilometer persegi (20 mil persegi), formasi geologi ini sangat tidak biasa, yang disebut Chocolate Hills, terletak di Bohol, Filipina. Ada beberapa hipotesis tentang pembentukan perbukitan.

Perbukitan ini termasuk pelapukan kapur sederhana, vulkanisme sub-laut, yang mengangkat dari dasar laut dan sebuah teori yang baru yang menyatakan bahwa merupakan sebuah gunung berapi kuno yang aktif hancur, kemudian memuntahkan batu besar yang kemudian ditutup dengan batu kapur dan kemudian terdorong keluar dari dasar laut.


2.  MasyaAllah Wave Rock (Australia)

The Rock Wave adalah formasi batuan alam  aneh yang terletak di Australia Barat. Seperti namanya batu ini berbentuk seperti gelombang laut melanggar tinggi. Luasnya mencakup beberapa hektar; Wave Rock ini mempunyai tinggi sekitar 15 meter dan panjang sekitar 110 meter.

Salah satu aspek dari Wave Rock jarang ditampilkan pada foto adalah penahan dinding sekitar setengah batu itu. Ini mengikuti kontur dan memungkinkan air hujan akan dikumpulkan dalam sebuah bendungan. Ini dibangun pada tahun 1951 oleh Departemen Pekerjaan Umum.

3. Hell Gate (Uzbekistan)
Dipanggil oleh penduduk setempat Pintu ke Neraka, tempat ini di Uzbekistan terletak di dekat kota kecil Darvaz. Ketika ahli geologi yang melakukan pengeboran untuk gas, 35 tahun yang lalu, tiba-tiba mereka menemukan sebuah gua bawah tanah yang begitu besar.

Tak ada yang berani ke sana karena gua itu penuh dengan gas, sehingga mereka menyulutnya sehingga tidak ada gas beracun bisa keluar dari lubang, dan sejak itu, telah terbakar. Tidak ada yang tahu berapa banyak ton gas yang sangat bagus ini terbakar selama bertahun-tahun, namun sepertinya menjadi tak terbatas.

4.  MasyaAllah, Giants Causeway (Irlandia)
Luas sekitar 40.000 kolom saling basal, yang Giants Causeway adalah hasil dari sebuah letusan vulkanis kuno. Terletak di pantai utara-timur Irlandia Utara, sebagian besar kolom berbentuk heksagonal, meskipun ada juga berbentuk segi empat, segi lima, segi tujuh dan segi delapa.

Yang tertinggi sekitar 12 meter (36 kaki) tinggi, dan lava mengeras di tebing setebal 28 meter di beberapa tempat. Dalam sebuah jajak pendapat 2005 dari pembaca Radio Times, jalan lintas itu bernama sebagai keajaiban alam keempat terbesar di Britania Raya.

5. Blue Lake Cave (Brazil)
Mato Grosso melakukan wilayah Sul di Brasil (dan khususnya kota yang tenang Bonito) menawarkan banyak danau bawah tanah yang mengagumkan: "Gruta do Lago Azul".

Dunia yang terkenal "Gruta do Lago Azul” (Blue Lake Cave) adalah monumen alam yang interior dibentuk oleh stalaktit, stalagmit dan sebuah danau biru besar dan indah dari danau ini. Sesuatu yang mengesankan. The Blue Lake Wave memiliki berbagai formasi geologi dan sangat mengesankan terutama untuk air berwarna biru di dalamnya.

6. Eye of the Sahara (Mauritania)
Bentuklahan ini spektakuler di Mauritania di bagian barat daya dari gurun Sahara yang begitu besar dengan diameter 30 mil yang terlihat dari ruang angkasa.

Struktur Richat disebut - atau Mata Sahara - formasi ini awalnya dianggap disebabkan oleh tabrakan meteorit tapi sekarang ahli geologi percaya merupakan produk dari pengangkatan dan erosi. Penyebab bentuk lingkaran masih misteri sampai sekarang.

7. Crystal Cave of the Giants (Mexico)
Ditemukan jauh di dalam sebuah tambang di Meksiko Chihuahua selatan, kristal ini terbentuk di dalam sebuah gua alam benar-benar tertutup dalam batuan dasar. Gua yang penuh kristal spektakuler setinggi pohon pinus, dan dalam beberapa kasus yang lebih besar dalam lingkaran, warna mereka seperti emas dan perak yang tembus pandang dan mempunyai bentuk luar biasa.

Gua Kristal Giants ditemukan dalam tubuh batu gamping yang sama. Bijih perak-seng-timbal tubuh dieksploitasi oleh tambang dan mungkin dibubarkan oleh cairan hidrotermal yang sama yang didepositkan logam dengan gipsum yang sedang mengkristal selama tahap berkurang mineralisasi.

8. Great Blue Hole (Belize)
Bagian dari Lighthouse Reef System, The Great Blue Hole terletak sekitar 60 mil dari luar daratan Belize City. A, lubang besar hampir sempurna melingkar sekitar satu seperempat mil (0,4 km) di, itu salah satu tempat menyelam yang paling mengejutkan yang akan ditemukan di manapun di bumi.

Di dalam lubang ini, air adalah 480 kaki (145 m) dalam dan itu adalah kedalaman air yang memberikan warna biru tua yang menyebabkan struktur seperti di seluruh dunia dikenal sebagai "lubang biru."

9. Antelope Canyon (Arizona - USA)
Yang paling sering dikunjungi dan difoto ngarai di Southwest Amerika, Antelope Canyon terletak di atas tanah Navajo dekat Page, Arizona.

Ngarai ini termasuk dua yang terpisah, bagian slot fotogenik ngarai, disebut sebagai Upper individual Antelope Canyon - atau "Crack" - dan Hilir Antelope Canyon - atau "pembuka botol."

Nama Navajo untuk Upper Antelope Canyon adalah bighanilini Tse ', yang berarti "tempat di mana air mengalir melalui batu-batu." Antelope Canyon adalah lebih rendah Hasdestwazi, atau "spiral lengkungan batu." Keduanya terletak dalam Bab LeChee Bangsa Navajo.

10. The Wave (antara Arizona dan Utah - USA)
J-rock cantik merah di perbatasan Arizona dan Utah, The Wave terbuat dari gundukan pasir 190-juta tahun yang telah berubah menjadi batu.

Formasi ini tidak banyak diketahui hanya dapat diakses dengan berjalan kaki melalui kenaikan tiga mil dan sangat diatur.

Hadits : Zikir Berasama Itu Sunnah
عن أبي سعيد الخدري قال خرج معاوية إلى المسجد فقال ما يجلسكم قالوا جلسنا نذكر الله قال آلله ما أجلسكم إلا ذاك قالوا والله ما أجلسنا إلا ذاك قال أما إني لم أستحلفكم تهمة لكم وما كان أحد بمنزلتي من رسول الله صلى الله عليه وسلم أقل حديثا عنه مني إن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج على حلقة من أصحابه فقال ما يجلسكم قالوا جلسنا نذكر الله ونحمده لما هدانا للإسلام ومن علينا به فقال آلله ما أجلسكم إلا ذاك قالوا آلله ما أجلسنا إلا ذاك قال أما إني لم أستحلفكم لتهمة لكم إنه أتاني جبريل فأخبرني أن الله يباهي بكم الملائكة
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Mu’awiyah pergi ke masjid, ia berkata: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Mereka menjawab: “Kami duduk berzikir mengingat Allah”. Ia bertanya: “Demi Allah, apakah  kamu duduk hanya karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, hanya itu yang membuat kami duduk”. Mu’awiyah berkata: “Aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, tidak seorang pun yang kedudukannya seperti aku bagi Rasulullah Saw yang hadits riwayatnya lebih sedikit daripada aku, sesungguhnya Rasulullah Saw keluar menemui halaqah (lingkaran) majlis zikir para shahabatnnya, Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Para shahabat menjawab: “Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena telah memberikan hidayah Islam dan nikmat yang telah Ia berikan kepada kami”. Rasulullah Saw berkata: “Demi Allah, kamu hanya duduk karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, kami duduk hanya karena itu”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, sesungguhnya malaikat Jibril telah datang kepadaku, ia memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kamu kepada para malaikat”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi).

Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Shahih. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).

Dzikir merupakan ibadah yang banyak disinggung baik dalam al-Qur’an maupun hadist. Dzikir merupakan perintah Allah yang (sebenarnya) mestilah dilaksanakan setiap saat, di manapun dan kapan pun. Dzikir bisa dilakukan dengan hati dan lisan, dan dengan sendiri maupun dalam sebuah kelompok (majlis dzikir). Dzikir memiliki banyak keutamaan, salah satunya adalah dapat membuat hati menjadi tenang.
            Karena itulah maka dzikir mesti kerap dilakukan, agar hati senantiasa tenang dan senantiasa mengingat Allah. Firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Q.S. al-Ahzab: 41)
Rasulullah telah memberikan contoh berkaitan dengan bacaan-bacaan dzikir atau doa. Demikian pula, berkaitan dengan waktu-waktu di mana kita disunnahkan membaca dzikir tertentu, seperti dzikir setelah shalat, dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan keutamaan-keutamaan dzikir, NU dan Muhammadiyah tidaklah berselisih pendapat. Perbedaan pendapat dalam masalah dzikir ada pada tata cara pelaksanaannya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa di Masjid-masjid di mana warga NU menjadi basisnya, setiap kali ba’da shalat biasa dilaksanakan dzikir berjamaah, yang mana dipimpin oleh Imam shalat. Dzikir tersebut kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin Imam dan diamini oleh makmum. Bukan hanya dzikir setelah shalat, NU juga memiliki tradisi melakukan puji-pujian (shalawat, syair, dll) yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah. Di kalangan warga NU juga biasa digelar acara istighasah, mujahadah, atau dzikir akbar, yakni sebuah acara yang intinya adalah doa dan dzikir bersama dalam sebuah majlis dzikir. Acara tersebut biasanya dilakukan di lapangan, masjid, atau tempat-tempat lain dengan menggunakan pengeras suara.
Sementara itu di Masjid-masjid di mana warga Muhammadiyah menjadi basisnya, tak ada dzikir berjamaah yang dipimpin oleh Imam setelah shalat. Muhammadiyah tidak pula tertarik untuk menggelar dzikir atau doa bersama, atau istighasah.
Lebih jelasnya tentang masalah ini, marilah kita simak dalil dan pendapat dari NU dan Muhammadiyah berikut.
1.      Muhammadiyah
Dalam majalah Suara Muhammadiyah pernah muncul sebuah pertanyaan, begini: “Dzikir dengan suara keras selesai shalat wajib menurut Ibnu ‘Abbas biasa dilakukan pada masa Rasulullah saw, apakah dapat diamalkan?”
Sebelum kami tuliskan jawaban dari Suara Muhammadiyah, lebih dulu kami singgung bahwa dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah tidak terdapat keterangan yang detail berkaitan dengan tata cara berdzikir, lebih-lebih dzikir yang khusus dilaksanakan selesai shalat.
Pada pembahasan masalah “Amal Setelah Shalat Berjama’ah” dalam HPT terdapat keterangan bahwa setelah shalat berjamaah Imam menghadap ke arah ma’mum sisi kanan. Landasannya, salah satunya adalah hadis dari Samarah yang artinya sebagai berikut:
“Adalah Nabi Saw, apabila telah selesai mengerjakan shalat beliah menghadap mukanya kepada kita.”
Selain itu, Tarjih juga menyatakan agar setelah selesai shalat berjamaah, supaya jamaah shalat duduk sebentar. Dasarnya ialah hadits Abu Hurairah berikut:
“Sesungguhhnya para Malaikat memintakan Rahmat untuk salah seorang dari kamu selama masih duduk di tempat shalatnya dan sebelum berhadats; para malaikat mendoakan: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan kasihanilah ia.”
Selain keterangan di atas, tidak kami temukan pembahasan yang rinci berkaitan dengan masalah dzikir dalam HPT. Namun demikian, Muhammadiyah menegaskan dan menjelaskan pendapat-pendapatnya bukan hanya lewat HPT melainkan juta lewat media lain, baik elektronik maupun cetak.
Dalam menjawab pertanyaan di Majalah Suara Muhammadiyah mengenai dzikir dengan suara keras setelah shalat, telah kutip ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang berhubungan dengan dzikir dan doa, meskipun tidak semuanya.
Memang, terdapat sebuah hadis yang dari Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan dzikir dengan suara keras. Yaitu, hadist yang artinya sebagai berikut:
“Dahulu kami mengetahui selesainya shalat pada masa Nabi karena  suara dzikir yang keras".
Namun demikian hadis tersebut, dianggap bertentangan dengan al-Qur’an dan beberapa hadis lainnya.
Dalam surat Al-A’raf ayat 55 Allah berfirman:
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-A’raf: 55)
Surat Al-A’raf ayat 205:
Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S. Al-A’raf: 205)
Dari dua ayat tersebut, Muhammadiyah berpendapat bahwa Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berdoa dan berdzikir dengan merendahkan diri, dalam arti lain tidak dengan mengeraskan suara.
Untuk menegaskan pendapat tersebut, tak lupa Muhammadiyah mendasarkannya pada hadist, yakni sebagai berikut:
“Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu perjalanan, kemudian orang-orang mengeraskan suara dengan bertakbir. Lalu Nabi saw bersabda: Wahai manusia, rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada (Tuhan) yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa kepada (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.” (HR. Muslim)
Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Musa, menegaskan agar merendahkan suara dalam berdoa kepada Allah, sebab Allah Swt tidak tuli dan tidak jauh, melainkan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.
            Hadis yang berasal dari perkataan Ibnu Abbas tersebut, selain dianggap bertentangan, dalam Fatawa-Fatawa Al-Bani diterangkan, bahwa sebagain Ulama menyimpulan lafal “Kunnaa” (kami dahulu), mengandung isyarat halus, yang artinya perkara ini tidaklah berlangsung terus menerus.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda:
“Wahai sekalian manusia, masing-masing kalian bermunajat  (berbisik-bisik) kepada Rabb kalian, maka janganlah sebagian kalian  men-jahar-kan bacaannya dengan mengganggu sebagian yang lain.”
Al-Baghawi menambahkan hadis tersebut dengan sanad yang kuat.

"Sehingga mengganggu kaum mu'minin (yang sedang bermunajat)".
  1. Nahdhatul Ulama
            Pembahasan masalah dzikir dan tata caranya di kalangan warga NU akan kami muat dalam tiga bagian. Petama, dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah; kedua, dzikir dengan suara keras setelah shalat; dan ketiga, dzikir berjamaah (semisal istighasah. dsb) yang diselenggarakan secara khusus.
  1. Dzikir sebelum Shalat Berjama’ah
Setelah adzan, kita tentunya kerap mendengar lantunan puji-pujian dari pengeras suara di masjid-masjid. Puji-pujian itu bisa syair yang berisi nasehat dan peringatan, shalawat (baik shalawat Nabi, Nariyah, dan lan sebaginya) maupun bacaan-bacaan dzikir yang lain. Dzikir dan syair biasanya dilakukan dengan menggunakan pengeras suara, diikuti oleh hampir seluruh orang yang hadir untuk menunggu datangnya imam shalat. Ketika imam telah datang dan iqamat dilantangkan, maka berhenti pula syair dan dzikir tersebut.
Perlu diketahui, bahwa syair atau bacaan-bacaan dzikir yang dilagukan dari masjid-masjid sebelum shalat berjamaah, tidak dilaksanakan di semua masjid. Hanya masjid-masjid tertentu saja, yang mana (biasanya) masyarakat disekitarnya adalah kaum Nahdhiyin.
Bagaimanakah hukum melantunkan syair dan dzikir sebelum shalat berjamaah?
KH Muhyiddin Abdusshomad, telah menerangkan persoalan ini dalam situs resmi Nahdhatul Ulama. Menurutnya, membaca dzikir dan syair sebelum pelaksanaan shalat berjama'ah, adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan. Anjuran ini bisa ditinjau dari beberapa sisi.
Pertama, dari sisi dalil. Terdapat hadis yang menyatakan bahwa dahulu pada masa Rasulullah Saw. para sahabat juga membaca syair di masjid. Dalam sebuah hadits:
Dari Sa'id bin Musayyab, ia berkata:
“Suatu ketika Umar berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, ‘aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia darimu.’ Kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. ‘Bukankah engkau telah mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.’ Abu Hurairah lalu menjawab, ‘Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).’ ” (HR. Abu Dawud)
Berkaitan dengan hadis di atas, Syaikh Isma’il az-Zain dalam Irsyadul Mu'minin ila Fadha'ili Dzikri Rabbil 'Alamin menjelaskan bahwa, melantunkan syair yang berisi puji-pujian, nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yang bermanfaat di dalam masjid adalah sesuatu yang bukan dilarang oleh agama, dengan kata lain hukumnya adalah mubah.
Kedua, dilihat dari sisi syiar dan penanaman akidah umat, menurut KH Muhyiddin Abdusshomad, selain menambah syiar agama, amaliah tersebut juga merupakan strategi yang sangat jitu untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat.
Misal, lantuan dzikir istighfar berikut:
Astaghfirullah, Rabbal baraya, astaghfirullah minal khathoya.
Contoh lain, adalah syair karangan Sunan Bonang berikut:
Tombo ati, iku ana limang perkoro, ingkan ndingin, maca qur’an lan maknane, kaping pindo, shalat wengi lakonono, kaping telu dzikir wengi ingkang suwe, kaping papat, wetengi ngiro luwih ono, kaping limo, wong kang shaleh kumpulono. (obat hati itu ada lima macam, pertama membaca al-Qur’an berserta maknanya, kedua shalat malam lakukanlah, ketiga, dzikir malam jalankanlah, keempat, perutmu laparkanlah (puasa), kelima, berkumpullah dengan orang shaleh.
Dan masih banyak lagi syair-syair lain yang dianggap sangat bermanfaat karena memberikan nasehat dan menedekatkan orang yang membacanya kepada Allah Swt.
Ketiga, dari aspek psikologis, masih menurut KH Muhyiddin Abdusshomad, lantunan syair yang indah itu dapat menambah semangat dan mengkondisikan suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan di masyarakat tersebut dapat menjadi semacam warming up (persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti, yakni shalat lima waktu.
Selain ketiga manfaat tersebut, syair dan dzikir yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah bisa mengobati rasa jemu sembari menunggu waktu shalat jama'ah dilaksanakan. Juga agar para jama'ah tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama'ah dilaksanakan.
Berdasarkan dalil dan hujjah di atas, maka NU tetap melanggengkan tradisi melantunkan dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah di masjid dan mushala. Namun begitu, perlu digaris bawahi, bahwa amalaiah ini tergantung pula pada situai dan kondisi, tidak dibenarkan apabila sampai mengganggu orang yang shalat dan membuat bising masyarakat di sekitar masjid atau mushala.
  1. Dzikir Sesudah Shalat
Kita tahu, bahwa salah satu tujuan dzikir adalah untuk meraih ketenangan, agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Untuk mencapai tujuan itu, tentu dibutuhkan dzikir yang tidak hanya sekedar ucapan lisan, melainkan membutuhkan kesungguhan hati, dalam kata lain, dzikir mestilah dilakukan dengan khusuk.
KH. Cholil Nafis, seorang ulama NU menulis, dzikir harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan hati yang khusyu' penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu' itu diperlukan perjuangan yang tidak ringan. Cara untuk khusuk, menurutnya, berbeda-beda setiap orang. Bisa jadi satu orang lebih khusyu' kalau berdzikir dengan cara duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu' dan khidmat jika berdzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara mengeraskan dzikir atau dengan cara dzikir pelan dan hampir tidak bersuara untuk mendatangkan konsentrasi dan ke-khusyu'-an.
Satu sisi, memang terdapat dalil-dalil yang menyuruh ummat muslim untuk berdzikir dengan suara yang lemah lembut, dan pada sisi yang lain terdapat pula dalil yang membolehkan untuk berdzikir dengan suara keras. NU menganggap dalil-dalil tersebut, baik antara al-Qur’an dengan hadist, maupun hadist dengan hadist, tidaklah saling bertentangan, karena masing-masing memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Beberapa dalil yang menunjukkan kebolehan dzikir dengan suara keras setelah shalat antara lain hadist riwayat Ibnu Abbas:
“Aku mengetahui dan mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras) apabila mereka selesai melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Adra’ juga pernah berkata: "Pernah saya berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang laki-laki di Masjid yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya berkata, wahai Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya'. Rasulullah SAW menjawab: "Tidak, tapi dia sedang mencari ketenangan."
Sementara dalil yang menjelaskan keutamaan berdzikir dengan secara pelan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa'd bin Malik bahwasannya Rasulullah saw bersabda:
"Keutamaan dzikir adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang mencukupi."
Lalu, bagaimana pendapat Ulama NU dalam mengkompromikan dua hadits yang seakan-akan kontradiktif itu? Cholil Nafis, mengutip penjelasan Imam Nawawi sebagai berikut:
“Imam Nawawi menkompromikan (al-jam’u wat taufiq) antara dua hadits yang mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan suara dzikir tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada kekhawatiran akan riya', mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak mendatangkan manfaat seperti agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin mendengar, dapat mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir, mengkonsentrasikan pendengaran jama’ah, menghilangkan kantuk serta menambah semangat." (Ruhul Bayan, Juz III).
Pendapat Imam Nawawi, sebagai juru bicara dari Madzhab Syafi'i, sejalan dengan keterangan yang ditulis Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm, bahwasanya tujuan Nabi Saw. mengeraskan suaranya ketika berdzikir adalah untuk  mengajari orang-orang yang belum bisa melakukannya. Dan jika amalan tersebut untuk hanya pengajaran maka biasanya tidak dilakukan secara terus menerus.
Masalah dzikir dengan suara keras juga disinggung dalam Fathul Mu’in karangan Imam Zainuddin al-Malibari, kitab yang sering dijadikan rujukan kaum Nahdhiyin. Dalam kitab tersebut didapat keterangan bahwa berdzikir dengan suara pelan setelah shalat adalah sunnah, baik bagi orang yang shalat sendirian, maupun berjamaah, imam yang tidak bermaksud mengajarkannya dan tidak bermaksud pula untuk memperdengarkan doanya supaya diamini mereka.
Dari keterangan Zainuddin al-Malibari tersebut maka didapati hukum berdzikir dengan suara keras setelah shalat adalah boleh. Jelaslah sekarang, bahwa NU tidak mewajibkan atau mengharuskan warganya untuk berdzikir dengan suara keras, melainkan tergantung kepada situasi dan kondisi; jika dalam kondisi ingin mengajarkan, membimbing dan menambah ke-khusyu’-an maka mengeraskan suara dzikir itu hukumnya sunnah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Bahkan dalam beberapa keadaan sangat dianjurkan untuk mengeraskan dzikir, demikian menurut Chalil Nafis.

c. Dzikir Berjamaah
Salah satu amaliyah warga NU yang terkenal dan mengundang kontroversi dari Ormas lain adalah Istighasah. Arti istighasah adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Pelaksanaan istighasah diisi dengan doa-doa dan dzikir-dzikir tertentu yang dibaca secara berjamaah dan dipimpin oleh seorang Imam istighasah.
Disebutkan dalam buku Antologi NU, bahwa dalam skala besar, PBNU telah beberapa kali menggelar itighasah Nasional, yang dihadiri lebih dari satu juga kaum Nahdziyin. Pernah diadakan di lapangan Parkir Monas Jakarta, Gelora 10 November dan Lapangan Makodam V brawijaya Surabaya. Di semua tingkat kepengurusan NU, selalu akrab dengan budaya istighasah tersebut, kadang menggunakan istilah istighasah hubro, istighasah nasional, dan lain sebagainya.
Dzikir yang dibaca dalam istighasah dikalangan NU memakai dzikir yang dibakukan oleh Jami’iyah Ahli Thariqah al-Muktabarah an-Nahdhiyah, ijazah dari Sayikhana Chili Bangkalan.
Dalil dianjurkanya istighasah, atau dzikir berjamaah antara lain al-Qur’an surat al-Imran ayat 191:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. al-Imran: 191)
Ada sementara kalangan yang tidak menyepakati digunakannya dalil tersebut sebagai pembolehan dzikir berjamaah. Mereka mengutip pendapat dari Syaikh Dr. Muhammad bin Abdur Rahman al-Khumayyis dalam “Adz-Dzikr al-Jama’i baina al-Ittiba’ wal Ibtida’. Menurutnya, sighat (konteks) jama’ dalam ayat di atas (yakni kata “yadzkuruna”) adalah sebagai anjuran yang bersifat umum dan menyeluruh kepada semua umat Islam untuk berdzikir kepada Allah Swt. tanpa kecuali, bukan anjuran untuk melakukan dzikir berjama'ah. Selain itu jika sighat jama’ dalam ayat tersebut dipahami sebagai anjuran untuk melakukan dzikir secara berjama'ah atau bersama-sama maka kita akan kebingungan dalam memahami kelanjutan ayat tersebut. Disebutkan bahwa dzikir itu dilakukan dengan cara berdiri (qiyaman), duduk (qu'udan) dan berbaring ('ala junubihim), lalu bagaimanakah praktek dzikir bersama-sama dengan cara berdiri, duduk dan berbaring itu? Apakah ada dzikir berjama'ah dengan cara seperti ini?
Selain pernyataan ketidaksepakatan tersebut, yang dipermasalahkan juga oleh mereka yang tidak sependapat adalah bahwa ayat tersebut turun kepada Rasulullah Saw. dan para shahabat berada di samping beliau. Apakah Rasulullah Saw. dan para shahabat memahami ayat tersebut sebagai perintah untuk dzikir bersama-sama satu suara?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dalam buku Risalah Amaliah NU, PCNU Kota Malang. Di sana dibeberkan dalil-dalil lain yang membolehkan dzikir berjamaah, termasuk juga istighasah.
Bahwa Rasulullah dan para para sahabat pernah melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit). Rasul Saw. dan sahabat r.a bersenandung bersama sama dengan ucapan: "Haamiiim laa yunsharuun..".
Cerita ini termuat dalam buku sejarah tertua, yakni Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq. Kitab ini dikarang oleh seorang Tabi’in sehingga datannya dianggap lebih valid.
Pada bab Bab Hijraturrasul saw- bina' masjidissyarif, sebagaimana tertulis dalam Risalah Amaliyah NU, para sahabat juga bersenandung saat membangun membangun Masjidirrasul saw dengan melantunkan syair:
"Laa 'Iesy illa 'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah." Senandung para sahabat kemudian diikuti oleh Rasulullah dengan semangat.
Mengenai makna berdiri (qiyaman), duduk (qu'udan) dan berbaring ('ala junubihim), mengandung tafsir, bahwa ayat tersebut diatas lebih dititikberatkan kepada bagaimana tata cara orang shalat, yaitu bisa dilakukan dengan berdiri, duduk, maupun tiduran. Namun secara umum dapat juga diartikan dzikir secara lafdziy. Seseorang dapat berdzikir kepada Allah dengan segala tingkah sesuai kemampuannya. Dalam majlis dzikir, sebagian orang mungkin duduk, sebagian lagi berdiri dan mungkin ada yang tiduran tergantung kondisi masing-masing individu.
Selain dalil di atas, juga ada hadis Qudsy yang menyatakan anjuran untuk berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran (pelan dan terang), di dalam hati, dalam sendiri maupun berjamaah.
"Bila ia (hambaku) menyebut namaKu dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diriku, bila mereka menyebut namaKu dalam kelompok besar, maka Aku pun menyebut (membanggakan) nama mereka dalam kelompok yg lebih besar dan lebih mulia". (HR Muslim).
Selain itu, Sabda Rasulullah Saw juga telah bersabda:
“Sungguh Allah memiliki malaikat yang beredar di muka bumi mengikuti dan menghadiri majelis majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majelis selesai maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit, dan Allah bertanya pada mereka dan Allah Maha Tahu : “Darimana kalian?” Mereka menjawab: ‘Kami datang dari hamba hamba Mu, mereka berdoa padamu, bertasbih padaMu, bertahlil padaMu, bertahmid pada Mu, bertakbir pada Mu, dan meminta kepada Mu, Maka Allah bertanya: “Apa yg mereka minta?”, Malaikat berkata: ‘Mereka meminta sorga, Allah berkata: ‘Apakah mereka telah melihat sorgaku?, Malaikat menjawab: ‘Tidak.’ Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”. Malaikat berkata: ‘Mereka meminta perlindungan-Mu, Allah berkata: “mereka meminta perlindungan dari apa?”, Malaikat berkata: “Dari Api neraka”, Allah berkata: “apakah mereka telah melihat nerakaku?”, Malaikat menjawab, ‘tidak.’ Allah berkata: ‘Bagaimana kalau mereka melihat neraka Ku. Malaikat berkata: ‘Mereka beristighfar pada Mu.’ Allah berkata: “Sudah kuampuni mereka, sudah kuberi permintaan mereka, dan sudah kulindungi mereka dari apa apa yg mereka minta perlindungan darinya.’ Malaikat berkata: “Wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka, Allah berkata: ‘Baginya pengampunanku, dan mereka (ahlu dzikir) adalah kaum yg tidak ada yg dihinakan siapa siapa yg duduk bersama mereka.”
Dzikir bersama, atau istighasah selain merupakan doa bersama dalam rangka memohon pertolongan menghadapi permasalahan yang besar dan jalan yang ditempuh semakin sulit, juga merupakan tandingan untuk panggung panggung maksiat yang dari hari ke hari kian marak saja, menyeret pemuda dan pemudi untuk larut, sehingga sangat mungkin akan melupakan Allah. NU menganggap istighasah atau dzikir berjamaah merupakan suatu perbuatan yang mulia karena berusaha menggemakan nama Allah.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook