Tuesday, May 14, 2013

KURIKULUM BARU AKIAN MEMBEKALI MURID DAYA SAING


KATA PENGANTAR

Evolusi akan menyeleksi manusia melalui persaingan. Yang kalah bersaingan akan musnah. Itulah yang akan diberikan olah kurikulum baru, yaitu kemampuan bersaing.

   

     Tuailah padi, antara masak,
  Esok jangan, layu-layuan.
               Persaingan kini, semakin tampak,
              Diiringi dengan, berbagai tipuan.

        Kemampuan Bersaing melalui kurikulum baru  atau Keunggulan bersaing diawali dari pendidikan dasar adalah kemampuan meraih perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan pihak lain yang mengelola kegiatan sejenis. Pengertian ini juga harus disesuaikan dengan fungsi-fungsi yang ada dalam pendidikan dan dalam perusahaan, mengingat setiap fungsi-fungsi yang dalam perusahaan akan berhadapan dengan kata persaingan atau tidak satupun di antara fungsi tersebut yang tidak ingin memperoleh keunggulan dalam persaingan. Fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi manufaktur serta fungsi sumberdaya manusia harus dapat bekerjasama secara terpadu dan terintegrasi satu sama lain dan menopang tujuan perusahaan untuk memenangkan persaingan.
                                          
        Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka kalangan yang berpendapat bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan dalam menggunakan sumberdaya informasi idealnya pengembangan strategi perusahaan yang efektif dan efisien tidak cukup hanya melalui pendekatan yang terpilah-pilah, tetapi harus menyeluruh sebagai satu kesatuan system yang utuh dalam konteks yang relevan. Pendekatan sistem membuat pemahaman keseluruhan interaksi antara berbagai elemen penting dan dinamis karena daur ulang formulasi dan strategi perusahaan, serta evaluasi harus memperhatikan berbagai elemen penting interaksinya.

         Hal ini juga berarti bahwa dimensi waktu merupakan factor penting yang secara eksplisit harus dipertimbangkan dalam persaingan bisnis modern. Wajar bagi sebuah perusahaan memiliki begitu banyak pesaing yang tidak henti-hentinya berusaha untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Dalam teori-teori manajemen klasik, yang sebagai pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk dengan tipe dan karakteristik yang relatif sama. Perusahaan-perusahaan biasanya berada dalam sebuah industri yang berbeda sehingga mudah untuk diidentifikasikan mana yang memiliki potensi sebagai kompetitor dan mana yang bukan. Berdasarkan penelitian tehadap 80 perusahaan pemimpin pasar, Treacy dan Wiersema mengidentifikasi tiga kelompok disiplin yang dapat dijadikan tumpuan untuk memenangkan persaingan, yaitu : 1. Keunggulan Operasional ( operational excellence )

       Tujuan dari penyampaian keunggulan operasional adalah untuk menjadi pemimpin industri dalam aspek kualitas, harga, dan kemudahan. Strategi ini cocok untuk segmen pasar yang memprioritaskan biaya total terbaik (best total cost), tetapi tetap mempertimbangkan pula faktor kualitas dan kemudahan mendapatkan produk atau jasa tersebut. 2. Kepemimpinan Produk ( product leadership ) Untuk mencapai kepemimpinan produk, suatu perusahaan perlu secara terus-menerus melakukan pengembangan dan inovasi produk dan jasa yang dihasilkan. Dengan demikian diharapkan perusahaan selalu dapat memimpin dalam penciptaan state of the art product or service.


        Strategi ini sangat tepat ditujukan kepada pelanggan yang mengutamakan kinerja atau keunikan produk. Ada tiga tantangan yang dihadapi perusahaan seperti ini. Pertama, sekolah bagaikan perusahaan dituntut untuk selalu kreatif. Kedua, ide-ide yang muncul harus dapat dikomersilkan secepat mungkin. Ketiga dan yang paling penting, perusahaan juga dituntut untuk berani menciptakan tandingan bagi produk/jasa terbarunya sendiri. Misalnya, dengan cara menghasilkan produk sejenis yang lebih baik. 3. Keakraban dengan pelanggan ( customer intimacy ) Keakraban dengan pelanggan mengandung arti perusahaan selalu berusaha menyesuaikan produk maupun jasanya dengan kebutuhan spesifik dan special setiap pelanggan. Jadi perusahaan tidak sekedar menjual barang/jasa, tetapi menjual solusi total dengan memberikan pelayanan dan advis yang bersifat personal. 



Hendak dulang, diberi dulang
Dulang berisi, sagu mentah
Persaingan kini, terlalu curang,
Semakin lama, semakin parah.


     Lancang kuning, kapal pusaka,
         Nampak dari, Tanjung Kiandan.
          Belajar tentang, yang positif saja.
             Lupa dengan, jahatnya persaingan.


Asam kandis, mari dihiris.
Manis sekali, rasa isinya.
Persaingan jahat, dipandang manis
Tipu daya, memakai beribu cara.


     Ayam hutan, terbang ke hutan.
    Tali tersangkut, pagar berduri
   Adik bukan, saudara bukan.
       Teman yang jujur, sukar dicari.


Ayam rintik, di pinggir hutan
Nampak dari,  tepi telaga
Teman yang licik, jadi ingatan.
Seribu tahun terkenang juga.


      Bila memandang, ke muka laut
         Nampak sampan, mudik ke hulu
          Kejamnya ersaingan, sulit disebut,
Budi yang baik ingat selalu


Burung Serindit terbang melayang
Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati


Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu


Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh


Laksamana berempat di atas pentas
Cukup berlima dengan gurunya
Bagaikan dakwat dengan kertas
Sudah berjumpa dengan jodohnya 
          Penulis dan teman-teman dari IKMI Riau, menjilbabkan Kota Pekanbaru, mulai tahun 1984. Saat itu penulis baru masuk anggota muballigh IKMI dengan No 430 yang masih dipakai sampai hari ini. Titel penulis waktu itu BA, lengkapnya M.Rakib,BA. Saat itulah yang yang sangat gencar dialog Ketuhanan. Apakah Tuhan itu ada apakah “Tidak”. Setelah selesai dialog seru, kami membuktikan adanya Tuhan melalui sains, logika, dan firman Allah. Rombongan kami waktu itu sebahagian berlatarbelakang PII Riau, mahasiswa IAIN dan UNRI, yang juga muballigh. Ketua IKMI waktu itu Bapak Chalil Ali.
          Setelah 30 tahun berlalu, penulis masih mengulang-ulang intisari dialog tentang TUHAN, ADA atau tidak. Awalnya para peserta sengaja dibuat agak ragu, setelah itu barulah diberikan keyakinan, dan hasilnya luar biasa, semua wanita Pekanbaru berjilbab sampai hari ini. Tanpa penulis sadari, para pegai Bank pun akhirnya berjilab, baik Bank Syari’ah maupun Bank umum. Hal ini bukan karena keberhasilan dakwah penulis dan teman-teman tapi, memang banyak pihak waktu itu termotivasi, sehingga mata penulis rasanya sejuk melihat para wanita berjilbab. Mereka, ada dokter, Bankir, pegawai kantor pos, Sungguh al-hamdu lillah.


PENDAHULUAN

         Pentingnya dibahas masalah TUHAN ada atau tidak, karena kelompok atheis anti Tuhan, jumlahnya semakin banyak di hari ini. Mereka bertuhan kepada logika semata.

Atheis              :         Pada tahun berapa Robbmu dilahirkan?
Abu Hanifah  :         Allah berfirman: “Dia (Allah) tidak melahirkan dan tidak dilahirkan.”
Atheis :Pada tahun berapa Dia berada?
Abu Hanifah :Dia berada sebelum adanya sesuatu.
Atheis :Kami mohon diberi contoh yang lebih jelas dari kenyataan!

Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka empat?
Atheis :Angka Tiga
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka tiga?
Atheis :Angka dua
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka dua?
Atheis :Angka satu
Abu Hanifah :Angka berapa sebelum angka satu?
Atheis :Tidak ada angka (nol).
Abu Hanifah :Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa kalian heran kalau sebelum Allah Yang Maha Satu yang hakiki, tidak ada yang mendahului-Nya?

II. Maksud Allah Menghadap Wajahnya

Atheis: Kemana Robbmu menghadapkan wajahnya?
Abu Hanifah: Kalau kalian membawa lampu di gelap malam,kemana lampu itu menghadapkan wajahnya?
Atheis: Ke seluruh penjuru.
Abu Hanifah: Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma
buatan itu, bagaimana dengan Alloh Ta′ala, nur cahaya langit dan bumi?.

III. Zat Allah SWT

Atheis: Tunjukkan kepada kami tentang zat Robbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Abu Hanifah: Pernahkah kalian mendampingi orang sakit yang akan meninggal?
Atheis: Ya, pernah.
Abu Hanifah: Semula ia berbicara dengan kalian dan mengge rak-gerakkan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam dan tidak bergerak. Nah apa yang menimbulkan perubahan itu?
Atheis: Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.
Abu Hanifah: Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana?
Atheis: Ya, kami masih ada
Abu Hanifah:Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat, seperti besi, atau cair seperti air, atau menguap seperti gas?
Atheis: Entahlahlah kami tidak tahu.
Abu Hanifah: Kalau kalian tidak bisa mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk,
bagaimana kalian bisa memaksaku untuk mengutarakan zat Alloh Ta′ala?!!

IV. Dimana Allah SWT

Atheis: Dimana kira-kira Robbmu itu berada?
Abu Hanifah: Kalau kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin kalau dalam susu itu terdapat zat minyaknya (lemak)
Atheis: Tentu
Abu Hanifah: Tolong perlihatkan padaku, dimana adanya Zat minyak itu
Atheis: Membaur dalam seluruh bagiannya
Abu Hanifah: Kalau minyak yang makhluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak
kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Alloh ta′ala?

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook