Friday, June 14, 2013

ILMU REKAYASA ADA YANG NEGATIF


 ILMU REKAYASA ADA YANG NEGATIF

KATA PENGANTAR


        Tujuh belas tahun lamanya penulis menadi guru agama PNS, di Beberapa SMA di kota Pekanbaru-Riau Indonesia. Selama itu pula penulis bergulat memperbaiki moral siswa dan guru yang terdekat. Kemudian penulis menjadi dosen dan widyaiswara LPMP Riau. Maslah moral juga sering terabaikan akibat pandangan materialisme yang agak berlebihan. 




      Moral agama mencegah rekayasa teknologi berlebihan  dan kerakusan manusia di bidang ekonomi yang berlebihan pula. Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi telah merambah ke berbagai sector kehidupan. Kemajuan teknologi tersebut tidak hanya merombak struktur kehidupan sosial dari togherness menjadi individualis. Di mana kehidupan tersebut (individualis) semakin mengakar kuat, yang menyebabkan rasa solidaritas semakin tersingkirkan dari nurani mereka (individualis) bagaikan penyakit menular yang ganas dan sangat sulit untuk disembuhkan.

    Kemajuan itu bukan hanya merombak konsepsi manusia sebagai manusia (seperti apa yang telah kita lihat sekarang justeru manusia yang diperbudak oleh teknologi). Perombakan itu bukan hanya sekedar pada nilai-nilai yang telah melembaga dalam masyarakat, akan tetapi juga telah menyebabkan renggangnya hubungan manusia dengan agama. Kemajuan teknologi yang mampu merombak struktur paadangan manusia terhadap agama. Agama dirasakan sebagi sesuatu yang usang, penghalang kemajuan. Agama bukan lagi sebagai pedoman, bukan lagi sebagai penerang, penenang, dan penentram jiwa, melainkan hanya sebagai pelengkap atau formalitas saja.

BAB   I
PERTENTANGAN KEBENARAN AGAMA
DAN KEBENARAN SAINS

A.Galileo Galilei membuktikan agama di pihak yang salah

Galileo menyatakan bumi yang berputar mengelilingi matahari, sedangkan agama masehi menyatakan, matari yang menglilingi bumi, karena Galilei punya teropong astronomi yang dibuatnya sendiri, dpat dibuktikan oleh siapapun. Akibat kondisi yang demikian, maka timbullah asumsi bahwa agama harus pula diadaptasikan dengan kemajuan teknologi. Dengan kata lain agama harus cocok dengan perkembangan teknologi dari masa ke masa.

Dari sinilah kemudian timbul pemikiran-pemikiran untuk merasionalisasikan agama sejalan dengan perkembangan teknologi. Eksistensi agama pun menjadi kabur. Nilai-nilai yang terkandung dalam agama menjadi rapuh dan terabaikan. Karena agama harus merangkak-rangkak mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi.Padahal, kemajuan ilmu dan teknologi telah menghantarkan manusia ke arah pertanyaan yang tak terjawabkan. Kemajuan teknologi telah membangkitkan dan membangun konstruksi manusia berlipat ganda. Hasrat ini (limpahan nafsu konsumsi) telah memaksa manusia lewat ilmu dan teknologinya mengeksploitasi kekayaan alam sejadi-jadinya. Kekayaan alam menjadi terkuras dan nyaris habis. Dalam beberapa dekade,kekayaan alam diperkirakan akan habis.

Implikasinya tidak hanya sampai di situ saja. Ekologi (Lingkungan hidup) pun menjadi rusak karenanya. Hal ini menjadi alasan bagi kaum environmental is (pecinta alam) untuk menolak pemakaian teknologi secara ambisius dan hanya memenuhi gejolak konsumsi manusia saja.

Teknologi pun punya peranan besar dalam kepincangan pembagian rezeki (kemakmuran) di dunia. Di mana suatu negara yang memiliki teknologi yang tinggi dan canggih telah merampok, menjajah, menguras kekayaan dunia ini sejadi-jadinya melalui teknologi tersebut. Kehidupan mereka menjadi makmur dan sejahtera. Akan tetapi pada belahan dunia yang lain kehidupan rakyatnya sangat menyedihkan. Mereka hidup dalam kesengsaraan yang berkepanjangan, akibat kekurangan bahan pangan. Sementara di negara-negara lain rakyatnya berfoya-foya.

Ironisnya, makanan yang buat negara maju diberikan kepada binatang temak, di belahan dunia yang lain disajikan buat manusia. Di sini, eksistensi manusia sudah semakin rapuh, harga manusia di negara yang miskin yang teknologinya tidak maju sama dengan harga kucing, anjing, kuda, dan binatang lain yang dipelihara masyarakat negara-negara yang telah maju.
Sekarang proses perkembangan teknologi masih terus saja berlangsung. Belum ada tanda-tanda pemberhentiannya. Sedangkan implikasinya yang dirasakan demikian menawan hati. Bahkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memang benar-benar telah membawa manusia pada suatu tebing pertanyaan yang tak terjawab.
Jawaban yang ditunggu-tunggu adalah dari agama. Akan tetapi karena manusia telah terlanjur merangkak-rangkakan agama mengejar ilmu dan teknologi, maka pada siapakah pertanyaan ini harus dimintakan jawabannya?.

Kata “teknologi” seolah-olah menjelma menjadi makanan pokok bagi manusia di era sekarang. Betapa tidak, serangkaian aktivitas manusia mulai sedari bangun tidur sampai tidur kembali pun tidak lepas dari yang namanya “teknologi”. Sejatinya tak jarang dari mereka yang tidak tahu apa sebenarnya teknologi itu, bahkan sekadar definisinya pun sering kali terabaikan. Umumnya, masyarakat hanya sebatas pada tingkat penerapan teknologi.  Kata “teknologi” berasal dari
 techne yang berarti cara dan logos yang berarti pengetahuan. Secara harfiah teknologi dapat dimaknai sebagai pengetahuan tentang cara. Secara umum teknologi merupakan cara melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang,memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia[1].

 Meskipun istilah teknologi baru terdengung-dengungkan awal abad 19 M, sejatinya teknologi sudah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan keinginan manusia untuk hidup lebih nyaman, mudah, makmur dan sejahtera. Dari era sebelum masehi sampai era gobalisasi, teknologi selalu berkembang dan menunjukkan status funsionalnya terhadap tatanan hidup manusia. Sebut saja Ibnu Al Haytsam (1039 M), di awal abad 10 M menemukan hukum pemantulan dan pembiasan yang memungkinkan manusia mempunyai teknologi optikal sebagai alat bantu penglihatan serta memungkinkan manusia untuk mengukur ketinggian bintang kutub. Penemuan ini jauh sebelum penemuan di bidang serupa oleh Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, Newton, maupun Snellius[2].

 Satu lagi, berkat temuan ilmuwan penuh karya yang lahir di Milan, Ohio, Amerika Serikat, kita dapat merasakan terangnya dunia malam dengan lampu, menikmati kereta dengan lokomotif listrik yang lebih ramah lingkungan, mengeraskan suara dengan bantuan mikrofon, dan dapat mendokumentasikan segala aktivitas dengan kamera film. Thomas Alva Edison, dialah ilmuwan yang berjasa besar berkat penemuannya yang brilian dan tepat guna. 

Seiring bertambahnya massa dan populasi manusia di bumi, teknologi seolah-olah selalu bermetamorfosa dari satu bentuk ke bentuk lain yang lebih berdampak besar bagi kehidupan manusia. Semisal dekade terakhir abad 20, televisi menggunakan layar vacum tube sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke era televisi LED. Begitupun dengan jenis barang atau alat yang lainnya, semua selalu diperbarui guna memberikan manfaat yang lebih besar untuk manusia. Rangkaian perubahan-perubahan teknologi tersebut sering dimaknai sebagai “Perkembangan Teknologi”.

Perkembangan teknologi tidak dapat dihindari dalam segala bentuk kehidupan manusia, mengingat perkembangan teknologi sangat erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap rekayasa ataupun penemuan baru memberikan manfaat positif dalam keberlangsungan hidup manusia. Semisal di bidang teknologi informasi, manusia sekarang dapat berkomunikasi secara leluasa tanpa adanya hambatan ruang dan batas teritorial. Manusia dapat membentuk koloni di sosial media tanpa harus bertemu satu sama lainnya. Bagaimanapun, segala sesuatu dapat dipastikan mempunyai dua sisi yang berbeda seperti halnya dua sisi mata uang. Ada nilai uang, ada gambar, ada baik, ada buruk, ada positif dan tentunya ada negatif. Begitu pula dengan kemunculan penemuan di bidang teknologi, banyak dampak positif namun juga tak kalah banyak dampak negatif yang muncul.

 Sebagai contohnya kasus yang dewasa ini sangat menghantui masyarakat, khusunya sangat rentan untuk anak-anak dan masyarakat awam yaitu penipuan berkedok undian berhadiah. Dulu penipuan ini masih dilakukan melalui pesan singkat di telepon seluler, namun seiring berkembangnya motif, semakin canggih juga cara yang dilakukan untuk menjerat korban. Modus baru yang dilakukan yaitu dengan menyertakan alamat website yang bertujuan semakin meyakinkan korban. Tampilan website yang dibuat pun mirip dengan tampilan website nama perusahaan yang dijadikan kedok. Berikut adalah contoh SMS penipuan yang menyertakan alamat website: “Selamat Anda dapat hadoah Toyota Avanza dari Telkomselpoin. Untuk info kebenarannya cek PIN Anda di www.hadiah-telkomselpoin.tk.” Pesan itu dikirim oleh 08219720xxx [3].

Setelah dibuka, website itu memang ada dan mencantumkan nama korban dalam daftar pemenang. Inilah salah satu contoh penyalahgunaan teknologi informasi oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Permasalahan kemunculan dampak negatif dari teknologi tidak lain hanyalah dikarenakan cara penyikapan manusia itu sendiri. Sikap positif dipastikan akan menimbulkan cara penggunaan teknologi yang positif, begitu pula sikap negatif akan berdampak pada cara pengguaan teknologi yang cenderung negatif dan parasit terhadap lingkungan sekitar. Jadi, untuk meminimalisir dampak negatif dari perkembangan teknologi, dapat dimulai dengan menempa cara penikapan manusia pada umumnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengajaran dan penerapan ilmu sosial sedari dini. Ilmu sosial yang telah diintegrasikan dengan sistem pendidikan sering dikenal sebagai Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan realitanya IPS dijadikan sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar kemudian di-fisi-kan ke beberapa cabang pembahasan di tingkat pendidikan menengah.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan paduan disiplin ilmu yang mencakup sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Perumusan IPS diangkat dari segala realitas dan fenomena yang ada di kehidupan masyarakat melalui berbagai pendekatan interdisipliner ilmu pengetahuan. Ilmu Pengetahuan Sosial pada dasarnya mempunyai beberapa pilar utama konsep bahan pembelajaran, yaitu interaksi, saling ketergantungan, kesinambungan dan perubahan, keragaman, konflik dan konsesus, pola, tempat atau geografis, kekuasaan, nilai kepercayaan, keadilan dan pemerataan, kelangkaan, kekhususan, budaya dan nasionalisme[4]. Pilar-pilar inilah yang mencerminkan tujuan positif dan urgensi akan keberadaan ilmu pengetahuan sosial di tengah-tengah belantara kehidupan masyarakat.

Korelasi pentingnya pengajaran IPS di sektor pendidikan dengan upaya mitigasi dampak negatif perkembangan teknologi sejatinya mulai terdeteksi pada tujuan awal kemunculan IPS itu sendiri. Tujuan utama IPS yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat[5]. Inti dari tujuan tersebut yaitu menumbuhkan kepekaan sekaligus menempa konpetensi peserta didik dalam pemecahan masalah sosial kemasyrakatan termasuk permasalah perkembangan teknologi yang memunculkan dampak negatif bagi masyarakat.

Bagaimanapun, penyalahgunaan teknologi merupakan fenomena sosial sehingga untuk mengantisipasinya diperlukan sebuah tatanan ilmu terpadu tentang sosial kemasyarakatan, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. Integrasi ilmu pengetahuan sosial di pendidikan formal merupakan upaya yang sangat tepat. Pasalnya, kebutuhan praktis di lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan landasan teoritis guna merelavankan tingkah laku dengan kondisi masyarakat. Pada akhirnya dengan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di pendidikan, diharapkan peserta didik lebih sadar akan penggunaan teknologi ke arah yang positif. Selain itu, peserta didik khususnya di jenjang pendidikan menengah dan tinggi juga diharapkan menjadi embrio sekaligus mentor bagi masyarakat dalam upaya penyikapan positif atas segala permasalahan sosial dalam pemanfaatan perkembangan teknologi sehingga terbentuklah tatanan masyarakat madani dan sadar teknologi.

REFERENSI
[1] Anggoro, D. A. (2009 , November 29 ). Perkembangan Teknologi Dalam kehidupan Manusia . Retrieved April 23 , 2013 , from http://dwipo-ilmualamiahdasar.blogspot.com/
[2] Anonim. (n.d.). 101 Ilmuwan Muslim . Retrieved April 24 , 2013 , from "Guide us to the Straight Path" (QS 1:6) : http://islamislogic.wordpress.com/100-ilmuwan-muslim/
[3] Desy Afrianti,Taufik Rahadian . (2013 , April 23 ). Awas, Komplotan Penipuan SMS Jaring Korban Lewat Website Palsu . Retrieved April 24, 2013, from Viva News : http://metro.news.viva.co.id/news/read/407438-awas--komplotan-penipuan-sms-jaring-korban-lewat-website-palsu.
 [4] Direktorat Tenaga Pendidik  Dirjen PMPTK Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial. Jakarta.
[5] Ibid.


BAB     II
ANAK-ANAK  TENTANG  AGAMA DAN TEKNOLOGI

Anakmu adalah musuh bagimu.Hati-hatilah terhadap mereka. (QS Al-Taghobun : 14). Tren kehidupan modern kini telah dirasakan oleh segenap masyarakat dunia. Anak-anak, remaja,  dan dewasa, cenderung menjadi anak durhaka, anak pornografi, baik laki-laki maupun perempuan merasakan dampak positif dan negatifnya. Tak terbayangkan, esok lusa anak-anak kita akan akrab dengan perangkat teknologi yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh orang tua dan kakek-nenek kita. Tak terbayangkan pula, bahwa anak-anak kita nanti akan lebih pintar memainkan perangkat teknologi dibanding guru-guru mereka. Bila demikian, tak terbayang pula bagaimana sekolah bisa mengantisipasi beban dan tanggung jawab mengawal generasi penerus perjuangan bangsa nantinya.

       Dunia modern dan arus pragmatisme yang dibawanya telah menggerus –sedikit demi sejengkal, sejengkal demi sehasta – kehidupan tradisonal dengan segala ciri khas unik yang melekat pada anak-anak negeri ini. Pragmatisme itu sedikit banyak nantinya akan berhadapan secara vis a vis dengan wilayah keagamaan. Bila nantinya guru kalah bersaing mengimbangi aliran arus dunia modern dengan anak-anak, maka hal serupa akan terjadi pada para pemuka agama, ustadz, kiai, ajengan atau ulama yang mungkin sebagiannya tak mengikuti alur budaya dan teknologi baru ini seperti anak-anak.
Mengontrol dan mendampingi anak-anak kita memainkan perangkat teknologi adalah cara paling baik dalam mengendalikan mereka dari pengaruh negatif perangkat teknologi; HP, internet, game online dan lainnya.

      Membatasi waktu mereka dengan tegas dan bijaksana dalam menggunakan perangkat teknologi adalah metode lain yang memungkinkan anak terhindar dari ekses negatif dari “tamu” yang datang sendiri tanpa diundang ini. Internet memiliki energi positif di mana anak-anak kita bisa mendapat jawaban cepat dari berbagai permasalahan di sekolah. Ia pun menjadi seperti buku yang memberikan banyak jawaban dan informasi. Namun di sisi lain, ia memiliki daya perusak yang dahsyat di mana hal-hal tabu yang dahulu dilarang dan dijauhi kini diakrabi dan digemari. 
  
       Membiarkan anak leluasa dan bebas menggunakan perangkat teknologi akan sangat besar dampaknya bagi gambar perilaku dan adab keseharian mereka. Wilayah-wilayah yang diberikan rambu-rambu oleh agama menjadi wilayah provan di mana benang tipis antara halal dan haram, antara putih dan hitam, antara dosa dan pahala sudah tidak lagi menjadi pijakan ucap dan laku mereka. Penuh dan ramainya warnet dan tempat game online di pusat kota di saat-saat adzan berkumandang, bahkan di saat shalat Jumat dilaksanakan, adalah pemandangan biasa yang tak mendapatkan porsi perhatian dari kita.

        Perilaku anak-anak yang dibalut energi kehidupan modern meniscayakan semua pihak; orang tua, guru, pemuka masyarakat, pemuka agama dan lainnya harus bersinergi agar tunas bangsa bisa diantarkan menuju masa depan gemilang. Perangkat teknologi yang sampai di tangan anak-anak kita pada hakikatnya adalah senjata untuk melawan kebodohan dan ketertinggalan. Namun bila kemudian wilayah agama menjadi bias, otoritas agama menjadi lemah dan dimensi transendental manusia semakin melemah dan memudar, maka itu akan mengundang permasalahan. Maka, sinergitas berbagai pihak dalam memberi jawaban dan solusi adalah pe-er yang harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran. Menyelamatkan masa depan anak-anak kita adalah modal menyalamatkan negeri dan agama tercinta.  Wallâhu a’lam


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook