Saturday, June 15, 2013

KISAH IBU MENGAJAR ANAKNYA MENCURI


KISAH IBU MENGAJAR ANAKNYA MENCURI

KATA PENGANTAR

       Judul disertasi penulis di program doktor UIN Suska Riau 2013 di Pekanbaru  ialah sanksi hukuman fisik terhadap anak-anak, berkaitan dengan UU Perlindungan Anak Indonesia. Kemudian dalam Hukum Islam, dinyatakan pukullah anakmu yang tidak shalat, jika umurnya sudah 10 tahun. Pertanyaannya lebih lanjut, anak yang mencuri, bolehkan dipukul?. Anak yang terlalu durhaka, seperti Malin Kundang, bolehkah disumpahi atau dikutuki menjadi ular atau dipenjarakan?

       Kisah menarik. Ada seorang anak yang hendak dihukum karena mencuri, namun anak tersebut menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang dihukum, karena ibunyalah yang mengajarkan ia untuk mencuri. Naudzubillaah. Kajian kali ini merupakan kajian yang berkaitan dengan anak, yakni fikih pendidikan anak pra baligh dan baligh dalam Islam.

ANAK MEMINTA IBUNYA DIHUKUM
          Kajian dimulai dengan penuturan beliau bahwa anak bisa menjadi penolong atau penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan, ada seorang bapak yang  tertatih2 berjalan di atas shirathal mustaqim, dan akhirnya kemudian tergelincir, namun terselamatkan berkat doa tulus anaknya. Memangnya anaknya doa apa? Ternyata bukan doa yang macam2 loh, tampaknya hampir semua anak muslim hafal doa ini. Yup, doa orang tua. Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraah. Subhanallah.
         Sebaliknya, anak juga dapat menjadi penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan kisah di jaman Rasulullaah ketika ada seorang anak yang hendak dihukum karena mencuri, namun anak tersebut menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang dihukum, karena ibunyalah yang mengajarkan ia untuk mencuri. Naudzubillaah. Dari latar belakang itulah beliau mengajak untuk mengajarkan anak dengan sebaik2nya. Ibaratnya, maukah kita orang tua nanti di surga dituntut anak kita hanya karena anak kita tidak beristinjak dengan baik dan benar, karena kesalahan/kekurangan ajaran kita? *menurut beliau istinjak yang tidak bersih berakibat sesuatu yang cukup fatal, tapi saya lupa apa yah, kalo ga salah tidak diterima shalatnya, cmiiw ..  *

Lalu siapakah anak itu? Menurut beliau ada perbedaan pemahaman mengenai anak dalam kaidah Islam dengan anak dalam kaidah kehidupan sehari-hari *khususnya di Indonesia*. Dalam Islam, anak adalah fase pemula dalam rentang kehidupan manusia. Tepatnya ada dua fase menurut Islam dipandang dari sisi hukum, fase pra baligh (belum dewasa), dan fase baligh (dewasa).  Pada fase baligh seseorang sudah bertanggungjawab secara langsung terhadap seluruh ucapan, sikap, tindakan yang dia lakukan, baik kepada Allah maupun aparat hukum di dunia. Maka sudah sepantasnya orang tua memperlakukan anak yang telah memasuki fase baligh sebagai seorang dewasa. Beliau kemudian menceritakan pengalaman seorang teman perempuannya ketika mencapai masa baligh, kira2 di awal SMP. Saat itu sang Ibu dari temannya meminta sang anak untuk berwudhu dan memakai mukena.

         Setelah berwudhuk dan memakai mukena, sang anak pun diajak sang ibu untuk duduk berhadapan, kemudian keduanya saling berjabat tangan layaknya ijab. Sang ibu pun kemudian berkata yang kurang lebih intinya adalah sebagai berikut, “Nak, kini sudah tiba saatnya bagimu untuk bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Selama ini jka engkau melakukan kesalahan, Ibu lah yang menanggung dosa2mu. Namun kini kau sudah baligh, sudah dewasa. Dan Ibu tidak bisa lagi membantumu mempertanggungjawabkan semua ucapan dan perbuatanmu. Kini malaikat Rakib dan Atid di kanan kirimu siap untuk mencatat semua amal perbuatanmu. Maka berhati2lah dalam melakukan sesuatu, karena sungguh seluruhnya akan dicatat oleh kedua malaikat tersebut.” Subhanallaah.

       Saat ini banyak anak perempuan yang memasuki masa baligh dalam usia muda. Dan umumnya orang tuanya menganggapnya masih seperti anak kecil. Padahal hal tersebut adalah salah menurut ustadzah. Bandingkan dengan Usamah bin Zaid. Pemuda hebat yang pada usia belianya, 13tahun, sudah dipercayakan oleh Rasulullaah memimpin pasukan perang Islam. Tidak tanggung-tanggung, kala itu musuhnya adalah sekutu bangsa2 besar, yakni Quraisy, Persia dan Romawi. Subhanallaah.

Ada yang tahu mengapa diperintahkan untuk mengajarkan shalat kepada anak ketika umur 10tahun, kemudian dipersilahkan untuk memukul anak umur 10 tahun yang tidak shalat? Ternyata memang usia tersebut pada jaman sekarang ini, sudah masuk usia baligh (khususnya untuk perempuan). Bahkan sudah ada yang menjadi baligh di usia 8, 9 tahun. Oleh karena itu memang sudah saatnya untuk bersikap tegas kepada mereka, menyikapi mereka yang sudah harus dianggap orang tua sebagai orang dewasa.

 BERNAZAR MEMUKUL ISTRI 1000 KALI      

       Sedikit membahas tentang `”memukul’`. Menurut beliau, memukul walau diperintahkan, tapi bukan berarti jadi landasan orang tua memukul anak. Karena Rasulullaah sendiri tidak pernah memukul anaknya. Nabi Ayyub sendiri yang bernazar untuk memukul istrinya 1000kali jika sembuh dari sakit, pada akhirnya memohon wahyu dulu dari Allah untuk memukul sitrinya, ga langsung asal pukul saja. Dan pada akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ayyub untuk mengumpulkan 1000 batang padi kering, mengikatnya kemudian memukulkannya sekali kepada istrinya, yang melambangkan nazar 1000kali pukulannya. Jadi tidak segampang dan seringan itu untuk memukul, walau diperintahkan. Karena Islam penuh kasih sayang, bukan? 
Sang ustadzah pun kemudian menjabarkan pendidikan dan pengasuhan anak dalam tiga bagian per 6tahun. Untuk 6tahun pertama, utamakanlah kasih sayang dan disiplin.

       Limpahkan kasih sayang, pelihara disiplin untuk segala hal. Contoh, disiplin dalam makan, buang air, tidur dan sebagainya. Pada 6tahun ke dua, kenalkanlah Allah dalam hidupnya. Jelaskanlah hukum-hukum Islam, seperti halal dan haram, aurat, wudhu, shalat, mencuri, mahram, juga surga dan neraka. Ajarkan dan biasakanlah ia dengan Al-Quran. Ajarkan juga mengenai hak-hak orang tua. Kenalkanlah dengan tokoh2 teladan dalam Islam. Ajarkan norma2 dalam masyarakat, dan tak lupa kembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Pada 6tahun terakhir, perlakukanlah anak sebagai seorang yang telah dewasa. Yang tak kalah penting, kenalkanlah ia dengan teman yang baik. Sebetulnya poinnya tidak sesedikit ini, tapi yang sempat tercatat hanya yang telah saya tuliskan di atas. Maaf yaa.. 

        Pada akhir kajian, beliau membacakan tulisan indah dan cukup panjang, yang intinya adalah anak kita tanpa kita sadari memperhatikan apa-apa yang kita lakukan. Dan ternyata tindakan kita yang mereka perhatikan, lebih mudah untuk dipahami dan tertanam dalam diri anak, dibandingkan ucapan kita. Oleh karena itu hati-hati lah para orang tua dalam bertindak dan bertingkah laku.
Terakhir, beliau menutup dengan sebuah kalimat yang cukup dalam. Tutur beliau, “Yang penting itu bukanlah seberapa cerdas anak kita, namun lihatlah betapa cerdasnya anak kita”. Subhanallaah.

Selasa, 01 Desember 2009






Heboh kabar seorang siswi SMP berubah wujud jadi ular berkepala anjing usai menendang ibunya saat sholat, membuat suasana Dusun Sigambal, Desa Pinang Awan, Kec. Torgamba, Labuhan Batu Setalan (Labusel), mencekam. Warga yang biasanya lalu-lalang memilih berdiam diri di dalam rumah masing-masing.
Hasil penelusuran METRO ASAHAN (grup Sumut Pos) di desa tersebut, kejadian itu disembunyikan warga karena takut takut ikut kena kutuk. Tapi, menurut warga anak tersebut telah diboyong oleh seseorang ke Medan, karena tak tahan menanggung malu, karena setiap hari ratusan warga dari berbagai daerah berdatangan ingin melihat kejadian itu.

Seorang warga yang minta namanya tak ditulis memberikan bukti sebuah rekaman vidio dari sebuah handphone yang memuat wujud gadis tersebut, yang berhasil ia rekam pasca kejadian itu. Dalam rekaman vidio terlihat kepala seekor anjing berambut panjang berwarna putih dengan badan berupa ular yang melingkar-lingkar. Dalam video itu juga memiliki dua tangan menyerupai seekor biawak.


Sambil berputar-putar, dia menjerit-jerit menangis sambil berurai airmata, sementara warga yang menyaksikannya terlihat ikut prihatin. Menurutnya, gadis belia yang masih duduk dibangku kelas 2 SMP itu dalam kesehariannya berperangai buruk dan sering melawan orangtuanya yang pekerjaan tidak tetap dan mencari upahan kerja kepada para tetangga dan kerabatnya.

Awal kejadian, gadis belia itu merengek meminta dibelikan sepeda motor Yamaha Mio kepada ibu kandungnya. Namun tidak diacuhkan sang ibu. Nah, ketika ibunya sedang melakukan ibadah salat magrib, tiba-tiba saja ia menendang kepala ibunya yang sedang sujud.

Saat itu juga wajah gadis itu berubah wujud menjadi anjing, sementara seluruh badan dan kakinya berubah menjadi ular. Kontan saja ibunya menjerit histeris dan menangis meraung-raung melihat anak kesayangannya itu telah berubah wujud. Kapolsek Torgamba, AKP Tampubolon ketika dikonfirmasi mengaku, tak ada terjadi yang aneh-aneh di wilayah hukumnya. (zul/smg)



DIPOSKAN OLEH PUTIH-ABU2 DI 18.51
26 komentar
Anonim mengatakan...
itu perlu di masukan lab, diteliti, karena pasti akan menarik, dapat menunjang teori evolusi (manusia berasal dari monyet), teori genetika akan berubah total, bisa dimanfaatkan untuk spionase (jika diketahui gen penyebab perubahannya, maka manusia bis abeubah jadi kuv\cing, burung dsb)
eh nanya kenapa beubah itu jadi ular atau anjing ya? kenapa ga berubah jadi burung elang, harimau atau hewan2 kekar lain, naga misalnya?
kenapa monyet, ular atau anjing? kenapa anjing begitu hina?





No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook