Wednesday, June 12, 2013

“Klub Istri Patuh Suami tidak bertentangan dengan syariat Islam”


KATA ISTRI YANG TAAT SUAMI

“kami adalah pejuang poligami” -


KATA PENGANTAR

      Ini kisah sejatiku, demi Tuhan. Buk Dayang (30 th), datang ke rumahku, senyum-senyum. Saling pandang dengan isteri pertamaku., di Labhbaru-Pekanbaru-Riau, tahun 2007. Rupanya Buk Dayang dipersiapkan oleh isteri pertamaku, untuk calon isteri keduaku. Terus terang saja, demi Allah, isteriku namanya Dra. Syarifah. Dia tidak mempermasalahakan tentang dimadu.  Lingkungannya di Rokan Hulu, melihat beberapa orang yang dimadu, begitu indah dan tenang-tenang saja, sehingga diapun berkesimpulan, aku juga bisa dimadu..

     Patut pembaca tahu, bahwa awal ceritanya begini. “Buk Dayang guru MDA, selalu meminjam uang kepada Buk Ifah berkali-kali , dan lancar-lancar saja, tanpa masalah apapun, di SMP yang bertetangga dengan MDA. Makin hari mereka makin sering bertemupenempilan Buk Dayang, kian cantik, dan alami. Timbullah rasa simpatik Buk Ifah yang sangat feminim. Hanya saja dalam hatinya merasa maneh. Anehnya, ialah mengapa orang secantik itu kok, lambat menikahnya. Seharusnya banyak laki-laki tergila-gila padanya.

Buk Dayang  : Aku takut bekeluarga Buk, karena dua orang adikku sudah menikah, gagal rumah tangganya keduanya. Ada yang menikah dengan Cina muslim, ada yang menikah  dengan pacarnya yang paling dia sayangi. Tapi semuanya gagal dan memilukan.  Kalau aku menikah tentu akan gagal pula. Susah Buk untuk mendapatkan laki-laki yang baik, yang mengerti agama.

Buk Ifah   : Bagaimana kalau dengan Abangku saja? (Suamiku saja), tapi Buk Dayang salah pengertian.

Buk Dayang  : Iya yalah kalau  isteri abang ibu itu baik, kalau tidak baik kan jadi masalah.

Buk Ifah  : Maksudku suamiku, Pak Ustadz MR., (Spontan Buk Dayang tersenyum bahagia.

Esoknya Buk Dayang datang ke rumah Buk Ifah, entah apa yang dibicarakan...Mereka senyum-senyum berdua..Sedang kan ustadz MR, di belakang saja, membuka internet, tentang Hikmah poligami untuk mata kuliah Perbandingan Agama di Perguruan Tinggi Persada Bunda yang terdapat di Jl.Diponegoro, di tengah kota Pekanbaru- Riau, 2007.

      Waktu itu  Ustadz MR, menolaknya, dengan alasan sedang beratnya biaya kuliah S 3 di UIN Suska Riau di Pekanbaru. Bukan tidak tertarik dengan Buk Dayang yang super cantik. Bukan pula karena tidak dapat izin dari isteri pertama. (bersambung.......)


Sebaiknya Anda tahu,,,Klub Istri Taat Suami: “kami adalah pejuang poligami” -
03/06/2013
Klub Istri Taat Suami: “kami adalah pejuang poligami” -

JAKARTA (Arrahmah.com) – Klub Istri Taat Suami yang membuka cabang di Indonesia pada 18 Juni lalu, menuai pro dan kontra. Pihak yang menolak deklarasi klub, berasal para istri dan kalangan feminis yang memandang klub ini telah merendahkan perempuan. Seiring dengan kontra yang terus merebak karena penerimaan klub tersebut terhadap syariat poligami, mereka dengan tegas mengatakan bahwa klub Istri Taat Suami adalah pejuang poligami.
“Kami hanya ingin berbagi pengalaman bahwa di Global Ikhwan ada cara mendidik suami, mendidik istri, dan anak-anak. Kami membagi bagaimana melaksanakan perintah Tuhan untuk taat. Di mana merendahkannya?” kata Gina Puspita, Ketua Klub Istri Taat Suami Indonesia, Rabu lalu.
Kecaman terhadap klub ini makin kencang manakala seorang pengurusnya mengatakan agar para istri melayani hasrat seksual suaminya seperti pelacur melayani pelanggannya demi menghindari perselingkuhan. Klub ini dituding menyamakan istri dengan pelacur dan urusan pernikahan hanya sebatas ranjang.
“Kita melayani suami karena Tuhan, maka kita berbuat seperti orang yang melayani orang lain karena uang, tapi bukan menyamakan seperti pelacur,” ujar Gina, yang menjabat sebagai Ibu Global Ikhwan untuk wilayah Sumatera I, yang melingkupi seluruh Sumatera, kecuali Medan dan Aceh.
Global Ikhwan didirikan oleh Abuya Asaari Muhammad Tamimi, yang pernah mengaku mendatangkan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Saat berdiri pada 1968, namanya adalah Darul Arqam, lalu berubah menjadi Rufaqa lantaran dianggap sesat oleh Pemerintah Malaysia, dan akhirnya berubah lagi menjadi Global Ikhwan.
Pusat perkumpulan ini sekarang berada di Haramain (Tanah Suci) Mekah dan Madinah, Arab Saudi, setelah bertahun-tahun berada di Malaysia. Cabang-cabangnya ada di Indonesia, Malaysia, Yordania, Suriah, Mesir, Eropa, dan Australia. Anggotanya diprediksi mencapai 10 ribu jiwa di seluruh dunia. Di Indonesia, Gina memperkirakan ada 500 keluarga.
Geliat bisnis Global Ikhwan berjalan di Indonesia. Di Jakarta, Global Ikhwan menyewa sebelas rumah toko di Plaza Niaga II Blok E 9-21 Sentul City, Bogor. Aktivitas yang ada antara lain homestay, penerbitan, minimarket, rumah produksi, rumah kebajikan (rumah amal), asrama untuk santri perempuan dan laki-laki, usaha air isi ulang, kafetaria, klinik gigi dan salon, serta sekolah taman kanak-kanak. Tak jauh dari plaza di kawasan Victory, Global Ikhwan menjalankan usaha binatu, toko roti, dan penjahitan pakaian.
Gina juga mengungkapkan, setelah peluncuran klub, banyak yang datang dari tokoh-tokoh Islam, MUI, konglomerat, dan pemerintah. Dari kantor Wali Kota Jakarta Selatan datang meminta agar Klub Taat Suami bisa membagi cerita dengan ibu-ibu PKK. Orang-orang banyak yang bertanya konsep taat suami itu seperti apa.
Sementara itu, menanggapi kalangan yang kontra Gina menjelaskan beberapa sebab. Pertama, mungkin mereka tidak memahami konsep taat yang mereka pahami.
“bagi kalangan feminis, konsep taat itu menjadi asing. Islam itu awalnya asing dan kembali menjadi asing. Bukan saja soal taat. Waktu saya pakai jilbab pada 1982, hebohnya luar biasa. Tapi, lihatlah sekarang, jilbab bukan suatu yang aneh. Sebenarnya, kalau kita masuk ke perusahaan, ada bos, pemiliknya, kita yang jadi stafnya itu taat. Ketaatan itu maksudnya bukan sesuatu status yang merendahkan martabat”, ujarnya.
Lebih lanjut Gina mengungkapkan bahwa sejak Global Ikhwan berdiri (1968) ada cara mendidik suami, mendidik istri, dan dan anak-anak.
“Dalam rumah tangga, sudah Tuhan katakan bahwa pria itu pemimpin bagi perempuan. Suami yang baik, bukti bahwa dia taat kepada Allah, dia adalah yang berakhlak baik. Begitu juga istri. Kalau dia taat kepada Allah, dia akan mengikuti suami. Rasulullah sendiri mengatakan perempuan itu di (hari) akhir akan dilihat empat hal: salat, puasa, menjaga marwah dirinya, yang keempat akan ditanya tingkat ketaatan pada suami”, jelasnya.
Terkait poligami Gina menjelaskan bahwa pada dasarnya konsep poligami itu datangnya dari Allah, sehingga ketika ketaan itu ada, maka semua syariat Allah juga harus diterima termasuk poligami.
“Artinya, kalau kita taat kepada Allah, kita harus terima seluruh perintah Allah yang dibolehkan. Poligami termasuk yang dibolehkan Allah. Itu kita harus menyetujuinya. Makanya saya geli kalau ada yang bilang korban poligami (tertawa). Kalau kami ini bukan korban, kami ini pejuang poligami”, tandasnya.
Dalam bidang bisnis Global Ikhwan sendiri selama ini bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lain-lain. Di Malaysia ada pabrik makanan, restoran dan masih banyak lagi. Termasuk metode pendidikan dengan homeschooling. (TI/arrahmah.com)


MANISNYA MADU

        Dahulu di Baghdad ada seorang laki-laki penjual kain yang kaya. Tatkala dia sedang berada di tokonya, datanglah seorang gadis muda mencari-cari sesuatu yang hendak dibeli. Ketika sedang berbicara, tiba-tiba gadis itu menyingkap wajahnya di sela-sela perbincangan tersebut sehingga laki-laki terrebut terkesima dan berkata, “Demi Allah, aku terpana dengan apa yang kulihat.”


        Gadis itupun berkata, “Kedatanganku bukan untuk membeli apapun. Selama beberapa hari ini aku keluar masuk pasar untuk mencari seorang pria yang menarik hatiku dan bersedia menikah denganku. Dan engkau telah membuatku tertarik. Aku memiliki harta. Apakah engkau mau menikah denganku?”


Laki-laki itu berkata, “Aku telah menikahi sepupuku, dialah istriku. Aku telah berjanji kepadanya untuk tidak membuatnya cemburu dan aku juga telah mempunyai seorang anak darinya.”


Wanita itu mengatakan, “Aku rela jika engkau hanya mendatangiku dua kali dalam seminggu.” Akhirnya laki-laki itupun setuju lalu bangkit bersamanya. Akad nikah pun dilakukan. Kemudian dia pergi menuju rumah gadis tersebut dan berhubungan dengannya.


Setelah itu, si pedagang kain pulang ke rumahnya lalu berkata kepada istrinya, “Ada teman yang memintaku tinggal semalam di rumahnya.” Dia pun pergi dan bermalam bersama istri barunya.

Setiap hari setelah zhuhur dia mengunjungi istri barunya. Hal ini berlangsung selama delapan bulan, hingga akhirnya istrinya yang pertama mulai merasa aneh dengan keadaannya. Dia berkata kepada pembantunya, “Jika suamiku keluar, perhatikanlah ke mana dia pergi.”

Si pembantu pun membuntuti suami majikannya pergi ke toko, namun ketika tiba waktu zhuhur dia pergi lagi. Si pembantu terus membuntuti tanpa diketahui hingga tibalah suami majikannya itu di rumah istri yang baru. Pembantu itu mendatangi tetangga-tetangga sekitar dan bertanya, “Rumah siapakah ini?” Mereka menjawab, “Rumah milik seorang wanita yang telah menikah dengan seorang penjual kain.”

Pembantu itu segera pulang menemui majikannya lalu menceritakan hal tersebut. Majikannya berpesan, “Hati-hati, jangan sampai ada seorang pun yang lain mengetahui hal ini.” Dan istri lama si pedagang kain juga tetap bersikap seperti biasa terhadap suaminya.


Si pedagang kain menjalani kehidupan bersama istrinya yang baru selama satu tahun. Lalu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dengan meninggalkan warisan sebanyak delapan ribu dinar. Maka istri yang pertama membagi harta warisan yang berhak diterima oleh putranya, yaitu tujuh ribu dinar. Sementara sisanya yang berjumlah seribu dinar ia bagi menjadi dua. Satu bagian ia letakkan di dalam kantong, kemudian ia berkata kepada pembantunya, “Ambillah kantong ini dan pergilah ke rumah wanita itu. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah meninggal dengan mewariskan uang sebesar delapan rib dinar. Putranya telah mengambil tujuh ribu dinar yang menjadi haknya, dan sisanya seribu dinar aku bagi denganmu, masing-masing memperoleh setengah. Inilah bagian untukmu. Dan sampaikan salamku juga untuknya.”


Si pembantu pun pergi ke rumah istri kedua si pedagang kain, kemudian mengetuk pintu. Setelah masuk, disampaikannyalah berita tentang kematian si pedagang kain, dan pesan dari istri pertamanya. Wanita itupun menangis, lalu membuka kotak miliknya dan mengeluarkan secarik kertas seraya berkata kepada si pembantu, “Kembalilah kepada majikanmu dan sampaikan salamku untuknya. Beritahukan kepadanya bahwa suaminya telah menceraikanku dan telah menulis surat cerai untukku. Maka kembalikanlah harta ini kepadanya karena sesungguhnya aku tidak berhak mendapatkan harta warisannya sedikitpun.” (Shifatus Shofwah, 2/532)


Subhanallah…….

Dinukil dari: Majalah Akhwat Shalihah vol. 16/1433 H/2012, dalam artikel “Mutiara Berkilau para Wanita Shalihah” oleh Syaikh Abdul Malik bin Muhammad al-Qasim hafizhahullah, hal. 68-69

Perasaan Wanita Yang Dimadu
Print
E-mail

Yang penting harus mampu berbuat adil, dan adil itu bukanlah masalah perasaan karena Rasulullah saja tidak mampu bersikap adil secara perasaan terhadap istri-istrinya. Rasulullah terkenal sangat menyayangi Aisyah, walaupun menyayangi istri-strinya yang lain juga.
"Namun poligami itu diperbolehkan, walau istri tak memberi izin sekalipun”, demikian penjelasan Ustad Iqbal kepada jamaah pengajian jum’at sore yang diadakan di masjid At-Taqwa, Rawamangun.
Bagiku penjelasan ini sudah sering terdengar olehku dan aku sudah hafal semua penjelasannya. Bagiku hal ini merupakan materi yang biasa ku simak dan biasa-biasa saja, namun akan menjadi luar biasa ketika suamiku yang kucintai, kupercayai serta kuhormati mengajukan permintaan yang tidak dapat kufahami, yaitu menikah lagi.
Semua penjelasan Ustad Iqbal yang masih terekam dalam ingatanku menjadi buyar dan menyebalkan. Mengapa Rasulullah menikah sampai begitu banyak? sehingga para suami kemudian berdalih dengan mengatakan ingin mengikuti sunnah rasul. Namun jeritku tak puas pada hatiku, Rasulullah berbeda, semua wanita yang dinikahinya meninggalkan history, dan pernikahan Rasul demikian agung serta semua diniatkan karena Allah.
Semua mempunyai nilai perjuangan serta dakwah. Dan yang jelas, semua istri Rasul pasti masuk surga walau semuanya dipoligami kecuali bunda Khadijah yang tetap monogami tanpa perempuan lain disisi Rasul. Namun bagaimana dengan aku, walaupun aku rela di madu, aku kan belum tentu masuk surga, protesku dalam diam..
Sudah dua hari ini aku mendiamkan suamiku. Dengan sikap serba salah dan salah tingkah suamiku mencoba mencairkan suasana, namun sayang hatiku masih beku dan tidak dapat menerima kenyataan real yang mungkin aku hadapi, dan merupakan gempa bumi bagi sebagian besar wanita bila suaminya menikah lagi.
Termenung aku dibuatnya. Aku bertanya dalam hatiku, “apa yang kurang dari diriku, apa salahku? Apa lagi yang diinginkannya? Sudah berapa lama dia berhubungan dengan wanita itu, dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang menggantung dalam hatiku. Semakin dipikirkan hal ini semakin membuatku marah dan nelangsa, rasanya dunia menjadi gelap dan hancurlah hatiku sekeping demi sekeping”.
Namun pada akhirnya akupun pasrah. Ketika hari yang kucemaskan tiba, kudapti suamiku betul-betul menikah lagi. Walaupun aku tidak siap dan tidak rela dimadu, namun aku harus berfikir kritis dan praktis, ’’yaa sudahlah suamiku menikah lagi atau tidak, yang penting bagiku adalah mencapai hidup bahagia dan mau apapun dia serta mau menangis seperti apapun aku, akhir dari kehidupan adalah kematian dan aku ingin kematian yang bergelar khusnul khotimah.
Akhirnya gusarku berangsur-angsur hilang, aku berteriak sekuatnya dibalik bantal di dalam kamar tidurku yang terasa dingin dan besar. Aku menjerit sekuatnya, melegakan hatiku yang gundah, "AAAAHHHHH .. BIARIN SAJA DIA kawin lagi, gak usah dipikirin, tiap manusia pasti .. MATI!!"
Yaa… “kullu nafsin dzaiqotul maut”, setiap yang bernyawa pasti mati (QS: Al Imron :185) dan dengan menikahnya lagi suami kita, dunia belum kiamat. Pikirkanlah cara agar kita bisa melalui proses kehidupan ini dengan akhiran yang baik, dengan gelar khsunul khotimah dan jangan habiskan waktu dengan amarah dan kesedihan yang berlarut-larut.
Pikirkanlah cara agar hidup kita dan sisa hidup kita begitu bermakna, bermanfaat dan berharga bagi diri sendiri dan orang lain, karena setiap manusia pasti mati. Pikirkanlah agar selama kita hidup, apa yang kita lakukan hanyalah kebaikan jariyah dan manfaat semata.
Berhentilah merenung, berhentilah marah-marah, dan berhentilah bersedih, jika suami kita kawin lagi. Dunia belum kiamat, isi hidup kita dengan sesuatu yang bermanfaat, karena mau apapun kita, kita pasti wafat. Salam khusnul khotimah!
Eramuslim.com

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook