Monday, June 10, 2013

SATU IBU BAPAK TAPI BISA MENJADI DUA RAS HITAM-PUTIH ( Jika ingin, anak berbakti, Sempurnakan, pendidikannya.)


SATU IBU BAPAK TAPI BISA MENJADI DUA RAS HITAM-PUTIH

  1. Jika senang, pada merpati,
  2. Letak ditangan, makanannya.
  3. Jika ingin, anak berbakti,
  4. Sempurnakan, pendidikannya.
Jika kebun, banyak hama,
Bakar saja, pakai suluh.
Anak yang tidak, diajarkan agama,
Orang tuanya, dijadikan musuh.

Tuhan menciptakan manusia berbeda warna kulit, beda suku bangsa, beda bakat, untuk saling ta'aruf. Di antara mereka yang paling mulia yang lebih dekat kepada Tuhannya. Intisari QS Al-Hujurat : 13
Anak bisa menjadi penolong atau penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan, ada seorang bapak yang  tertatih-tatih berjalan di atas shirathal mustaqim, dan akhirnya kemudian tergelincir, namun terselamatkan berkat doa tulus anaknya. 
      Memangnya anaknya doa apa? Ternyata bukan doa yang macam2 loh, tampaknya hampir semua anak muslim hafal doa ini. Yup, doa orang tua. Rabbighfirlii waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraah.
         Sebaliknya, anak juga dapat menjadi penggugat orang tuanya. Beliau menceritakan kisah di jaman Rasulullaah ketika ada seorang anak yang hendak dihukum karena mencuri, namun anak tersebut menginginkan keadilan dengan meminta ibunya yang dihukum, karena ibunyalah yang mengajarkan ia untuk mencuri. Naudzubillaah. Dari latar belakang itulah beliau mengajak untuk mengajarkan anak dengan sebaik2nya. Ibaratnya, maukah kita orang tua nanti di surga dituntut anak kita hanya karena anak kita tidak beristinja dengan baik dan benar, karena kesalahan/kekurangan ajaran kita? *menurut beliau istinja yang tidak bersih berakibat sesuatu yang cukup fatal, tapi saya lupa apa yah, kalo ga salah tidak diterima shalatnya, cmiiw ..  *
       Lalu siapakah anak itu? Ada perbedaan pemahaman mengenai anak dalam kaidah Islam dengan anak dalam kaidah kehidupan sehari-hari khususnya di Indonesia. Dalam Islam, anak adalah fase pemula dalam rentang kehidupan manusia. Tepatnya ada dua fase menurut Islam dipandang dari sisi hukum, fase pra baligh (belum dewasa), dan fase baligh (dewasa).  Pada fase baligh seseorang sudah bertanggungjawab secara langsung terhadap seluruh ucapan, sikap, tindakan yang dia lakukan, baik kepada Allah maupun aparat hukum di dunia. Maka sudah sepantasnya orang tua memperlakukan anak yang telah memasuki fase baligh sebagai seorang dewasa.
          Beliau kemudian menceritakan pengalaman seorang teman perempuannya ketika mencapai masa baligh, kira2 di awal SMP. Saat itu sang Ibu dari temannya meminta sang anak untuk berwudhu dan memakai mukena. Setelah berwudhu dan memakai mukena, sang anak pun diajak sang ibu untuk duduk berhadapan, kemudian keduanya saling berjabat tangan layaknya ijab. Sang ibu pun kemudian berkata yang kurang lebih intinya adalah sebagai berikut, “Nak, kini sudah tiba saatnya bagimu untuk bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
        Selama ini jka engkau melakukan kesalahan, Ibu lah yang menanggung dosa2mu. Namun kini kau sudah baligh, sudah dewasa. Dan Ibu tidak bisa lagi membantumu mempertanggungjawabkan semua ucapan dan perbuatanmu. Kini malaikat Rakib dan Atid di kanan kirimu siap untuk mencatat semua amal perbuatanmu. Maka berhati2lah dalam melakukan sesuatu, karena sungguh seluruhnya akan dicatat oleh kedua malaikat tersebut.” Subhanallaah.
          Saat ini banyak anak perempuan yang memasuki masa baligh dalam usia muda. Dan umumnya orang tuanya menganggapnya masih seperti anak kecil. Padahal hal tersebut adalah salah menurut ustadzah. Bandingkan dengan Usamah bin Zaid. Pemuda hebat yang pada usia belianya, 13tahun, sudah dipercayakan oleh Rasulullaah memimpin pasukan perang Islam. Tidak tanggung-tanggung, kala itu musuhnya adalah sekutu bangsa2 besar, yakni Quraisy, Persia dan Romawi. Subhanallaah.
           Ada yang tahu mengapa diperintahkan untuk mengajarkan shalat kepada anak ketika umur 10tahun, kemudian dipersilahkan untuk memukul anak umur 10tahun yang tidak shalat? Ternyata memang usia tersebut pada jaman sekarang ini, sudah masuk usia baligh (khususnya untuk perempuan). Bahkan sudah ada yang menjadi baligh di usia 8, 9tahun. Oleh karena itu memang sudah saatnya untuk bersikap tegas kepada mereka, menyikapi mereka yang sudah harus dianggap orang tua sebagai orang dewasa.
   Memukul Anak untuk disiplin        
           Sedikit membahas tentang `memukul anak.`. Memukul walau diperintahkan, tapi bukan berarti jadi landasan orang tua memukul anak. Karena Rasulullaah sendiri tidak pernah memukul anaknya. Nabi Ayyub sendiri yang bernazar untuk memukul istrinya 1000kali jika sembuh dari sakit, pada akhirnya memohon wahyu dulu dari Allah untuk memukul sitrinya, ga langsung asal pukul saja. Dan pada akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ayyub untuk mengumpulkan 1000 batang padi kering, mengikatnya kemudian memukulkannya sekali kepada istrinya, yang melambangkan nazar 1000 kali pukulannya. Jadi tidak segampang dan seringan itu untuk memukul, walau diperintahkan. Karena Islam penuh kasih sayang, bukan? :)
         Sang ustadzah pun kemudian menjabarkan pendidikan dan pengasuhan anak dalam tiga bagian per 6tahun. Untuk 6tahun pertama, utamakanlah kasih sayang dan disiplin. Limpahkan kasih sayang, pelihara disiplin untuk segala hal. Contoh, disiplin dalam makan, buang air, tidur dan sebagainya. Pada 6tahun ke dua, kenalkanlah Allah dalam hidupnya. Jelaskanlah hukum-hukum Islam, seperti halal dan haram, aurat, wudhu, shalat, mencuri, mahram, juga surga dan neraka.
         Ajarkan dan biasakanlah ia dengan Al-Quran. Ajarkan juga mengenai hak-hak orang tua. Kenalkanlah dengan tokoh2 teladan dalam Islam. Ajarkan norma2 dalam masyarakat, dan tak lupa kembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Pada 6tahun terakhir, perlakukanlah anak sebagai seorang yang telah dewasa. Yang tak kalah penting, kenalkanlah ia dengan teman yang baik. Sebetulnya poinnya tidak sesedikit ini, tapi yang sempat tercatat hanya yang telah saya tuliskan di atas. Maaf yaa.. 
         Nah , ternyata tindakan kita yang mereka perhatikan, lebih mudah untuk dipahami dan tertanam dalam diri anak, dibandingkan ucapan kita. Oleh karena itu hati-hati lah para orang tua dalam bertindak dan bertingkah laku.
Terakhir, beliau menutup dengan sebuah kalimat yang cukup dalam. Tutur beliau, “Yang penting itu bukanlah seberapa cerdas anak kita, namun lihatlah betapa cerdasnya anak kita”. Subhanallaah.
HINDARI SANKSI FISIK & MENTAL PADA ANAK

          Pertengkaran diantara anak-anak bersaudara adalah hal biasa. Anak-anak siapapun dia: adik, kakak atau anak tunggal semua suka melanggar aturan. Ketika di tegur, ludah belum kering sudah di ulang lagi. Endingnya, keluarlah jerit tangis yang memekakkan telinga. Perilaku anak di bawah sepuluh tahun memang labil. Terkadang patuh, terkadang tanpa rasa bersalah melanggar aturan yang telah di tetapkan. Secara psikologis, si kecil masih mengalami proses pengembangan moral. Ini memungkinkan mereka dapat membedakan mana yang benar dan salah, serta melakukan keduanya sekaligus. Begitulah anak-anak. Mereka lebih menyukai yang enak dan menyenangkan, tanpa memikirkan benar atau salahnya. Fitrahnya manusia cenderung pada kebaikan. Begitu pun anak-anak. Umumnya, anak merasa takut setelah melakukan kesalahan. Ini menjadi sisi yang berguna untuk menuntun perilaku baiknya. Karena tak jarang si kecil justru menutupi kekeliruannya dengan berbohong. Jadi, jangan keliru menyikapinya. Tanggapi pengakuan ini dengan sabar, karena ia telah berusaha untuk jujur.
            Ajaklah berdiskusi mengapa tindakannya itu dianggap sebagai suatu kekeliruan. Tapi jangan hanya bisa menyalahkan. Berikan juga pujian karena telah berlaku jujur. Sebaliknya, berilah anak sanksi jika ia melanggar aturan. Biasanya anak lebih konsekwen jika sanksi yang akan diberikan di diskusikan dulu. Atau, biarkan anak memilih sendiri sanksi untuk kesalahannya. Dalam menerapkan sanksi, orangtua harus konsisten. Jika sekali saja lolos dari sanksi maka wibawa aturan akan luntur.
          Dalam menerapkan sanksi, hindarilah jenis sanksi yang mengarah pada kekerasan, baik secara lahiriah maupun secara mental. Kekerasan lahiriah misalnya berupa pemukulan, tendangan ataua pengurungan. Sedangkan kekerasan mental berupa pemberian julukan buruk, misalnya si nenek sihir, si egois, si goblok! Jangan juga menyebut kelainan fisik si anak seperti si peyang, si cebol, atau si tukang ngompol. Hukuman seperti ini akan berdampak amat dalam pada si kecil. Hukuman fisik akan berujung pada trauma yang berpotensi mengganggu kejiwaannya. Adapun hukuman psikis akan mengganggu perkembangan mentalnya.


       Disiplin pada anak sejak dini memang di perlukan, selama hal tersebut dilakukan secara wajar, sesuai aturan agama dan mempertimbangkan usia maupun perkembangan anak. Yang juga perlu diperhatikan adalah memprioritaskan hal-hal apa dari sekian banyak hal yang akan di buat aturannya. Jangan sampai kita berharap terlalu banyak (tidak realistis) pada anak-anak kita untuk disiplin dalam segala hal yang jelas sangat sulit untuk mereka lakukan. Bukankah sebagai pribadi yang dewasa kita juga perlu waktu untuk dapat berdisiplin? kita juga belum tentu sanggup dan dapat menerima dengan lapang dada ketika pasangan kita menerapkan disiplin yang kaku pada kita dalam banyak hal tanpa kompromi, apalagi menggunakan kekerasan? Bagaimana dengan anak-anak kita, buah hati kita, apakah sanggup dan lapang dada mendapatkan perlakuan yang keras dari kita? Tentu saja mereka hanya korban, yang belum punya daya untuk menolak atau membalas. Mungkin ada anak yang sepertinya tampak kuat, acuh bahkan menjadi kebal dengan bentakan dan pukulan orang tuanya, tetapi hatinya tidak sekuat fisiknya. Ada konflik psikologis yang bisa terjadi pada diri anak-anak kita yang mungkin bisa terbawa sampai mereka dewasa.
       Saya yakin kita sebagai orang tua tidak berharap demikian. Sebagai contoh, anak perlu latihan disiplin dalam hal  menyikat  gigi, tidak jajan sembarangan, bangun pagi, berpakaian, makan, mandi, bergiliran dengan teman, menonton tivi, bermain, membeli mainan, tidak mengganggu adik dan lainnya. Ternyata jika di perhitungkan, ada banyak hal yang kita harapkan pada anak. Tapi semoga kita tetap menjadi orang tua yang bijaksana dan menetapkan standart yang realistis bagi anak-anak kita. Berilah mereka waktu dan kesempatan untuk mencapai standart tersebut. Sebagai orang dewasa pun tentunya kita berharap mendapatkan kesempatan dari orang lain untuk mencapai suatu standart bukan ? Anak perlu rentang waktu, kesempatan, dorongan dan lingkungan yang kondusif untuk memiliki kebiasaan yang baik dalam banyak hal. Anak tidak akan merasa nyaman jika terlalu banyak di atur, dilarang, dimaki dan hal-hal negatif lainnya.
         Anak-anak juga merasa tertekan jika pada usia mereka yang sangat muda, mereka dituntut untuk berbuat baik, tapi cara yang di lakukan orang tua tidak baik. Disadari atau tidak, dalam hal ini orang tua tidak menjadi contoh yang baik bagi anak, terutama dalam mengontrol emosi. Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi model bagi anak-anak. Rasulullah Saw adalah teladan kita. Beliau merupakan pribadi berdisiplin tinggi, tetapi beliau tetap bersikap lembut pada anak-anak dan sangat menghargai proses bukan?kita harus lebih fokus pada pengembangan disiplin anak dengan menghargai proses mereka menuju kebaikan dan disiplin, bukan dengan menuntut hasil pembentukan disiplin anak secara tepat dan dengan kekerasan. Tiap anak bersifat unik. Namun demikian, prinsip dasar disiplin relatif sama.
          Disiplin akan efektif jika orang tua menjadi model yang ditiru sikap dan perilakunya. Jadi bukan hanya menyuruh, tapi tidak menjadi teladan yang baik. Disiplin pada anak perlu diikuti dengan pemberian pujian terhadap perilaku anak yang baik secara spesifik, bervariasi dan berkesinambungan. ( Sumber: Majalah Sabili )
Sementara Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafi’i mengatakan :“ orang yang meninggalkan adalah fasik dan tidak kafir”, namun, mereka berbeda pendapat mengenai hukumannya, menurut Imam Malik dan Syafi’i “diancam hukuman mati sebagai hadd”, dan menurut Imam Abu Hanifah “diancam hukuman ta’zir, bukan hukuman mati”.

Apabila masalah ini termasuk masalah yang diperselisihkan, maka yang wajib adalah dikembalikan kepada kitab Allah subhaanahu wa ta’aala dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, karena Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman :

وما اختلفتم فيه من شيء فحكمه إلى الله


Tentang sesuatu apapun yang kamu perselisihkan, maka putusannya dikembalikan kepada Allah.” ( QS. As Syura, 10 ).

Dan Allah Ta'ala juga berfirman :

فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا


Jika kamu belainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( Al Qur’an ) dan Rasul ( As Sunnah ), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama ( bagimu ) dan lebih baik akibatnya.” ( QS. An Nisa’, 59 ).

Oleh karena masing masing pihak yang berselisih pendapat, ucapannya tidak dapat dijadikan hujjah terhadap pihak lain, sebab masing masing pihak menganggap bahwa dialah yang benar, sementara tidak ada salah satu dari kedua belah pihak yang pendapatnya lebih patut untuk diterima, maka dalam masalah tersebut wajib kembali kepada juri penentu diantara keduanya, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Kalau kita kembalikan perbedaan pendapat ini kepada Al Qur’an dan As Sunnah, akan kita dapatkan bahwa Al Qur’an maupun As Sunnah keduanya menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kafir, dan kufur akbar yang menyebabkan ia keluar dari islam.

PERTAMA : DALIL DARI AL QUR’AN :

Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman dalam surat At Taubah :

فإن تابوا وأقاموا الصلاة وآتوا الزكاة فإخوانكم في الدين


Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu ) adalah saudara saudaramu seagama.” ( QS. At Taubah, 11 ).

Dan dalam surat Maryam, Allah berfirman :

فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا فأولئك يدخلون الجنة ولا يظلمون شيئا


Lalu datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak akan dirugikan sedikitpun.” (QS. Maryam, 59-60 ).

Relevansi ayat kedua, yaitu yang terdapat dalam surat Maryam, bahwa Allah berfirman tentang orang orang yang menyia nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya : ” kecuali orang yang bertaubat, beriman …”. Ini menunjukkan bahwa mereka ketika menyia nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu adalah tidak beriman.

Dan relevansi ayat yang pertama, yaitu yang terdapat dalam surat At Taubah, bahwa kita dan orang orang musyrik telah menentukan tiga syarat :
· Hendaklah mereka bertaubat dari syirik.
· Hendaklah mereka mendirikan shalat, dan
· Hendaklah mereka menunaikan zakat.

Allah Ta’ala berfirman,

َخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا


Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59-60)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31)

Pada ayat selanjutnya juga, Allah telah mengatakan,

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا


kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh”. Maka seandainya orang yang menyiakan shalat adalah mu’min, tentu dia tidak dimintai taubat untuk beriman.

Jika mereka bertaubat dari syirik, tetapi tidak mendirikan shalat dan tidak pula menunaikan zakat, maka mereka bukanlah saudara seagama dengan kita.

Begitu pula, jika mereka mendirikan shalat, tetapi tidak menunaikan zakat maka mereka pun bukan saudara seagama dengan kita.
Persaudaraan seagama tidak dinyatakan hilang atau tidak ada, melainkan jika seseorang keluar secara keseluruhan dari agama ; tidak dinyatakan hilang atau tidak ada karena kefasikan dan kekafiran yang sederhana tingkatannya.

Cobalah anda perhatikan firman Allah subhaanahu wa ta’aala dalam ayat Qishash karena membunuh :

فمن عفي له من أخيه شيء فاتباع بالمعروف وأداء إليه بإحسان


Maka barang siapa yang diberi maaf oleh saudaranya, hendaklah ( yang memaafkan ) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah ( yang diberi maaf ) membayar ( diyat ) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik ( pula ).” ( QS. Al Baqarah, 178 ).

Dalam ayat ini, Allah subhaanahu wa ta’aala menjadikan orang yang membunuh dengan sengaja sebagai saudara orang yang dibunuhnya, padahal pidana membunuh dengan sengaja termasuk dosa besar yang sangat berat hukumannya, Karena Allah Subhaanahu wa ta’aala berfirman :

ومن يقتل مؤمنا متعمدا فجزاؤه جهنم خالدا فيها وغضب الله عليه ولعنه وأعد له عذابا أليما


Dan barang siapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” ( QS. An Nisa’, 93 ).

Kemudian cobalah anda perhatikan firman Allah subhaanahu wa ta’aala tentang dua golongan dari kaum mu’minin yang berperang :

وإن طائفتان من المؤمنين اقتتلوا فأصلحوا بينهما, فإن بغت إحداهما على الأخرى فقاتلوا التي تبغي حتى تفيء إلى أمر الله، فإن فاءت فأصلحوا بينهما بالعدل وأقسطوا إن الله يحب المقسطين، إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا بين أخويكم .


Dan jika ada dua golongan dari orang orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali ( kepada perintah Allah ), maka damaikanlah antara keduannya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat adil, sesungguhnya orang orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu…” ( QS. Al Hujurat, 9 ).

Di sini Allah subhaanahu wa ta’aala menetapkan persaudaraan antara pihak pendamai dan kedua pihak yang berperang, padahal memerangi orang mu’min termasuk kekafiran, sebagaimana disebutkan dalam hadits shoheh yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan periwayat yang lain, dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :

سباب المسلم فسوق وقتاله كفر


Menghina seorang Muslim adalah kefasikan, dan memeranginya adalah kekafiran.”

Namun kekafiran ini tidak menyebabkan keluar dari Islam, sebab andaikata menyebabkan keluar dari islam maka tidak akan dinyatakan sebagai saudara seiman. Sedangkan ayat suci tadi telah menunjukkan bahwa kedua belah pihak sekalipun berperang mereka masih saudara seiman.

Dengan demikian jelaslah bahwa meninggalkan shalat adalah kekafiran yang menyebabkan keluar dari Islam, sebab jika hanya merupakan kefasikan saja atau kekafiran yang sederhana tingkatannya ( yang tidak menyebabkan keluar dari Islam ) maka persaudaraan seagama tidak dinyatakan hilang karenanya, sebagaimana tidak dinyatakan hilang karena membunuh dan memerangi orang mu’min.

Jika ada pertanyaan : apakah anda berpendapat bahwa orang yang tidak menunaikan zakat pun dianggap kafir, sebagaimana pengertian yang tertera dalam surat At Taubah tersebut ?

Jawabnya adalah : orang yang tidak menunaikan zakat adalah kafir, menurut pendapat sebagian ulama, dan ini adalah salah satu pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad Rahimahullah.

Akan tetapi pendapat yang kuat menurut kami ialah yang mengatakan bahwa ia tidak kafir, namun diancam hukuman yang berat, sebagaimana yang terdapat dalam hadits hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, seperti hadits yang dituturkan oleh Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam ketika menyebutkan hukuman bagi orang yang tidak mau membayar zakat, disebutkan dibagian akhir hadits :

" ثم يرى سبيله إما إلى الجنة وإما إلى النار ".


… Kemudian ia akan melihat jalannya, menuju ke sorga atau ke neraka.”

Hadits ini diriwayatkan secara lengkap oleh Imam Muslim dalam bab “dosa orang yang tidak mau membayar zakat”.

Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa orang yang tidak menunaikan zakat tidak menjadi kafir, sebab andaikata menjadi kafir, tidak akan ada jalan baginya menuju sorga.

Dengan demikian manthuq (yang tersurat) dari hadits ini lebih didahulukan dari pada mafhum ( yang tersirat ) dari ayat yang terdapat dalam surat At Taubah tadi, karena sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ilmu ushul fiqh bahwa manthuq lebih didahulukan dari pada mafhum.

KEDUA : DALIL DARI AS SUNNAH :

1- Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :

" إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة ".


Sesungguhnya ( batas pemisah ) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” ( HR. Muslim, dalam kitab al iman ).
2- Diriwayatkan dari Buraidah bin Al Hushaib rodhiallohu ‘anhu, ia berkata : aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :

" العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر ".


Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barang siapa yang meninggalkannya maka benar benar ia telah kafir.” ( HR. Abu Daud, Turmudzi, An Nasai, Ibnu Majah dan Imam Ahmad ).

Yang dimaksud dengan kekafiran di sini adalah kekafiran yang menyebabkan keluar dari Islam, karena Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam menjadikan shalat sebagai batas pemisah antara orang orang mu’min dan orang orang kafir, dan hal ini bisa diketahui secara jelas bahwa aturan kafir tidak sama dengan aturan Islam, karena itu, barang siapa yang tidak melaksanakan perjanjian ini maka dia termasuk golongan orang kafir.
 Anda mungkin tidak akan menjadi seperti Einstein, namun hal ini juga bukan alasan untuk tidak membuatnya menjadi lebih baik. Hal-hal di bawah ini akan membuat otak Anda bekerja lebih baik.

1. Ambillah dosis EPA secukupnya
EPA adalah bahan kimia dalam minyak ikan yang merupakan makanan bagi otak, setiap orang pasti sudah mengetahuinya, jadi mengapa tidak memberikannya kapsul minyak ikan setiap hari untuk meningkatkan kekuatannya. Riset menunjukan bahwa minyak ikan dapat memfasilitasi peningkatan aktivitas pada otak, memperlancar peredaran darah, meningkatkan memori dan konsentrasi.

2. Kerjakan sebuah teka teki
Teka-teki silang, Sudoku atau yang lainnya dapat membuat otak Anda tetap pada kondisi terbaik. Sama seperti otot, jika Anda tidak berlatih secara reguler, ia akan kehilangan kemampuannya untuk bekerja secara maksimal.

3. Pergi berjalan kaki
Tidak ada yang dapat mengalahkan udara segar yang dapat menyegarkan pikiran yang dapat mengurangi percakapan mental yang mengganggu logika dan pikiran konstruktif. Sebuah perjalanan di pinggiran kota, dekat sungai atau sekedar di taman akan membantu Anda menyingkirkan awan kelabu dan membantu pikiran Anda tetap jernih.

4. Mempelajari bahasa baru
Mempelajari bahasa baru dapat sindrom dementia (kemunduran otak) sampai dengan empat tahun menurut artikel yang dimuat pada New Scientist. Alasan pasti untuk hal ini belum diketahui, namun dipercaya bahwa ia memiliki hubungan erat dengan peningkatan perdaran darah dan koneksi saraf yang baik.

5. Tertawa
Tawa bukan saja merupakan obat terbaik, ia juga dapat meningkatkan fungsi otak dan menstimulasi kedua sisi otak pada saat yang bersamaan. Pastikan Anda tertawa setiap harinya.

6. Menjadi kreatifif
Melukislah atau pelajari alat musik yang baru, bergabunglah dengan kelas kesenian walaupun Anda yakin Anda payah dalam hal tersebut. Menjadi kreatif memungkinkan Anda untuk menemukan solusi baru untuk permasalahan yang sudah lama dan meningkatkan kesadaran pada saat yang bersamaan.

7. Belajar melempar barang
Riset dari Universitas Regensburg di Jerman memindai otak dari seorang juggler (pemain sulap yang melemparkan barang) dan menemukan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan struktur otak. Setelah berlatih selama tiga bulan, otak akan menunjukan peningkatan signifikan pada dua bagian, yaitu bagian mid-portal dan posterior intraprietal sulcus kiri.

8. Berhubungan dengan sifat keanak-anakan Anda
Einstein pernah berkata bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan dan ia menggunakannya pada beberapa eksperimen yang akhirnya membuatnya menemukan perhitungan paling terkenal sepanjang masa (E=MC2).

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook