Sunday, June 9, 2013

TUKANG RUMAH, MASA LALU, PANDAI MENIPU, PANDAI MENCURI.


  

TUKANG RUMAH, DI MASA LALU,
PANDAI PANDAI MENIPU, PANDAI MENCURI.

NENEK SIHIR, MENYAPU HALAMAN
PUTUS KARETA, TALI CELANA
HATI-HATI, DALAM BERTEMAN,
ADA PENCOPET, JADI SARJANA

           MENCARI BENALU, KE SIALANG,
         TEMPAT ORANG, MENCARI ROTAN.
RASA MALU, JIKA HILANG,
         PERSISI SEPERTI BABI HUTAN


Kukang di hutan, hewan pemalu,
Di ujung pohon, tiada kelompok.
Tukang bangunan, jika menipu,
Akhirrnya akan, jadi perampok.




MENGAPA ORANG, NAIK OPLET
KARENA JALAN, SUNYI SENYAP
BAGAIMANA ORANG, TIDAK MENCOPET,
RASA MALUNYA, SUDAH LENYAP

Awas! Teror Copet tukang bangunan


Ambil dompet, di tangan kanan,
Permaisuri main, bermain kartu
Model copet, tukang bangunan,
Mencuri semen, korupsi waktu.

              Kukang di hutan, bukannya malas,
              Hanya tidur, sampai senja.
              Tukang bangunan, jujur dan ikhlas,
              Akan diracun, teman-temannya.


      Tinggal di kota besar Peknbaru- Riau Indonesia, bagi para tukang jadi daya tarik yang sulit ditolak, karena setiap memerlukan bangunan. Terutama mereka yang ingin mengejar dan meraih kesuksesan dalam bentuk apapun. Pekanbaru Riau, dikenal sebagai kota terbesar kedua di Sumatra, mungkin juga di Indonesia, juga jadi serbuan para pemimpi alias tough dreamer. Buat memenuhi kebutuhan hidup yang terus bertambah, semua orang berlomba mencari nafkah. Tak sulit tentunya bagi mereka yang bermodal pendidikan memadai dan ketrampilan. Atau mereka yang mendapat sedikit keberuntungan. Tapi bagi yang tak mampu bersaing, kota besar ibarat mimpi buruk.

   Kerasnya persaingan di kota besar, membuat sebagian orang menempuh cara-cara tak halal. Mencopet salah satunya. Kejahatan jalanan yang satu ini, termasuk yang paling banyak menyumbang angka kriminalitas di kota besar. Target mereka biasanya terminal, stasiun, dan sejumlah tempat keramaian lain. Para pencopet, memanfaatkan kelengahan penumpang. Dalam angkutan umum misalnya, barang berharga maupun uang berpindah tangan dalam sekejap.

Karena itu untuk menekan angka kejahatan, sepekan silam digelar operasi tertutup di Jakarta. Sebanyak 259 orang terjaring dari berbagai tempat. Satu di antaranya pelaku kejahatan di angkutan umum seperti pencopet dan pejambret. Petugas menyita tas wanita, dompet juga ratusan telepon genggam para korban. Operasi atau razia aparat kepolisian saat ini, cukup gencar. Tapi kejahatan jalanan berusia tua seperti copet tak hilang begitu saja. Ibarat ditekan di satu sisi, timbul di sisi lain.

Tak mudah memang menyusup ke dalam sindikat pencopet. Namun dari hasil penelusuran yang berhasil dilakukan, saat mengikuti aksi pencopet di tengah keramaian, sungguh sangat mendebarkan. Butuh mental baja menjalankan aksi ini, tak sekedar bermodal keberanian dan kelihaian tangan. Risiko tertangkap atau lebih parah dihakimi massa berada di depan mata. Dalam beraksi kawanan pencopet hampir mirip sebuah pasukan khusus. Berkelompok empat hingga delapan orang, baik di keramaian atau di jalanan. Kelompok copet ini lalu berpencar menjadi kelompok satuan yang lebih kecil paling banyak tiga hingga empat orang.

Kelompok kecil pertama bertugas mengintai mangsa. Sementara kelompok kedua menggarap sasaran dengan cekatan. Korban yang lengah jadi favorit para pencopet. Perihal keberanian, komplotan copet ternyata ada alasannya. Mereka berstrategi dengan cara berkawan akrab dengan pemilik otoritas keamanan. Kedekatan ini terbilang saling menguntungkan.

Dengan kekuasaannya, oknum ini akan membuat sandiwara penyelamatan jika pencopet tertangkap. Maksudnya jelas pelaku copet yang ditangkap bebas merdeka. "Soal beking, hasil dijual kemana, aksi secara berkelompok," kata Jono, seorang pencopet.

Saat beraksi, ada sejumlah isyarat yang berlaku. Kode-kode tertentu seperti kerlingan mata di antara kedua copet, tanda mereka mendapatkan mangsa sasaran pencopetan. Setelah menentukan sasaran, seorang anggota copet yang beraksi ikut membuntuti korban.

Eksekutor copet, tak langsung ikut teman yang membawa hasil copetan. Dia berpura-pura membeli sesuatu di pasar. Mereka menuju ke tempat yang ditentukan untuk bagi hasil.

Modus pencopetan yang kerap dipraktikkan komplotan pencopet antara lain berpura-pura muntah, menghalangi jalan atau dikenal dengan ngerem. Bahkan yang paling ekstrim menggunakan silet atau cutter untuk merobek kantung celana atau tas korban.

Nah teknik ini ternyata bisa dipelajari. Karena memang ada yang spesialisasi mengajar copet. Bisa dibilang, sebagai sekolah tak resmi copet diperuntukkan bagi mereka pendatang baru di bidang ini.

Tim SIGI kali ini menelusuri keberadaan sekolah pencopet. Menuju ke lokasi menempuh jalan yang cukup berliku, apalagi sifatnya sembunyi-sembunyi. Perihal ajaran yang diberikan, seorang alumni sekolah copet, Joko pengalaman belajarnya. Antara lain teknik copet, lama belajar, tempat operasi, korban kelompok, dan prosesnya.

Ini memang cukup mengejutkan. Kurangnya kontrol aparat penegak hukum, menjadi salah satu penyebab mata rantai kejahatan dan hasil perbuatan kriminal terus berlangsung.
Suka · Komentari

tak kan ada yang menyangkal bahwa persahabatan itu sangat indah. Betapa tidak, sungguh menyenangkan sekali mempunyai seseorang untuk melewatkan hari-hari, berbagi cerita, serta merasakan suka dan duka bersama-sama. Begitu hebatnya persahabatan ini, hingga seseorang bisa menganggap sahabatnya seperti saudara kandung sendiri, bahkan juga dapat melebihi. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan sebagian orang bahwa keindahan hidup ini belumlah lengkap tanpa kehadiran sahabat.


Tetapi kadangkala…


Persahabatan bisa saja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena sang sahabat melakukan hal-hal yang tidak kita suka. Kadang kita merasa, sang soulmate mulai menjauh dan lebih memilih berteman akrab dengan orang lain entah karena alasan apa. Kecewa, marah, dan perasaan merasa diabaikan bercampur aduk menjadi satu. Pepatah “habis manis sepah dibuang” tiba-tiba saja dirasa sesuai dengan keadaan kita.

Kenangan lama tentang sang sahabat tak jarang datang kembali ke benak ini. Akan tetapi yang muncul hanyalah ingatan tentang sisi buruknya saja. Kebencian lalu menuntun kita untuk meneliti kekurangannya satu persatu. Kesalahannya di masa lampau mulai menari-nari di panggung pikiran. Berbagai prasangka yang tak beralasan pun perlahan-lahan menyeruak dan membelenggu akal sehat.



Begitulah. Sahabat yang pada awalnya kita sayangi berubah menjadi orang yang paling ingin kita hindari. Kita menjadi malas berbicara dengannya. Tak ada lagi keinginan untuk menelponnya barang beberapa menit saja. Kita pun tak berkehendak menyapanya lewat sms atau e-mail. Ya, dengan ungkapan lain, kita menjadi alergi dengan keberadaannya, dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.



Astaghfirullahal ‘azhim…

Jangan biarkan kebencian kita bertahta, wahai kawan!

Memang, kita hanyalah manusia biasa. Adalah hal yang wajar jika kebencian terbit ketika kita mendapat perlakuan yang tidak sesuai kehendak hati. Tapi ingatlah, tak sedikitpun kita diperintahkan untuk memelihara kebencian. Tidak oleh Allah, tidak oleh para nabi dan rasul-Nya, tidak juga oleh para pecinta-Nya yang sejati. Tak ada satupun. Kebencian adalah bagian dari amarah. Dan bukankah Rasulullah telah berulangkali mewasiatkan supaya ummatnya tidak marah?

Berpikir jernihlah, wahai saudara!


Manusia diciptakan tak hanya dengan kelebihan, tapi juga kekurangan dan kelemahan. Sangatlah tidak mungkin kita menemukan orang yang segala perilakunya sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Maka janganlah membencinya apalagi memutuskan hubungan silaturahim dengannya.


Untuk mengusir rasa benci, mengapa kita tidak mengingat sisi yang baik saja darinya? Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang amanah. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang selalu menepati janji. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dia yang selalu berkata jujur. Mungkin saja, di antara sahabat-sahabatmu yang lain, hanya dialah pendengar yang baik. Mungkin saja, dia mempunyai kebaikan yang tidak ditemukan pada sahabat kita yang lain… Sekarang, kita hanya perlu membimbing pikiran kita untuk mencari kebaikan-kebaikannya itu.


Masih ada noktah hitam yang menodai hati?

Janganlah biarkan pikiran buruk yang berkuasa. Ingat saja kenangan indah yang lain. Ketika kita merenda hari-hari bersamanya. Ketika kita melakukan banyak hal yang menggembirakan dengannya. Sungguh tiada guna mengingat kenangan yang kurang menyenangkan karena bisa saja timbul prasangka dan pikiran buruk terhadapnya. Dikarenakan itu, Rasulullah SAW bersabda,


Hati-hatilah dengan prasangka karena prasangka adalah yang terburuk dari kabar palsu, jangan mencari-cari dan mematai-matai kesalahan orang lain, jangan saling mencemburui (iri) satu sama lain, dan jangan memutuskan hubungan satu sama lain, dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara” (HR Bukhari, diriwayatkan oleh Abu Hurairah)


Masih ada berkas-berkas kebencian yang menyusup di relung hati?


Ayolah, coba ingat yang baik-baik dari dirinya. Tentu ada! Jikalau dia memang bersalah, serahkan saja pada yang Maha Adil. Apa keuntungan yang kita peroleh dengan membencinya? Bukankah kebencian hanya akan menyuburkan amarah dan perlahan-lahan akan mengotori jiwa? Maka dengarkanlah firman Allah,


“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy Syams [91] : 9 – 10)









PENIPUAN TUKANG BANGUNAN

Diberi gaji harian, datangnya lambat, pulang cepat.
Diberi kerja baorongan, kerjanya cepat dan asal-asalan.
Tukang bangunan itu, membangun rumahku
Penipuannya, sudah terasa, licik dan sangar .
Tapi dia, begitu tenang, seakan tidak merasa apa-apa. Dia mencuri semen, paku dan alat pemotong besi.
Tidak semua penipu, merasakan
Tidak semua penipu menyangka
Suatu saat nanti, aku akan mengalami
Dinginya tembok dan lantai penjara
menyadarkanmu atas tingkah dan lakumu
Sekarang yang ada hanya penyesalan
dan hari-harimu...tak akan lagi seceria bebas bagai burung
Kutukan Allah, lebih dahsyat dibandingkan hari yang habis dalam tahanan.
Menghitung hari dan kalender usang
didinding yang kumuh tembok pembatas kehidupan
dan mata-mata liar selalu mengawasi gerak-gerik
tapi semua itu terlambat dan hanya sesal
membumbung sampai ubun-ubun

Tetes air mata dan raut murung
jadi pemandanganmu sehari-hari
tak ada lagi senyum kepongahan
tak ada lagi tawa renyai yang mengikuti hari-harimu

Sekarang kehidupan berganti
bagai roda dunia berputar
atas nafsu dan keserakahan dunia
yang telah kau tanamkan
di relung-relung hatimu yang palsu

Harga yang mahal memang harus kau tebus
melewati hari, minggu, bulan ke bulan
entah sampai kapan...?
sampai coretan kepedihan mengotori...
setiap sudut dinding penjara

Apakah kehidupan mereka telah berakhir..?
jawabnya.., pasti belum...!
masih ada sidang para malaikat
yang lambat laun akan menjemputnya.

Kisah Penipu Yang Tertipu Oleh Calon Korbannya Karena Ga Bisa Bhs Inggris !
Sering terima telepon yang ujungnya adalah penipuan? Trik dari Herry Setiadi Wibowo ini boleh dicoba. Herry, pria yang tinggal di Surabaya itu ganti memperdaya tukang tipu dengan trik-trik lucunya.

Herry lantas mengunggah rekaman dialognya dengan tukang tipu via Youtube. Hingga, Sabtu (22/12), video berisi rekaman Herry dengan tukang tipu itu didengarkan hampir 121.000 kali.

Aksi memperdayai tukang tipu via telepon itu dilakukan oleh Herry pada 12 Desember 2012. Saat itu, menurut Herry, ada telepon masuk mengaku dari sebuah stasiun televisi dan mengatakan kalau Herry menang undian.

"Saya sudah kira ini pasti penipuan. Tapi karena memang nggak sibuk banget saya layani, katanya undian dapat Rp 10 juta, saya udah tahu pasti ujung-ujungnya ke ATM atau suruh transfer pulsa, tapi ternyata ini ke ATM. Saya sendiri di Surabaya tapi ngakunya di Jawa Tengah karena kalau saya bilang di Jakarta pasti langsung ditutup, nggak seru jadinya," kata Herry kepada merdeka.com, Jumat (21/12).

Dalam rekaman itu terdengar Herry memilih bank yang belum banyak dikenal untuk mengakali si penipu. "Dia tanyakan ATM kalau saya bilang BCA, BNI pasti sudah biasa saya kira ini sindikat tapi bisa jadi mereka punya draftnya, oleh karena itu saya cari bank yang nggak familiar Standard Chartered dan Citibank. Ternyata benar, mereka nggak paham ya udah saya ikuti," kata Herry.

Yang kemudian terjadi, Herry merekam percakapannya dengan si penipu. Dalam rekaman itu Herry memperdaya penipu termasuk dengan istilah
 " call the police " yang disampaikannya di akhir-akhir perbincangan.

Al Kusuma, seorang karyawan bank terkemuka di Australia mengatakan, bahwa bila kita kehilangan atau tertinggal barang disuatu tempat, dan ditemukan oleh orang yang beritikad baik, tentu kita bisa mendapatkan barang kita kembali. Kalau di kereta atau bus, ada tempat Lost and Found. Berbagai macam barang-barang yang tertinggal ada disana. Paling banyak payung, tapi banyak juga kereta dorong bayi, bahkan ada kursi roda sampai kaki palsu.. “lah koq kakinya bisa tertinggal ya..” katanya sambil tertawa.
Gerimis berganti menjadi hujan, cuaca kian dingin dan langit bertambah gelap. Tapi tampaknya mereka masih belum ingin beranjak.  Tuty, ibu rumah tangga yang juga aktif di organisasi sosial, bercerita bahwa yang menyenangkan disini adalah kita tidakperlu khawatir dengan apa yang orang katakan terhadap penampilan kita. Kita boleh berpakaian biasa atau sederhana, dan tidak ada yang berkomentar tentang penampilan kita. Bila masuk toko atau restoran, apakah dia tukang sapu atau direktur semua tetap mendapat pelayanan yang sama. Disamping itu penduduk disini tidak peduli dengan merk yang disandang. Mereka tidak memperhatikan, apakah tas, sepatu atau baju kita keluaran butik atau perancang ternama. Konon, soal barang-barang branded, yang lebih tahu justru orang-orang Indonesia.
Lalu Al menambahkan disini hirarki sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak terlalu menonjol, semua tampak sama. Karena jarak antara si kaya dan si miskin tidak terlalu jauh. Sebagai contoh, petugas angkut sampah (tukang sampah) mampu membeli mobil. Pelayan toko atau tukang bangunan bisa saja orang kaya, mereka mampu membeli kendaraan dan rumah.
Nieke yang bekerja sebagai perawat dan agen properti menimpali bahwa pagi-pagi bangun tidur, masih pakai piyama dan slipper (sandal kamar) dia harus ke “convenient store”  (sebuah toko kecil seperti Circle-K kalau disini), karena keperluan mendesak, dia tidak sempat ganti baju. Tapi orang biasa saja, tidak ada yang memperhatikannya. Sehingga dia merasa nyaman dan leluasa.
Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menempatkan sekelompok orang memiliki  dimensi kekuasaan, privilese (hak isitimewa)  dan prestise. Biasanya lapisan itu dinilai dari kekayaan, jabatan, atau berdasakan ilmu  pengetahuan dan profesi yang dimiliki (profesor, dokter, insinyur, dsb). Oleh karena itu banyak yang ingin berpenampilan seperti orang kaya atau intelek agar dihargai dan diperlakukan istimewa.
Mereka bersyukur bahwa kenyataan tersebut tidak berlaku di Australia. Semua tampak sama sederajat. Seorang teman yang tinggal di Canberra, ibu kota Australia, sering menyaksikan Kevin Rudd yang saat itu menjadi perdana menteri (kini Menteri Luar Negeri) setiap pagi mengantar anaknya sekolah, menyetir mobil sendiri tanpa pengawalan protokoler. Bahkan dia harus mencari-cari tempat parkir kendaraannya bila ingin mampir. Tidak ada tanda khusus parkir untuk seorang perdana menteri disekolah anaknya.  Tuti juga menambahkan, dia pernah bertetangga dengan Premier New South Wales, pejabat setingkat gubernur. Penampilannya bersahaja, setiap pagi sebelum berangkat kantor dia acap kali menggendong anaknya atau mengajak jalan-jalan. Bahkan belanja kebutuhan rumah tangga ke supermarket sendiri.
Nieke yang bekerja sebagai agen properti dan perawat mengatakan, bahwa meski disini banyak kemudahan dan keteraturan, namun beragam manusia tentu memiliki pelbagai permasalahan. Saya sudah beberapa tahun ini bekerja sebagai perawat, awalnya  ada teman yang menawari pekerjaan tersebut, saya mendaftar melalui sebuah agen jasa perawat, melalui serangkaian tes dan “uji kelayakan” akhirnya diterima. Tapi beda dengan “nurse” atau suster. Bila suster boleh memberikan obat (atas petunjuk dokter) untuk klien atau pasien, sedangkan perawat “hanya” menemani, mendampingi dan mengingatkan untuk minum obat.  Biasanya dia menjaga pasiennya dari pukul 2 siang hingga 8 malam, jadi 6 jam sehari.
Betapa kebahagaiaan hidup tidak tergantung dengan kekayaan, kecantikan ataupun jabatan. Beberapa pasien yang Nieke tangani butuh pendampingan karena merasa kesepian dan ketergantungan fisik.  Ada yang muda belia berusia 20 tahun, gadis cantik rupawan, rambut sebahu, bermata biru. Mengalami cacat fisik dan harus di kursi roda. Tidak bersuara. Bila ingin sesuatu, tangannya bergerak sangat lemah menunjuk ke “words chart” yang ada gambarnya. Bila ingin makan, makan ia menunjuk gambar makanan.. Dia bisa makan sendiri, namun gerakannya sangat lamban. Awalnya gadis ini periang, dan sehat. Namun, karena mengalami depresi mendalam yang menimpa kehidupan pribadinya, lalu nekat bunuh diri. Tetapi gagal, hinggal mengalami Brain Injuri. Syaraf otaknya mengalami kerusakan, tidak dapat menerima oksigen, sehingga otak sulit memerintahkan anggota tubuhnya untuk bergerak, juga bersuara.


        Ada tulisan lain, penulis kutip,  yang katanya  mohon  maaf, saya tidak bisa menulis ini dalam bahasa Inggris karena target saya untuk  untuk orang Indonesia yang paling banyak terjebak oleh penipuan ini. Dan saya tidak akan pakai bahasa bertele2, saya akan melihat dari sisi awam dan humanis sehingga lebih mudah dipahami.
1. AGMAC
Asian Gold Mining Asset Corporation (AGMAC) ditujukan untuk mengalihkan CPS Gold yang sudah macet sejak Oktober 2012 kemarin. Dari sini saja sudah bisa ditebak kalau orientasi investasi VGMC jadi kabur dan sangat tidak masuk akal. Pertanyaan yang menjadi krusial gara2 hal ini adalah: Jadi VGMC ini perusahaan tambang, atau perusahaan investasi tambang, atau investasi emas semata atau apa sih? Pengelolaan Professional Closed End Fund (PCEF) sendiri kok malah terkesan semakin ribet? Kok bisa2nya dialihkan?
Saya lebih membacanya sebagai usaha mengulur2 waktu dan memberi harapan2 “menjelang IPO” yang entah berapa banyak korban VGMC mengerti maksudnya. Sekarang pertanyakan saja secara logis, dulu memasukkan uang dalam jumlah besar agar mendapat deviden segera kan? Kok mau diulur2?
Atau jawab saja pertanyaan yang sampai detik ini tak terjawab: di mana lokasi tambang emas VGMC?
2. Deklarasi Pemegang Saham
Ini apa? Dalam dunia investasi setahu saya tidak ada namanya deklarasi pemegang saham. Saya membacanya ini sebagai usaha menilapkan saham yang dimiliki shareholder karena bisa saja perusahaan mengalihkan kepemilikan saham preferen ke saham biasa atau sebaliknya. Ini mana ada dalam dunia saham atau investasi? Kok bisa ya AGMAC memperlakukan ini?
3. CPS Silver dan CPS Platinum
Ini saja sudah cukup membuktikan ketidak-konsistenan VGMC/AGMAC dalam menjalankan bisnis ini. SH dipaksa beralih ke platina lalu diberi pula opsi kepemilikan perak. Di mana2 itu yang ditawarkan itu adalah saham kepemilikan perusahaan, bukan saham produk. Kalau saya ingin memiliki saham Google, maka yang saya mau itu ya saham kepemilikan atas Google, bukan sahamnya Google Translate, GMail, Google Earth, Google Map, YouTube, Blogger, ataupun produk Google lainnya.
Saya membaca lebih sebagai usaha memperpajang nafas perputaran uang deviden yang sudah macet di CPS Gold.
————————————-
Tergiur fix income (pendapatan tetap), itulah yang menjadi alasan kenapa banyak orang menginvestasikan uangnya pada permainan ini. Dengan target masyarakat kelas menengah ke bawah yang buta dunia investasi lalu dengan mudah saja terperdaya hanya dengan unsur “kepercayaan dan positive thinking“. Dalam dunia ini tidak pernah filosofinya “positive thinking” melulu. Saya selalu beradu argumen dengan mereka yang pro VGMC yang sayangnya selalu tidak tepat sasaran. Saya beragumen menggunakan logika dan pertimbangan yang jelas, saya selalu dijawab dengan alasan2 beraroma ‘jangan berburuk sangka dulu’, ‘kita tunggu saja nanti saat IPO’, atau alasan2 yang lebih berbau ngeles ketimbang menjawab pertanyaan saya tersebut.
Semua pertanyaan yang saya ajukan di postingan saya sebelumnya tidak ada satupun terjawab sampai saat ini.
Sekarang saya bicara dari sisi humanis, skema ponzi adalah realitas masyarakat kita yang serakah (greedy), mau senang tanpa usaha, dan tidak telaah sebelum bertindak. Saya hanya bisa mengurut dada saat membaca keluhan2 korban VGMC yang sudah kesulitan finansial tetapi deviden yang diharapkan tak kunjung datang. Kesulitan finansialnya sendiri tak tanggung2. Saya bahkan mendengar ada yang sampai menggadaikan ladang sawitnya, meminjam dana dari Bank kelewat besar, hingga ada yang memakan biaya haji dan umrah keluarga sendiri.
Tulisan ini tidak mengangkat hal yang baru, karena semua yang saya tulis di postingan sebelumnya sudah kelewat jelas dan berdasar. Yang sampai saat ini masih mengherankan, kenapa masih banyak yang ngotot membela VGMC mati2an sementara dari VGMC sendiri benar2 tidak pernah jelas dan tidak pernah konsisten. Terutama poin konsistensi, ini yang tidak pernah dipegang sama sekali. SH dipaksa top-up terus menerus, dipaksa mengalihkan saham, berkali2 bilang IPO tapi tak jelas prosesnya, dll. Jika dibawa berpikir, adalah aneh sebuah investasi tapi penanam modalnya dibuat ketar-ketir terus, dibuat gelisah, dibuat panik karena ketidak-jelasan.
Ada sebuah ironi yang miris kala terjadi adu argumen antara mereka yang pro-VGMC dan yang kontra-VGMC. Jawaban2 yang diberikan sudah bisa dinilai oleh orang awam sekalipun. Apabila pro-VGMC memberikan argumen, maka argumen seluruhnya mampu dipatahkan dengan analisis yang tepat oleh para kontra-VGMC. Sementara mereka yang pro-VGMC tidak pernah memberikan jawaban2 yang memuaskan atas pertanyaan2 krusial yang diajukan. Umumnya pasti akan ‘ngeyel’ dan ‘ngeles’ semisal ini investasi unsur kepercayaan, kenapa kontra-VGMC ribut terus, atau malah mengalihkan topik tanpa menjawab pertanyaan2 krusial tadi.
Seriously, I’m tired of this s**t!
Saya menulis ini dan mereka yang kontra-VGMC menentang bukan karena apa2 kecuali menghindari banyak orang2 berjatuhan karena penipuan2 yang awalnya diiming2i oleh VGA ambassador VGMC tersebut. Saya pribadi tidak ingin apa2 kecuali tidak lagi melihat berbagai keluhan dan kesedihan karena sudah banyak program2 serupa yang lebih dulu kolaps. Tapi itu tadi, masyarakat tidak suka belajar dari sejarah, dan ini yang terjadi sekarang. Berbulan2 dijanjikan bakal IPO, bakal IPO, bakal IPO, bagaimana mau IPO sementara laporan tahunan saja tak pernah ada. Bagaimana pula orang masih dipaksa ‘positive thinking‘ yang memalsukan itu sementara ‘realistic thinking‘ yang sebenarnya paling diperlukan justru diabaikan begitu saja. Masyarakat kita dipermainkan, diperas, dan dijadikan bahan olok2an karena kurangnya kekritisan pemikiran kita akan berbagai hal, termasuk investasi bodong ini.
Saya hanya bisa klise, tapi tapi saran saya sangat sederhana. Jadilah pribadi yang kritis.
Di saat ada sesuatu hal yang baru tetapi menggiurkan dan sulit dipercaya, seharusnya ditelaah lebih dalam. Dikenali seluk-beluknya terlebih dahulu, apa dan bagaimana proses bisnis beserta resiko2nya. Mana izin bisnisnya, bagaimana prospek ke depannya, dll. Kita harus mencari tahu lebih banyak, digali sumber informasi seluas2nya sebelum bisa percaya.
Mungkin ini tidak ada hubungannya, tapi mental2 seperti ini bisa saja diakibatkan oleh perilaku masyarakat Indonesia yang malas membaca. Membaca itu penting karena dengan membaca kita menjadi mengerti akan suatu hal. Saya rasa membaca Al-Quran tetapi hanya dalam konteks ‘melafazkan’ saja tanpa mengerti isinya hanya akan sia2 saja. Justru membaca Al-Quran lalu dibahas (ditelaah) isinya yang membuat seseorang berilmu dan malah semakin beriman. Setelah digali kebenarannya barulah bisa kita percaya isinya. Tapi ironi seperti ini juga yang banyak terjadi di Indonesia yang mengaku penduduk Muslim terbesar di dunia. Membaca tapi lebih banyak ‘melafazkan’ ketimbang ‘mendalami’ bacaannya itu.
Seperti juga pada VGMC ini, banyak mereka yang terperangkap dan baru menyadari ini penipuan diakibatkan kurangnya pengetahuan pun tidak berinisiatif mencari lebih lanjut. Pun sampai sekarang masih ngeyel dan ngotot sementara argumen2 kritis justru tak didengarkan. Berbisnis dan investasi tidak bisa berjalan dengan otak bebal dan tak kritis. Apalagi kalau memang bisnis berorientasi pada profit, semestinya berhati2 agar profit itu berkejelasan. Toh profit yang jelas membuktikan sehat tidaknya sebuah investasi bukan?
Harapan saya saat ini cuma satu, VGMC, AGMAC, atau berbagai bisnis skema Ponzi lainnya musnah dari negeri ini. Itu saja.

Tambahan:
Sejujurnya, saya benar2 jenuh dengan fanatisme sempit tak terdidik ini. Inilah tipikal masyarakat kelas menengah ke bawah kita yang kurang paham investasi kecuali mengharapkan deviden yang tujuannya sangat tidak mulia dengan cara yang tak ada kerja kerasnya sama sekali. Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam bidang budaya atau humanities, ini adalah realita yang menyesakkan saya karena jauh panggang dari api. Membuat masyarakat yang kritis itu memang bukan perkara mudah memang, tapi hanya melalui tulisan seperti ini pula saya bisa berjuang.
Banyak yang bertanya pada saya, siapa lah saya ini? Bukan orang bidang ekonomi dan investasi, saya hanyalah seorang dosen bidang Cultural Studies yang juga penggemar budaya populer (makanya isinya kebanyakan adalah objek budaya populer yang memang merupakan hobi saya). Tapi apa yang saya tulis adalah apa yang terlihat oleh mata kepala saya sendiri. Bolehlah saya dibilang hanya melihat dari luar saja, saya bukan SH, saya tidak ikut di dalamnya tapi sok menganalisis. Saya hanya bisa bilang, tulisan saya ini saja sudah sangat terlambat dibandingkan banyaknya korban2 investasi bodong ini berjatuhan. Lagipula, dari awal tulisan saya memang disasar pada mereka yang awam seperti saya ini, tetapi dengan bahasa yang sederhana dan bisa mudah dimengerti siapapun. Mungkin karena itu pula tulisan saya soal VGMC itu Penipuan menjadi sangat2 populer dan direspon.
Mungkin ini pesan saya yang perlu disimak dengan baik2:
Kenapa masih percaya pada hal2 yang kontradiktif? Kenapa masih ‘dipaksa’ ber-
positive thinking sementara realita yang terjadi berkata sebaliknya? Kalau benar kita ini terdidik, semestinya keterdidikan kita mampu mempertanyakan dan mempermasalahkan ketidakpastian dan ketidakkonsistenan yang terjadi, bukan?

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook