Friday, August 16, 2013

BERDOALAH SEBELUM BERSETUBUH AGAR TIDAK DIGANGGU JIN



          Kisah Jin Yang Berubah Wujud Menjadi Suami - Dunia alam gaib masih terasa asing bagi kebanyakan orang. Cerita tentang alam gaib atau makhluk alam gaib barangkali sering didengar namun belum tentu semua orang mengalami dan menyaksikan. Apa yang diperbuat makhluk alam gaib bisa jadi akan membuat dunia manusia terhenyak. Kebiasaan buruk para makhluk jin seringkali merugikan manusia. Diantara kebiasaan buruk mereka adalah para kaum lelaki dari kalangan makhluk gaib gemar meniduri para wanita manusia.



BERDOALAH SEBELUM BERSETUBUH
                                                                                AGAR TIDAK DIGANGGU JIN
          Ini bukan cerita hayalan, bukan pula isu murahan yang biasa dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Cerita ini fakta. Agama mengulasnya secara blak-blakan, orang-orang tua dulu pun menyaksikan secara nyata, bahkan memiliki penangkalnya. Lalu kira-kira apalagi yang perlu diragukan?


       Sedikit cerita dari dua dunia. Seorang suami berangkat keluar rumah untuk suatu keperluan. Sang istri sunggingkan senyum dan lambaikan tangan. Tanda restu dan doa dari istri bagi suaminya yang hendak keluar rumah. Tak beberapa lama, suaminya datang lagi, berkata bahwa ada sesuatu yang tertinggal. Sang istri membantu mencarikan sesuatu yang dicari suami dengan tulusnya. Entah bagaimana ceritanya suami itu alihkan situasi. Ia meminta istrinya melayaninya di ranjang. Sang istri sambut keinginan suami dengan hati riang. Setelah semuanya usai sang istri tertidur lelap bak pingsan hingga siang menjelang.(Ceritanya dipotong sebentar)
Untukmu Para Pengantin Baru
Bismillah

Berikut ini beberapa hal yang sebaiknya diketahui oleh para pengantin baru dalam berhubungan dengan pasangannya.
Menjadi pasangan pengantin baru merupakan kebahagian tersendiri bagi kedua mempelai. Rasa bahagia itu begitu menyentuh qalbu yang paling dalam, hati seakan tak mampu menampung rasa bahagia yang telah meluap memenuhi relung hati. Namun begitu, kebahagian menjadi pengantin baru akan terasa lebih sempurna tatkala telah melewati kebersamaan dimalam pertama dengan penuh cinta. Malam dimana seseorang bisa menyalurkan hasratnya melalui jalan yang diridhai Allah. Sehingga, dengannya tak sekedar kenikmatan yang diperoleh tapi juga pahala dapat diraih. Nilai pahala akan lebih bertambah seiring bertambahnya rasa kasih dan sayang antara kedua mempelai manakala berhias dengan adab-adab saat menuju peraduan cinta, sebagaimana yang dituntunkan Nabi shallallahu a’laihi wasallam sebagai pembawa syariat Islam yang sempurna.

Diantara adab-adabnya adalah sebagai berikut :

Sebelum bermalam pertama, sangat disukai untuk memperindah diri masing-masing dengan berhias, memakai wewangian, serta bersiwak.
Berdasarkan sebuah hadits dari Asma’ binti Yasid radhiyallaahu ‘anha ia menuturkan, “Aku merias Aisyah untuk Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam. Setelah selesai, aku pun memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun duduk di sisi Aisyah. Kemudian diberikan kepada beliau segelas susu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminum susu tersebut dan menyerahkannya pada Aisyah. Aisyah menundukkan kepalanya karena malu. Maka segeralah aku menyuruhnya untuk mengambil gelas tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR Ahmad, sanad hadits ini dikuatkan oleh Al-Allamah Al-Muhadits Al-Albani  dalam Adabul Zifaf].

Adapun disunnahkannya bersiwak, karena adab yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau selalu bersiwak setiap setiap hendak masuk rumah sebagaimana disebutkan oleh Aisyah radhiyallaahu ‘anha dalam Shahih Muslim. Selain itu akan sangat baik pula jika disertai dengan mempercantik kamar pengantin sehingga menjadi sempurnalah sebab-sebab yang memunculkan kecintaan dan suasana romantis pada saat itu.
Hendaknya suami meletakkan tangannya pada ubun-ubun istrinya seraya mendoakan kebaikan dengan doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan :

اللّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR. Bukhari dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].

          Disunnahkan bagi keduanya untuk melakukan shalat dua rakaat bersama-sama. Syaikh Al Albani dalam Adabuz Zifaf menyebutkan dua atsar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Bakr Ibnu Abi Syaiban dalam Al-Mushannaf dari sahabat Abu Sa’id, bekat budak sahabat Abu Usaid, beliau mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak ia pernah melangsungkan pernikahan. Ia mengundang beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr, dan Hudzaifah.
Abu Sa’id mengatakan, “Mereka pun membimbingku, mengatakan, ‘Apabila istrimu masuk menemuimu maka shalatlah dua rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu. “Dalam riwayat Atsar yang lain Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, perintahkan isrtimu shalat dibelakangmu.”

          Ketika menjumpai istri, hendaknya seorang suami berprilaku santun kepada istrinya semisal dengan memberikan segelas minuman atau  yang lainnya sebagimana dalam hadits di atas, bisa juga dengan menyerahkan maharnya. Selain itu hendaknya si suami untuk bertutur kata yang lembut yang menggambarkan kebahagiaannya atas pernikahan ini. Sehingga hilanglah perasaan cemas, takut, atau asing yang menghinggapi hati istrinya. Dengan kelembutan dalam ucapan dan perbuatan akan bersemi keakraban da keharmonisan di antara keduanya.

          Bagi suami yang akan menjima’i istri hanya diperbolehkan ketika istri hanya diperbolehkan ketika istri tidak dalam keadaan haid dan pada tempatnya saja, yaitu kemaluan. Adapun arah dan caranya terserah yang dia sukai. Allah berfirman yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhi (tidak menjima’i) wanita diwaktu haid, dan janganlah kalian mendekati (menjima’i) mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu pada tempat yang diperintahkan Allah kepad kalian (kemaluan saja). Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Istri-istri kalian adalah (seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat itu bagaimana saja kalian kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri kalian, bertakwalah kepada Allah, ketahuilah bahwa kalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 222-223]. 

        Apabila seorang suami ingin menggauli istrinya, janganlah ia terburu-buru sampai keadaan istrinya benar-benar siap, baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain. Begitu pula ketika suami telah menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru meninggalkan istrinya sampai terpenuhi hajat istrinya. Artinya, seorang suami harus memperhatikan keadaan, perasaan, dan keinginan istri. Kebahagian yang hendak ia raih, ia upayakan pula bisa dirasakan oleh istrinya.

       Ingat, diharamkan melalui dubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang haid atau melalui duburnya, maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud]. Kata ‘kufur’ dalam hadits ini menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang melakukan hal ini. Meskipun, kata para ulama, ‘kufur’ yang dimaksud dalam hadits ini adalah kufur kecil yang belum mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Telah kita ketahui bersama bahwa syaitan selalu menyertai, mengintai untuk berusaha menjerumuskan Bani Adam dalam setiap keadaan. Begitu pula saat jima’, kecuali apabila dia senantiasa berdzikir kepada Allah. Maka hendaknya berdo’a sebelum melakukan jima’ agar hal tersebut menjadi sebab kebaikan dan keberkahan. Do’a yang diajarkan adalah:

بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallaahu 'anhu]. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa seandainya Allah mengkaruniakan anak, maka syaithan tidak akan bisa memudharati anak tersebut. Al Qadhi menjelaskan maksudnya adalah syaithan tidak akan bias mearsukinya. Sebagaimana dinukilkan dari Al Minhaj.

Diperbolehkan bagi suami dan istri untuk saling melihat aurat satu sama lain. Diperbolehkan pula mandi bersama. Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu bejana dan kami berdua dalam keadaan junub.” [HR. Al Bukhari dan Muslim.]

       Tidak boleh menyebarkan rahasia ranjang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah laki-laki yang mendatangi istrinya dan istrinya memberikan kepuasan kepadanya, kemudian ia menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu 'anhu]

        Diwajibkan bagi suami istri yang telah bersenggama untuk mandi apabila hendak shalat. Waktu mandi boleh ketika sebelum tidur atau setelah tidur. Namun apabila dalam mengakhirkan mandi maka disunnahkan terlebih dahulu wudhu sebelum tidur. Berdasarkan hadits Abdullah bin Qais, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang dilakukan Nabi ketika junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Semua itu pernah dilakukan Rasulullah. Terkadang beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang pula beliau hanya wudhu kemudian tidur.”[HR. Ahmad dalam Al Musnad]
          Dari poin-poin yang telah dijelaskan nampaklah betapa agungnya kesempurnaan syariat Islam dalam mengatur semua sisi kehidupan ini. Sehingga pada setiap gerak hamba ada nilai ibadah yang bisa direngkuh pahalanya. Tidak sekedar aktivitas rutin tanpa faedah, tak semua pemenuhan kebutuhan tanpa hikmah. Oleh sebab itu tak ada yang sia-sia dalam mengikuti aturan Ilahi  dan meneladani sunnah Nabi. Semuanya memiliki makna serta mengandung kemaslahatan, karena datangnya dari Allah Dzat Yang Maha Tinggi Ilmu-Nya lagi Maha sempurna Hikmah-Nya. Maka dari itu syariat yang Allah turunkan selaras dengan fitrah hamba-Nya sebagai manusia, sebagimana disyariatkan pernikahan.

        Kesempurnaan syariat Islam ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya melebihi perhatian hamba terhadap dirinya sendiri. Oleh karenanya, hendaklah setiap hamba tetap berada di atas fitrah tersebut di atas agama allah agar dirinya selalu berada di atas jalan yang lurus, “(Tetaplah di atas fitrah) yang Allahtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” [QS. Ar Rum: 30]. Allahu a’lam.

Dikutip dari Majalah Tashfiyyah Edisi 09 Vol. 01 1432 H-2011M
By Pencari Ilmu • Posted in Keluarga            • Tagged Adab Malam pertama sesuai syariat, adab pengantin bagi muslim dan muslimah, doa sebelum bersetubuh, doa sebelum dan sesudah jima, doa setelah berhubungan badan, Malam pengantin baru

Sambungan Cerita di  atas

         Esoknya, masih dalam keadaan rambut basah setelah mandi sang istri memuji keperkasaan suami malam tadi sambil bertanya ramuan apa yang diminum suaminya hingga berubah menjadi kuda liar tiada tanding. Tiba-tiba suami terlonjak. Suami seketika mengelak dari pujian, karena semalaman ia berada diluar rumah dan tidak menginjakkan kakinya kerumah lagi sejak pertama ia keluar rumah hingga jelang pagi. Sang istri balas menuding suami telah lupa ingatan.


         Suami jadi emosi, suaranya meninggi. Ia bersumpah tidak melakukan apa yang dikatakan istri. Istri dimaki seenak hati. Percikan api rumah tangga tiba-tiba berkobar. Sang istri kebingungan, antara melanjutkan pertengkaran ataukah berpikir jernih. Jika semalam sang suami tidak kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal, jika semalam bukan suaminya yang minta dilayani, lalu siapa lelaki yang telah memuaskannya hingga membuat dirinya letih setengah mati?


        Api rumah tangga mungkin bisa padam mungkin juga tidak. Namun sebulan setelah peristiwa malam itu sang istri dinyatakan positif hamil 1 bulan. Padahal karena kesibukan yang sangat padat, suaminya selama 2 bulan belum sempat menyentuh istrinya. Lalu bagaimana bisa sang istri dinyatakan positif hamil dengan usia kandungan 1 bulan? Disini, alur cerita mulai terkuak. Sang istri ternyata kecolongan melayani makhluk gaib dimalam lalu itu. Bahkan peristiwa dimalam naas itu telah membuahi janin dalam rahimnya. Dan anak dalam kandungan akan segera lahir mengisi dunia sebagaimana anak-anak lainnya. Setelah dewasa nanti, bisa jadi ia berfisik manusia akan tetapi prilakunya non manusia.

        Kejadian seperti ini sebenarnya bukan lagi rahasia, kebanyakan orang malah sudah mengetahuinya, tidak sedikit juga yang pernah mendengarnya bahkan pernah menyaksikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Agama pun mewanti-wanti setiap pasangan suami istri untuk mendahulukan doa sebelum melaksanakan kewajiban jasmani dan rohani. Bisa dibayangkan, begitu teramat pentingnya doa itu hingga saat napsu sudah diubun-ubun justru doa yang segera dibaca oleh pasangan suami istri itu. Setelah usai, kembali dilanjutkan lagi oleh doa-doa penutup. Jika ingin melakukannya lagi, lagi-lagi harus kembali membaca doa, dan begitu seterusnya.


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook