Friday, August 16, 2013

Ciptaan Allah, kelelawar Kini jadi, obat penawar




Air Liur Kelelawar 
obati stroke

  • Ciptaan Allah, kelelawar
  • Kini jadi, obat  penawar
  • Ciptaan Allah, Mahabesar
  • Manfaatnya, kini terbongkar





  1. Allah ciptakan, tanpa malu
  2. Makhluk jelek, warna kelabu
  3. Rupanya memiliki, sesuatu
  4. Jadi  obat, yang bermutu



Air liur kelelawar yang berpotensi obati stroke dimuat kompas dengan judul Air Liur Mujarab. Secara garis besar, dalam tulisan ini diceritakan bahwa walaupun kelelawar merupakan hewan perusak.

 Ternyata air liur dari jenis kelelawar tertentu  berpotensi mengobati stroke. Potensi air liur kelelawar ini sudah dibuktikan oleh tim peneliti dari Australia.

Air Liur Mujarab

      Melihat kelelawar, pasti yang terbayang adalah adegan film horor tentang drakula. Padahal, persamaan di antara mereka hanya karena sama-sama hobi mengisap darah.
Terutama jenis kelelawar vampir yang punya tubuh lebih besar ketimbang jenis kelelawar lain dan memang suka mengisap darah ternak. Makanya, sering dianggap hama oleh para peternak di Benua Amerika (Tengah dan Selatan) juga di beberapa negara Eropa.
        Jenis kelelawar yang kemudian jadi inspirasi tokoh horor, Count Dracula, ini sebenarnya terbagi atas tiga jenis. Yakni, Diaemus youngi, Diphylla ecaudata, dan Desmodus rotundus. Dan hanya jenis kelelawar vampir ini yang menyukai darah sebagai makanan pokok. Sedangkan jenis kelelawar lain, dari keluarga (family) lainnya, lebih memilih buah-buahan sebagai makanan pokok mereka. Jadi, ternyata tidak semua jenis kelelawar penyuka darah.
Dari tiga jenis kelelawar vampir tersebut, jenis Desmodus rotundus sajalah yang merupakan musuh para peternak. Walau tubuhnya kecil (rentang sayapnya sekitar 20,3 cm dan tubuhnya sebesar ibu jari orang dewasa), tapi jenis ini suka mengisap darah binatang-binatang ternak yang tentunya punya ukuran tubuh lebih besar. Seperti sapi, babi, kuda, dan ternak lainnya. Sedang dua jenis lainnya lebih memilih mengisap darah burung.
Uniknya, kelelawar vampir ini begitu rakusnya hingga bisa mengisap darah korbannya selama 30 menit nonstop. Dan volume darah yang diisapnya bisa nyaris seberat tubuhnya yang kecil. Makanya begitu selesai berburu, kelelawar vampir akan kelebihan beban dan akhirnya hanya bisa terbang maksimal satu meter di atas tanah. Kalau mau dianalogikan seperti nyamuk yang baru saja mengisap darah kita banyak- banyak, menggendut hingga sulit terbang. Enak banget buat ditepak karena gerakannya tidak lagi lincah.
Sebenarnya, proses pengisapan darah kelelawar vampir tidak sampai membuat korbannya mati. Lagi-lagi seperti kita diisap nyamuk. Tapi, biasanya mamalia bersayap yang hidupnya berkomunitas ini sering mengidap rabies. Akibatnya, ketika berburu, mereka juga suka menyebarkan penyakit yang dikenal dengan nama “anjing gila” tersebut. Maka, korbannya pun tertular hingga akhirnya bisa mengakibatkan kematian. Proses inilah yang dibenci para peternak hingga bisa merugikan mereka.
“Saliva” mujarab
Lepas dari kemungkinan menjadi pembawa penyakit rabies, kelelawar vampir juga mempunyai kandungan senyawa kimia di air liurnya (saliva). Senyawa kimia yang ada di saliva kelelawar vampir ternyata bisa memecahkan bekuan darah (blood clot). Senyawa kimia yang dimaksud sebenarnya berupa enzim bernama Desmoteplase (DSPA). Fungsi enzim ini untuk mengencerkan darah korban sewaktu digigit agar bisa mengalir deras hingga mudah diisap. Makanya, binatang yang bisa melihat tajam hingga jarak 130 meter ini bisa terus-menerus mengisap korban tanpa berhenti.
Kalau darah mamalia seperti sapi, kuda, dan lainnya bisa dicegah pembekuannya, maka secara logika saliva tersebut tentu juga bisa berfungsi pada darah manusia. Maksudnya, tentu saliva kelelawar vampir bisa digunakan sebagai obat pencegah pembekuan darah ke otak pada manusia, sebuah proses yang bisa mengakibatkan stroke pada manusia.
Seperti diketahui, otak manusia memerlukan 20 persen dari jumlah darah yang mengalir di dalam tubuh. Bila aliran darah ke otak terhambat dalam beberapa detik saja, sel-sel otak akan rusak atau mati. Dengan demikian, beberapa bagian otak pun jadi ikut rusak. Proses inilah yang disebut stroke. (…bersambung ke halaman 2)

         Desmodus rotundus merupakan salah satu dari 3 jenis kelelawar yang menghisap darah. Desmodus rotundus menghisap darah hewan ternak dan sangat jarang menghisap darah manusia. Meskipun ukuran tubuh kecil dengan panjang tubuhnya 3 inchi, berat badannya 1 ons, dan panjang sayap 8 inchi. Desmodus rotundus sangat rakus dalam menghisap darah korban sampai 30 menit tanpa berhenti (Davidson, 2001).
          Desmodus rotundus memiliki rumus gigi I 2/2, C 1/1, P 2/2, dan M 3/3 (Suyanto, 2001). Permukaan gigi memiliki tonjolan yang runcing. Desmodus rotundus menghisap darah mangsa ketika mangsa tidur dan sangat jarang sampai membuat mangsanya bangun. Gigi yang dimiliki oleh kelelawar vampire sangat tajam, sehingga ketika melakukan gigitan tidak terasa sakit. Ada beberapa tahapan tingkah laku makan dari Desmodus rotundus, yaitu menyeleksi mangsa, menjilat bagian yang akan digigit, membersihkan rambut di tempat yang akan digigit, dan menggigit kulit mangsa (Marfu’ah, 2007).
        Desmodus rotundus menemukan keberadaan mangsanya, dengan cara echolocation, yaitu dengan menggunakan gema (pantulan suara) yang berfrekuensi tinggi. Selain itu, mangsa juga dapat diketahui dari panas tubuh dan dari desahan nafas mangsanya. Desmodus rotundus mengintai mangsanya sampai mangsanya tidur. Setelah mangsanya tidur, Desmodus rotundus akan naik ke tubuh mangsa menggunakan cakar ibu jari dan menentukan bagian yang akan digigit.
         Setelah bagian yang akan digigit ditentukan, Desmodus rotundus membasahi bagian yang akan digigit menggunakan air liur dengan cara menjilati bagian tersebut. Cara ini dilakukan untuk memudahkan membersihkan bagian yang akan digigit dari rambut penutup kulit. Desmodus rotundus mencukur rambut pada bagian yang akan digigit menggunakan gigi seri. Cara ini dilakukan ketika mangsanya adalah hewan yang memiliki penutup kulit berupa rambut. Tingkah laku mencukur atau membersihkan kulit tersebut bertujuan supaya ketika darah mengalir keluar, Desmodus rotundus dapat dengan mudah menjilatinya.
        Tahapan terakhir yaitu menggigit kulit mangsa sampai menembus sistem sirkulasi darah (kurang lebih 3 inchi). Ketika menggigit mangsanya, Desmodus rotundus juga mengeluarkan suatu kandungan senyawa kimia di air liurnya (saliva). Senyawa kimia tersebut bersifat sebagai antikoagulan yang disebut draculin. Namun dari sumber lain, senyawa kimia yang terkandung pada saliva Desmodus rotundus berupa enzim bernama Desmoteplase (DSPA) (Davidson, 2001) . Fungsi enzim ini untuk mengencerkan darah mangsa sewaktu digigit agar mengalir deras hingga mudah diisap. Oleh karena itu, Desmodus rotundus bisa terus-menerus menjilati darah mangsanya tanpa berhenti.

DAFTAR RUJUKAN
Davidson. 2001. Habitat and Habitat Utilization by the Common Vampire Bat. (Online), (http--www_bio_davidson_edu-people-vecase-behavior-Spring2001-Kizer-vampire2a_jpg.htm, diakses tanggal 7 November 2009)
Drew K. 2001. Vampire Bat. (Online), (http://thewildones.org/Animals/vampire.html, diakses tanggal 7 November 2009)
Marfu’ah, Nurul. 2007. Kelelawar Vampir. Malang: Komunikasi
Suyanto, Agus. 2001. Kelelawar di Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi - LIPI
Diposkan oleh lya vita di 01.54

Ilmu pengetahuan sampai saat ini mengakui hanya tiga spesies kelelawar vampire yang hidup kelelawar vampir umum, Kelelawat vampire putih (langka) dan kelelawar vampire berbulu lebat. Semua tiga spesies yang tersebut ditemukan di Amerika Selatan dan wilayah Amerika Tengah. Tidak diketahui mengapa spesies kelelawar vampire banyak di negara Amerika padahal legenda vampir Eropa didasarkan pada kelelawar vampir Eropa.

Kelelawar vampire kebanyakan bertubuh kecil, mereka dapat dengan mudah tertutup telapak tangan manusia, dengan sayap yang tidak melebihi 8 inci. Mereka minum darah manusia atau hewan dengan cara menghisapnya langsung ke pembulu darah. Terkadang korban yang dihisap hanya merasakan satu gigitan kecil, sehingga banyak yang tidak menyadari ketika kelelawar vampir menghisap darah mereka. Berdasarkan legenda ternyata kelelawar vampir memiliki sepupu yang lebih besar, yang dianggap telah punah. Dinamakan kelelawar vampir raksasa atau draculae Desmodus, makhluk ini menghuni daerah Venezuela dan Brasil di Amerika Selatan diperkirakan lebar sayap kelelawar jenis raksasa ini sekitar 17 inci ketika masih hidup. Tentunya akan dibutuhkan konsumsi banyak darah untuk dapat bertahan hidup.

Entah apakah spesies jenis ini masih hidup atau memang sudah punah sama sekali. Laporan terakhir didapat dari seorang peternak Brazil tenggara yang mendapat musibah 7 ekor ternaknya mati mengenaskan ( 2 ekor sapid an 5 kambing) dengan kondisi kering atau darah para ternak ini habis tidak tersisa. Apakah ini perilaku dari spesies kelelawar vampire raksasa? Jika benar para ahli Cryptozoology memperkirakan ukuran kelelawar ini mungkin yang paling terbesar mencakup suatu range, sampai dengan lebar sayap 3 kaki, 3 inci. cryptozoologists sejauh ini gagal untuk menemukan contoh hidup kelelawar vampir raksasa, tapi masih ada banyak harapan jika mereka mau meneliti lebih lanjut, karena para ahli sempat menemukan kotoran kelelawar dalam ukuran besar yang diduga milik spesies kelelawar vampir raksasa.

Kelelawar adalah beberapa hewan yang paling sulit di dunia untuk dicari, dan karena itu, bahkan para ilmuwan percaya bahwa menemukan spesies baru hanya menunggu sesuatu yang tidak pasti. Selain itu, Amerika Selatan masih merupakan daerah ‘panas’ untuk penemuan hewan baru, sampai pada harinya nanti, akankah kelelawar vampire raksasa ditemukan?

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook