Saturday, August 17, 2013

PENDIDIKAN, INGIN BERMUTU TANAMKAN PRINSIP, BERWIRASWASTA



PUISI   KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN
M.RAKIB JAMARI,  S.H.,  M.Ag

KALAU TUAN, MENCARI KUTU
JANGAN DISURUH,  ORANG BUTA
KALAU PENDIDIKAN,  INGIN BERMUTU
TANAMKAN PRINSIP, BERWIRASWASTA

WIRASWASTA ITU, ENTREPRENEUR
TERAMPIL BEKERJA, JANGAN LUNTUR
TAMAT MAN-SMA, JANGAN MENGANGGUR
RENCANAKAN KURIKULUM, SIAP TEMPUR


Kuucapkan selamat pagi kaum penindas
Kaum yang mengorbanklan simiskin
Mengorbankan para penganggur

Karena pendidikan tidak memmberikan keterampilan apapun
hari ini aku mulai lagi
Aku membuka hari di balik dinding pabrik
Ratusan karyawannya sudah jadi tumabal Setan
Diawali dengan kibasan  handuk putih
Seminggu kemudian dia, digilas truk langsung mati
Darahnya dijilat jin, peminta tumbal
Bsku makin kaya, dengan kesenagan duniawi, tanpa cela
Bosku menjadi hamba pemilik modal
memproduksi banyak laba
dengan tenaga tanpa tersisa
selamat pagi penderitaan
selamat pagi keringat-keringat kecapaian
        Kemiskinan dan pengangguran dan dalam proses elaborasi dan diskusi, isu tersebut menyinggung atau dikaitkan dengan factor pendidikan. Baik oleh KPU, Moderator dan para Calon President sangat memahami bahwa berbicara tentang kemiskinan itu terkait dengan pengangguran, dan berbicara tentang pengangguran itu sangat terkait dengan ketersediaan lapangan kerja. Dan dalam sudut pandang lain, pengangguran dan kemiskinan adalah  juga merupakan dampak dari kultur, karakter dan kualitas sumber daya manusia yang menjadi focus dari fungsi pendidikan. Artinya factor pendidikan merupakan salah satu factor utama yang harus dibenahi di samping factor penyediaan lapangan pekerjaan, jika kita ingin mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

Di   tempat ini,  hari ini telah aku mulai semua
seperti kemarin
dan esok pagi, memberi peringatan
kepada pemilik tumbal Setan.

M A R A H KARENA MERUSAK  AQIDAH

Kini  aku marah padanya, karena aqidahnya rusak
Pelihara jin peminta darah dan nyawa bangsaku
Pemiliknya bangsa asing, tiada takut SARA.
ketika aku kelaparan, dia berpesta dengan rekan-rekan
malah menumpuk banyak makanan di gudang
tuan tanpa memberi sedikit pun untukku
aku tambah marah padanya
dia menutup telinga ketika aku bicara
menyunati hak-hak dan kemauanku
sementara tuan paksakan kehendaknya padaku
agar dipatuhi dan dituruti
aku semakin marah, muak, dan benci
ternyata tuan bermuka dua
dewa dan Raja Fir’aun
maka aku tak suka dan bilang "TIDAK" atas kehendaknya.
Jangan Biarkan
jangan biarkan!
tirani menguasai diri
perbudakan masih selalu meraja
karena hak asasi ada
maka jangan ragu ‘tuk bersuara
jangan relakan
harga diri hanyalah sumpah
nasib hidup dimonopoli
karena saatnya telah tiba
untuk tak terbuai palsunya janji
satukan semangat baja
satukan keberanian dan asa
bulatkan tekad di hati
tirani harus segera sirna
dan enyah dari kehidupan buruh
P a B r i k
kau ada di mana-mana
menguasai kota negeriku
berdiri kokoh menentang langit
memamerkan keangkuhan
dengan tembok tinggi mengelilingi
lengkap dengan anjing penjaga
siap melindungi

manakala gerbang pintumu terbuka
berduyun ribuan anak manusia
berlomba memasukimu
tak peduli kawan ataupun famili
saling jegal bukan hal yang aneh lagi
(adakah janji untuk mereka? Apa?)
Perempuan-Perempuan Malam
di jantung malam yang sunyi
di saat tidur buahkan mimpi
di sudut-sudut kota yang remang
bermunculan perempuan-perempuan
melangkah di antara bising malam
menyapa purnama yang enggan tersenyum
mereka tinggalkan anak dan suami
kerja keras demi sesuap nasi
waktu telah menciptanya
menjadi robot-robot kapitalis
malam kian larut
embun yang tak lagi bersih menetes ke bumi
dingin menusuk tulang-tulang
namun mereka tetap tak memejamkan mata
mereka terus bekerja dan bekerja
kenangan
dalam diam dalam sunyi
tergambar semua yang pernah terjadi
teringat kenangan demi kenangan
dalam kehidupan sehari-hari

          Memang perlunya intervensi pemerintah pada dunia pendidikan, disamping intervensi pada dunia usaha dan industri. Dunia pendidikan harus mampu memberikan ketrampilan serta semangat enterpreneurship kepada pelajar Indonesia. Penciptaan sekolah kejuruan dipandang perlu agar dapat memberikan ketrampilan dan kemampuan kerja untuk hidup secara lebih layak kepada penduduk Indonesia. Demikian pula halnya kurikulum yang terintegrasi dengan sistem perencanaan tenaga kerja nasional menjadi mutlak untuk dikerjakan. Kurikulum pendidikan harus berbobot dan operasional mengantarkan pelajar Indonesia mampu bersaing di tingkat global, bukan hanya ketika mereka masih di bangsu sekolah, tetapi juga setelah mereka keluar dari bangku sekolah, yakni menjadi enterpreneur dan pelaku pembangunan yang produktif, kompetitif, peduli dan bertanggung jawab.
Dalam disiplin sekolah, ada senyum dan rasa sedih tiba-tiba
teringat ada kawan buruh kencing di celana dalam
ketika sedang menjahit
karena tidak kebagian kartu ke WC
ada rindu dan benci
teringat kekasih yang pergi tanpa kembali
ada semangat, harapan
juga sesal diam-diam menyelinap tanpa batas
semua hadir bersama lamunan
kenangan memang memberi warna tersendiri dalam kehidupan
tak memandang gelandangan, bangsawan, ataupun konglomerat
terkadang ada yang menyakitkan
terkadang justru menjadi acuan masa depan
dan cerita kehidupan
Tumbal-tumbal  dari  orang pengangguran
sunyi dalam keramaian kota Jakarta terasa melelahkan
otak hanya berisi berjuta hayalan
menjadi bunga-bunga mimpi malam hari
tapi alam senantiasa jadi saksi
membuka hari dengan melipat kaki bukan niat hati
melewati hari-hari dengan lamunan bukan tujuan
karena hidup memerlukan kebutuhan
rindu dan cinta harus jadi nyata
tak hanya tumpah pada kebisuan buku harian



pengangguran, pengangguran
begitu susah mencari sesuap nasi
sementara kota yang kutinggali seolah mengusir
dari tepi-tepi, sudut-sudut, dan lorong-lorongnya
entah mesti apa lagi yang harus aku lakukan
karena burung pipit yang menganggu petani
telah berganti gemuruh mesin-mesin
sawah ladang kebanggan telah tertanam bangunan-bangunan megah
bahkan menjadi kawasan industri
pengangguran, penganguran
seharusnya tak membludak seperti sekarang
sebab para penjajah telah lama pergi.

         Penyediaan lapangan kerja (oleh dunia industri), pengangguran dipandang sebagai sesuatu yang terjadi karena seseorang tidak mendapatkan pekerjaan yang disebabkan oleh lapangan kerja yang kurang. Seseorang akan menganggur karena ia tidak melamar kerja atau karena lamarannya ditolak atau karena ia di PHK. Dunia industri selalu dipandang sebagai aktor yang bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah orang yang tidak memiliki pekerjaan. Pemerintahpun disalahkan karena tidak mampu menciptakan iklim atau mengkondisikan atau memprakondisikan tumbuhnya dunia industri yang baik yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

         Oleh karena itu pemerintah didesak dan / atau merasa dirinya perlu mendorong agar dunia industri tumbuh dan berkembang secara baik yang secara kuantitas dapat menyerap seluruh tenaga kerja yang ada di pasar kerja. Untuk itu kita mengenal ada paket program dan insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada dunia dan pelaku industri, bahkan bukan hanya pelaku industri dalam negeri tetapi pemerintah diminta dan merasa dirinya perlu untuk memberikan kemudahan kepada dunia industri luar negeri agar berinvestasi di Indonesia.

Sementara dalam  perspektif pendidikan, pengangguran dipandang sebagai ketidak mampuan atau sebagai kekurangan kemampuan (lack of competency) dan keterampilan (skill) untuk bekerja dan mencari nafkah menopang kehidupannya. Jadi seseorang menganggur lebih dipandang sebagai ketidakmampuan bekerja, dan tidak perlu menyalahkan faktor lain di luar dirinya (misalnya tidak ada peluang kerja) pada dunia industri. Seseorang yang tidak memiliki kompetensi dan keterampilan untuk hidup tentu merupakan urusan pendidikan.

Dengan demikian secara makro, jumlah pengangguran yang ada di suatu negara merupakan hasil atau pengaruh dari fungsi sistem pendidikan nasional yang dijalankan oleh bangsa tersebut. Seperti juga disebutkan oleh Moderator Debat Capres tadi malam (Dr. Aviliani) bahwa saat ini jumlah pengangguran terdidik di negara kita sebesar 53% dari total (kurang lebih) 9 juta pengangguran. Jumlah prosentase tersebut sangat besar karena lebih dari setengah atau mayoritas pengangguran kita adalah mereka yang menamatkan pendidikan SMP, SMA, SMK, MA, M.Ts, Universitas, Sekolah Tinggi atau Institut, danlain-lain.

Kehadiran pengangguran terpelajar (dengan prosentase yang besar) sepenuhnya harus menjadi tanggung jawab sektor pendidikan. Dunia usaha dan industri tidak patut disalahkan atas fakta adanya pengangguran terpelajar.

Semoga isu tersebut tidak hanya sekedar diwacanakan tetapi menjadi komitmen yang akan dirumuskan dalam bentuk rencana aksi program dan kebijakan setelah mereka terpilih menjadi pemimpin bangsa pada tahun 2009 hingga tahun 2014.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook