Tuesday, August 6, 2013

MALANG NIAN NASIBMU KANIA DAN KAMILA


(Kisah Sedih Dan Pilu Perjalanan Hidup Seorang Ayah)

Written By Baginda Ery on Selasa, 26 Maret 2013 | 21.50

 DITULIS ULANG OLEH
Muhammad Rakib Jamari Riau



BIBIR  PEDIH,   KENA   SEMBILU,
LEMANG DIMAKAN, DI MALAM HARI.
KISAH  SEDIH ,    BEGITU  PILU
JANGAN MASUKKAN,   KE  DALAM   HATI



        Air mataku   terkuras  sudah 25 tahun yang lalu, karena nasib diriku yang malang,  ditakdirkan  sebagai menantu bukan pilihan.Tapi aku  adalah piihan anaknya  yang  bernama   
Kania .  Karena Kania nekat, akupun   nekat  juga..  Kami harus tetap menikah..  Itu sebab nya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan    istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku.. Cita-cita kami sederhana,ingin hidup bahagia.

              Nasib malangku    berlanjut, 22 tahun yang lalu. Mohon pembaca jangan nangis  dulu ya!

               Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku   sudah  punya momongan. Seorang putri, ku namai ia
Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak ! sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orang tua ku dan orang tua Kania tak mau menerima kami.. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.

      Ya Tuhan kok,  nasib malangku,  terus berlanjut, 19 tahun yang lalu.
Kamila ku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja kekursi la! lu dari kursi ke lantai kemudian berteriak ‘Horeee, Iya bisa terbang’. Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman   rumah. Dan Kania tak jarang berteriak, ‘Iya sayaaang,’ jika sudah terdengar suara ‘Prang’. Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca.. Terakhir cermin rias ibunya yang pecah.  “  Apa  lagi  yang  pecah  nak?  “ .Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental dan  pecah-pecah.... Dan dia cuma bilang ‘Kenapa semua kaca dirumah ini selalu pecah, Ma?’ Dia  sendiri  heran.

              Nasib malangku berlanjut terus. 18 tahun yang lalu,
Hari ini
Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin  lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya. ‘Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemainbola!’ tapi aku tidak suka dia menangis terus mintabola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak akubisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yangsudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bolaitu. ‘Horee, Iya jadi pemain bola.

Kemalangan  nasibku  berikutnya, ’17 Tahun   yang lalu,

“Iya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini.”
           Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku   tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan     d ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatir ku mengalahkan kehati-hatianku dan ‘Iyaaaa’. Aku  segera  mengejar anakku, menarik tangannya  ke pinggir jalan.  Dia  terlempar ke  pinggir, dan  selamat.  Tapi  aku yang  tidak selamat.  Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya     berhenti di atas dua kakiku.  “ Aduh  Tuhan, betapa  sakitnya....aku pingsan.. Waktu aku sadar,  aku sudah berada  di rumah  sakit...dua kakikusudah  dipotong,,,diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini.   Dunia ini kurasakan gelap gulita..Bayang-bayang kelam   menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah..... konsumen. Kulihat Kania  isteriku yang cantik jelita,,,menangis sedih, bibir cuma berkata ‘Coba kalau   kamu tak belikan     ia bola!’ Kamu tidak  akan   begini   Bang!!!

Lebih   sedih lagi,,,15 tahun yang lalu,

           Di   saat,   perekonomianku       morat marit setelah kecelakaan. Uang   pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur.
Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak di bentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat   marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari uang ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak di izinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia .
Malangnya   berlanjut...13 tahun yang lalu,

         Setahun sejak kepergian
Kania, keuangan   rumahku sedikit membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Mungkin  dia  menikah  dengan laki-laki lain...Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya.Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.

            Tiba-  tiba  10 tahun yang lalu,

Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku.Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya.’Biar cantik kalo kere ya kelaut aje.’ Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabardia tidak marah walau tak urung menangis juga.’Sabar ya, Nak!’ hiburku.’Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak di ganggu!’ pintanya padaku. Dan aku menangis. Anak ku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup ku pendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat dibangku SMP!

Mengenang   istriku   7 tahun yang lalu,

        Aku merenung seharian. Ingatan ku tentang Kania, istriku,kembali menemui pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak ku dengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Tapi  kukira  banyak laki-laki yang masih tertarik padanya....Dan itu pula yang membuat aku takut. Semalam   anak  kami  Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia . Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usahakecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini pun aku takkuasa untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilakubaik-baik saja.

                   Ini    kisah 4 tahun lalu,

           Kamila tak pernah telat  mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana . Dia bekerja sebagai seorang pelayan dirumah seorang Nyonya muda . Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya "Datuk". Matanya tak pernah menyiratkan sinar yang baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Kamila bilang sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu Datuk. Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku jangan pernah lupa shalat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk shalat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.

Malang  yang  berlanjut  3 tahun 6 bulan yang lalu,

Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia , kabarnya anakku ditahan. Dan diadiancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis,aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga tuaku terkuras dan air mataku habis. Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.

Kisah   sedih    lagi-lagi  menerpa 2 tahun 6 bulan yang lalu,

Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia harus menjalani  hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa apa-apa selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri.Wahai Allah kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia. Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya.
Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada.. Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur kearahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku. ‘Bapak, Iya Takut!’ aku memeluknya lebih eratlagi.

           Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya. ‘Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?’

‘Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengan iya Pak.  Iyatidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan diajatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan, Pak!’ Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anak ku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat. Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanitaitu.

Ini   sedihnya  lebih   khusus   lagi 2 tahun yang lalu,
Awan senja, tindih bertindih,
Hujan  merata,  keliling kampung.
Orangtua  mana,  tidak akan   sedih,
Anak  tercinta,   dihukum   gantung.

         Hari ini, anakku    akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana . Petugas itu membuka papan yang diinjak anakku. Dan ‘blass’ Kamila ku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis. Setelah yakin sudah mati, jenazah anak ku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku.Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang ku kenal.

‘Kania?’
‘Mas Har, kau … !’

‘Kau … kau bunuh anakmu sendiri, Kania!’
‘Iya? Dia..dia . Iya?’ serunya getir menunjuk jenazah anakku.
‘Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola jika sudah besar.’
‘Tidak … tidaaak … ‘ Kania berlari ke arah jenazah anakku.

            Diguncangnya   tubuh kaku itu sambil menjerit histeris.
“ Aaaaaaaanakku Kamilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

           Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia di turunkan dari tiang gantungan. Bunyinya :

‘”Terima kasih Mama.’”

         Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu ibunya.  Kejadian  ini,  setahun     lalu.

           Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Karena ada laki-lakilain yang  selalu mendekatinya.. Yang aku tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir ku dengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila.
Kata pembantu    yang   mengantarkan jenazahnya   padaku, dia sering berteriak:
   ‘Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak?’
Kamu tahu Kania? kali ini yang pecah adalah hati ku.
—————————–ooOOOoo——————————
Jika Anda tersentuh dengan cerita di atas,jangan  menangis,  tolong “share” cerita ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih. Tolong baca doa:   ALLAHUMMAGHFIR LAHA   WARHAMHA, WA’FIHA  WA’FU AN-HA,   WA    AKRIM   NUZULAHA.....
( Sumber : www.scribd.com )
- See more at: http://bagindaery.blogspot.com/2013/03/kisah-nyata-kisah-sedih-dan-pilu.html#sthash.QqIzkM8G.dpuf

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook