Tuesday, December 31, 2013

peneliyian haega diri oh harga diri yang telah lama hilang




 oh  harga  diri  yang telah lama  hilang

REPUBLIKA.CO.ID, Di balik deretan bukit-bukit karst yang menjulang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) masih menyimpan tenaga-tenaga terampil pembuat senjata khas Suku Bugis Makassar, badik.
    
"Badik bagi kami bukan sekadar senjata, tetapi juga simbol harga diri. Badik hanya akan kami gunakan sebagai senjata ketika ada yang melecehkan saya dan keluarga saya," kata salah seorang warga pemilik badik, Muhammad Jafar (40).
    
Pada masa kolonial, kata Jafar, badik banyak digunakan pejuang Sulawesi Selatan dalam melawan penjajah, termasuk pada masa kejayaan Sultan Hasanuddin.
    
Pada masa lalu, para prajurit kerajaan Bugis atau Makassar memakaian badik tergantung situasi saat itu, misalnya, badik  ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai dan ditempatkan di depan pada masa perang, dan disamping pada masa siaga.
    
Saat ini senjata badik tidak bisa digunakan secara bebas karena aturan hukum secara ketat melarangnya.
    
"Namun, hal tersebut tidak berlaku di kawasan pinggiran kota dan pedesaan. Badik digunakan menjadi senjata setiap ada salah satu pihak merasa ndilecehkan," kata Jafar.
    
Karena menjadi simbol hara diri, senjata badik tidak mudah berpindah tangan, kecuali sebagai warisan bagi keturunan sang pemilik.
    
Badik menjadi lebih spesial lagi karena menurut kepercayaan setempat, pembuatannya juga dilakukan berdasarkan hari lahir ataupun hari-hari penting calon pemilik badik.   
    
Sementara itu, keberadaan pembuat badik sendiri saat ini semakin berkurang seiring surutnya minat generasi muda dalam melanjutkan warisan keahlian membuat badik.
    
Selain itu, aturan hukum yang semakin ketat melarang penggunaan senjata tajam itu secara bebas juga menyurutkan minat masyaakat untuk memilikinya.
    
Desa Ujung Loe di Kecamatan Minase'tene, menjadi daerah yang masih menyimpan banyak pandai besi yang ahli membuat senjata.
    
Pembuat badik setempat, Haji Safarudin (67) mengatakan, jumlah pembuat badai di Minasa'tene mencapai ratusan. Akan tetapi, lanjutnya, kini jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
    
"Saya sendiri hanya membuatnya jika ada pesanan yang jumlahnya belum tentu ada satu pun dalam sepekan," kata dia.
    
Bulan Ramadhan merupakan waktu ramainya pesanan badik. safarudin mengatakan, masyarakat setempat mempercayai pembuatan badik di bulan Ramadhan akan memberikan pengaruh tersendiri pada kuatnya badik.
    
Di samping itu, bentuk-bentuk badik juga berbeda-beda tergantung asal daerah badik itu berasal. Badik Makassar memiliki kale (bilah) yang pipih, battang (perut) buncit dan tajam serta cappa’ (ujung) yang runcing, sementara Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
    


Harga dari sebuah badik yang dibuat Safarudin mencapai antara Rp 500.000 hingga ratusan juta rupiah tergantung keistimewaan masing-masing badik.
     "Ada orang-orang tertentu yang memiliki keahlian menilai keistimewaan sebuah badik, semacam juru taksir," kata Safarudin yang telah 50 tahun menggeluti pembuatan badik.
    
Seorang pedagang badik, Andriani Dolo (38) mengatakan, keistimewaan sebuah badik tidak hanya pada bahan dan kualitas pembuatan bagian utamanya, tetapi juga pada pegangan.
    
"Sisi keindahan dan sejarah dari tiap badik berpengaruh pada tingginya harga. Akan tetapi, harganya yang selangit tidak menyurutkan minat kolektor untuk membeli badik di tempat saya," pamer Andriani.
    
Karena ketatanya pengawasan, Andriani mengatakan, pengiriman badik keluar Sulawesi tidak bisa dilakukan melalui pesawat udara. Banyak dari pembeli dari luar Sulawesi membawa badik yang dia dapat melalui kapal laut yang pengawasannya tidak seketat melalui jalur udara.
    
Meskipun semakin sedikit pembuat dan peminat badik, Andriani berharap badik tetap bertahan sebagai simbol harga diri serta identitas bagi masyarakat Bugis Makassar.

 

 

Harga Diri Harus Diperjuangkan

Harga diri tak ternilai; nilainya bersifat kekal. Sekalipun sifat ini sudah melekat, dibutuhkan usaha-usaha yang giat untuk meraihnya.

Bilangan tak terhingga saya kenal ketika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keunikan bilangan ini, yang disimbolkan mirip logo korporasi Lippo, adalah bahwa angka itu tidak berubah sekalipun bilangan ini ditambah, dikurang, dikali ataupun dibagi dengan angka berapapun. Tidak ada angka yang bisa merubah nilainya; bilangan ini tetap sama,yaitu tak terhingga.

Anda dan saya mempunyai aspek tak terhingga dalam diri kita masing-masing, yaitu kekekalan. Nilai itu melekat pada diri setiap individu sejak lahir.
Nilai ini tak kunjung berubah sejak manusia eksis di bumi. Apakah normal ataupun tidak normal, gila atau waras, sehat atau sakit, cantik atau jelek, ganteng atau tidak, bergaji ratusan ribu per bulan atau ratusan juta rupiah per bulan- tiap individu memiliki sifat kekekalan ini. Bahkan nilai manusia hanya berbeda tipis dengan malaikat yang hidup di alam roh.

Tak ternilainya harga diri manusia merupakan 'grand design' dari Sang Pencipta. Manusia adalah mahkota dari seluruh ciptaan. Manusia adalah satu-satunya ciptaan yang menjadi perhatian utama Tuhan.
  
Udara, air, gunung, binatang, tumbuhan, tubuh anda, kursi yang anda duduki, singkatnya segala yang anda saksikan, sentuh dan rasakan, dari yang paling berat hingga yang paling ringan tersusun atas atom-atom. Setiap halaman yang anda baca tersusun atas miyaran atom. Atom adalah partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop yang paling hebat sekalipun. Diameter atom hanyalah berkisar seper satu juta milimeter.

Tidaklah mungkin bagi seseorang untuk melihat benda sekecil ini. Di bawah ini dipaparkan sebuah contoh untuk memahami dimensi atom:

Anggaplah bahwa anda memegang sebuah kunci di tangan. Sudah pasti, mustahil bagi anda untuk melihat atom-atom pada kunci tersebut. Jika anda bersikeras untuk melihat atom penyusun kunci tersebut, maka anda harus memperbesar kunci menjadi seukuran bumi. Jika anda telah berhasil melakukan pembesaran ini, maka atom-atom yang menyusun kunci tersebut akan terlihat berukuran sebesar buah cherry.

Di bawah ini satu lagi contoh agar kita dapat lebih memahami betapa kecilnya atom, dan bagaimana atom memenuhi segala tempat dan ruang yang ada.

Anggaplah kita ingin menghitung semua atom yang ada dalam sebutir garam dan anggaplah kita mampu menghitung satu milyar atom per detik. Kendatipun kita sangat terampil dalam berhitung, kita akan memerlukan lebih dari lima ratus tahun untuk menghitung jumlah keseluruhan atom yang menyusun sebutir garam yang sangat kecil ini. Subhanallaah…ini baru sebutir garam, bagaimana dengan jumlah atom yang menyusun alam semesta dan seisinya?

Kendatipun ukurannya yang teramat mungil, terdapat sebuah susunan yang sempurna, tanpa cacat, unik dan kompleks dalam atom tersebut yang kecanggihannya dapat disejajarkan dengan sistem yang kita lihat ada pada jagat raya.

Setiap atom tersusun atas sebuah inti dan sejumlah elektron yang bergerak mengikuti kulit orbital pada jarak yang sangat jauh dari inti. Di dalam inti terdapat partikel lain yang disebut proton dan netron.

Kekuatan Tersembunyi pada Inti

Inti atom terletak di bagian paling tengah dari atom dan terdiri dari proton dan netron dengan jumlah sesuai dengan sifat-sifat atom tersebut. Jari-jari inti atom berukuran sekitar seper sepuluh ribu jari-jari atom. Untuk menuliskannya dalam angka, jari-jari atom adalah 10-8 (0,00000001) cm, jari-jari inti adalah 10-12 (0,000000000001) cm. Jadi, volume inti atom adalah setara dengan seper sepuluh milyar volume atom.

Dikarenakan kita tidak dapat membayangkan benda sekecil ini, marilah kita ambil permisalan buah cherry di atas. Atom-atom akan terlihat sebesar buah cherry ketika kunci yang anda pegang diperbesar hingga mencapai ukuran bumi. Akan tetapi perbesaran ini masih sama sekali belum memungkinkan kita untuk melihat inti atom yang terlalu kecil untuk dilihat. Jika kita benar-benar ingin melihatnya maka kita harus meningkatkan perbesaran sekali lagi. Buah cherry yang mewakili ukuran atom harus diperbesar hingga menjadi sebuah bola raksasa dengan diameter dua ratus meter. Bahkan dengan perbesaran ini, inti atom tersebut berukuran tidak lebih dari sebutir debu yang teramat kecil.

Ketika kita bandingkan diameter inti atom yang berukuran 10-13 cm dan diameter atom itu sendiri, yakni 10-8 cm, maka yang kita dapatkan adalah sebagaimana berikut: jika kita asumsikan atom tersebut berbentuk bola, maka untuk mengisi bola tersebut hingga penuh, kita akan membutuhkan 1015 (1,000,000,000,000,000) inti atom!

Ada lagi yang lebih mengherankan: kendatipun ukuran inti hanya seper sepuluh milyar ukuran atomnya, inti tersebut memiliki berat 99,95% dari keseluruhan berat atom. Dengan kata lain, hampir seluruh berat atom terpusatkan pada inti. Misalkan anda memiliki rumah dengan luas 10 milyar m2 dan anda harus meletakkan semua perabotan rumah tangga dalam kamar seluas 1 m2 di dalam rumah tersebut. Mampukah anda melakukan hal ini? Sudah pasti anda tidak mampu melakukannya. Akan tetapi inilah yang terjadi pada inti atom akibat sebuah gaya yang sangat kuat yang tidak ada duanya di alam ini. Gaya ini disebut “strong nuclear force (gaya inti kuat)”, satu di antara empat gaya fundamental yang ada di alam semesta yakni: 1. strong nuclear force (gaya inti kuat), 2. weak nuclear force (gaya inti lemah), 3. gravitational force (gaya grafitasi), dan 4. electromagnetic force (gaya elektromagnetik).

Gaya inti kuat, yang merupakan gaya paling kuat yang ada di alam, mengikat inti atom sehingga stabil dan mencegahnya dari pecah berkeping-keping. Semua proton-proton pembentuk inti bermuatan positif dan, oleh karenanya, mereka saling tolak-menolak akibat gaya electromagnetik mereka yang sejenis. Akan tetapi, gaya inti kuat yang memiliki kekuatan 100 kali lebih besar dari gaya tolak-menolak proton ini menjadikan gaya electromagnetik tidak efektif. Hal inilah yang mampu menjadikan proton-proton pada inti terikat dan bergabung pada inti atom.

Singkat kata, terdapat dua gaya yang saling berinteraksi dalam sebuah atom yang amat kecil. Inti atom tersebut dapat terus-menerus berada dalam keadaan terikat dan stabil disebabkan karena gaya-gaya yang memiliki nilai yang akurat ini.

Ketika kita memperhatikan ukuran atom yang sangat kecil dan kemudian jumlah keseluruhan atom di jagat raya, sungguh tidak sepatutnya kita tidak mampu memahami adanya keseimbangan dan rancangan yang luar biasa pada alam ciptaan Allah ini. Sungguh jelas bahwa gaya-gaya fundamental di alam telah diciptakan Allah secara khusus dengan ilmu, hikmah dan kekuasaan yang maha besar.

Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran. (QS. Al-An’aam, 6:80)

Ruang Kosong pada Atom

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bagian terbesar dari sebuah atom terdiri dari ruang kosong. Mungkin kita bertanya-tanya dalam hati: “Mengapa mesti ada ruang kosong ini?” Marilah kita merenung sejenak. Secara sederhana, atom terdiri atas sebuah inti yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Antara inti dan orbit elektron ini tidak dijumpai partikel atau benda kecil apapun. Jarak mikroskopis (yang padanya tidak dijumpai partikel apapun) ini ternyata sangat besar jika dilihat dari skala atom. Kita dapat memisalkan skala ini sebagaimana berikut: jika sebutir kelereng berdiameter 1 cm mewakili elektron yang terdekat dengan inti atom, maka inti atom tersebut berada pada jarak 1 km dari kelereng ini. Di bawah ini sebuah kutipan yang memberikan gambaran yang lebih jelas kepada kita tentang dimensi ruang kosong pada atom:
Terdapat ruang kosong besar [yang mengisi ruang] antara partikel-partikel dasar [penyusun atom]. Jika saya umpamakan proton dari inti atom oksigen sebagai kepala jarum yang tergeletak di atas meja di depan saya, maka elektron yang berputar mengelilinginya akan membuat orbit lingkaran yang melalui negeri Belanda, Jerman dan Spanyol (penulis kutipan ini hidup di Perancis). Oleh karenanya, jika semua atom yang menyusun tubuh saya saling mendekatkan diri satu sama lain, hingga semua atom ini saling bersentuhan, maka anda tidak akan mampu melihat saya lagi. Anda benar-benar tidak akan pernah dapat melihat saya dengan mata telanjang. [Tubuh] saya akan [menjadi] sekecil partikel debu berukuran seper sekian ribu milimeter. (Jean Guitton, Dieu et La Science: Vers Le Métaréalisme, Paris: Grasset, 1991, hal. 62)
Sampai di sini, kita telah memahami bahwa terdapat kemiripan antara ruang kosong pada sistem paling kecil seperti atom dengan ruang kosong pada sistem paling besar seperti alam semesta. Ketika kita arahkan penglihatan kita pada bintang-bintang, akan kita lihat ruang hampa sebagaimana ada pada atom. Terdapat ruang hampa berjarak milyaran kilometer di antara berbagai bintang dan di antara galaksi-galaksi. Namun, di kedua macam ruang hampa ini, terdapat sebuah keteraturan yang luar biasa yang sulit dipahami akal manusia.

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (QS. Al-Mulk, 67:3-4)


By   HM.Rakib Jamari   Riau..2014
Biasanya ada tiga jenis penghormatan Latin. Dalam urutan kehormatan meningkat, mereka adalah:
Gelar keempat, egregia cum laude, "dengan kehormatan luar biasa", sekali-kali digunakan: gelar ini diciptakan untuk mengakui mahasiswa yang mendapatkan nilai rata-rata yang sama seperti yang disyaratkan summa, tetapi mendapatkannya ketika sedang menjalani kurikulum gelar yang lebih ketat.
Gelar yang jarang digunakan, maxima cum laude, "dengan kehormatan sangat besar", adalah gelar menengah antara summa dan magna. Gelar ini kadang digunakan ketika summa hanya boleh disematkan kepada mahasiswa dengan nilai akademik sempurna (4.0 / 4.0 GPA).
Pemakaian
Gelar-gelar kehormatan tersebut diberikan kepada pelajar sarjana dan pascasarjana yang meraih pencapaian akademik yang berbeda. Kehormatan ini biasanya tertulis dalam ijazah. Umumnya perguruan tinggi yang memberikan gelar tersebut mempunyai aturan yang jelas mengenai persyaratan mendapat gelar kehormatan bersangkutan; entah nilai minimum, tesis tertulis, dan persyaratan lainnya.
Penggunaan gelar kehormatan latin ini untuk tingkat sarjana tidak begitu umum di dunia, meski umum dipakai di Indonesia[3], Filipina, Amerika Serikat dan sejumput negara lain. Penggunaannya dalam tingkat pascasarjana lebih umum di dunia, terutama tingkat doktor. Misalnya, Belanda menggunakan kehormatan Latin satu kelas untuk diploma Master.
Alternatif dari skema gelar kehormatan latin adalah klasifikasi gelar prasarjana Britania, digunakan luas (dengan beberapa variasi) di Britania Raya, Irlandia, dan Hong Kong.

DISERTASI
OH DISERTASI
Oleh  Kandidat  Doktor  HM.Rakib SH.,M.Ag  Mhs    S3 UIN Suska Pekanbaru Riau  2014
        Disertasi artinya “opini”,  pola pikir,  kajian filosofis..dan penemuan baru..Ketika perguruan tinggi didirikan, para pengelola  S3-nya mengadopsi praktek kaya  ilmiah sebagai syarat bagi seseorang yang ingin memperoleh gelar Doktor.  Yang bersangkutan harus terlebih dahulu membuktikan diri mampu melaksanakan penelitian ilmiah dengan baik dan benar.  Saat ini, disertasi di perguruan tinggi seluruh dunia berfungsi seperti masterpiece para pekerja di zaman abad pertengahan itu, yaitu bukti atas kemampuan atau keahlian mereka untuk melaksanakan tugas tertentu.  

          Ada mahasiswa Indonesia di luar negeri meraih prestasi di bidang akademik. Fahmi Islam Jiwanto sukses melewati sidang doktoral di di Fakultas Sastra dan Humaniora Universitas Sidhi Mohammed Benabdillah Fes, Maroko dengan predikat 'Summa Cum Laude'.

Demikian rilis Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko yang diterima detikcom, Minggu (13/1/2013). Judul disertasi doktoral Fahmi yang berjudul “
Maqashid as-Syari'ah wa Dauruha fi shiyaaghot al-Mustaqbal" (Maqosid Syariah dan Perannya Dalam Membentuk Masa Depan Masyarakat Islam) berhasil meyakinkan tim pengujinya yaitu Dr Jilali Al Marini, Dr Muhammad Roughi, Dr Abdul Hak Yadir, dan Dr. Umar Jiddiyah.

Di tengah berlangsungnya sidang tersebut, Dr Mohammed Roughi selaku pembimbing dan menjabat sebagai Rektor Universitas Qurawiyyin memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Fahmi Islam Jiwanto karena telah berhasil mempertahankan apa yang telah ditulis dalam disertasinya.

“Saya mengenal baik Ustad Fahmi Islam Jiwanto melalui adab dan cintanya terhadap ilmu, saya pun tahu bahwa ia hafal Alquran. Saya berharap semoga bisa menjadi ulama umat," demikian komentar Dr Muhammad Roughi sebelum acara ini selesai.

        Untuk apa mahasiswa diwajibkan menulis?  Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan mewajibkan Anda (mahasiswa) menulis skripsi antara lain:
  1. untuk mendorong Anda melakukan penelitian mandiri dan untuk mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi karir Anda di masa depan.
  2. memberikan suatu cara yang dapat Anda gunakan untuk membuktikan kemampuan Anda melakukan penelitian dengan standar profesional dan mengomunikasikannya secara profesional pula. 

 Apakah skripsi itu?  Dari mana asal usul tradisi ini?  Mengapa mahasiswa harus menulisnya?  Apa bedanya dengan Thesis dan Disertasi di tingkat pasca sarjana?  Inilah beberapa pertanyaan yang akan dibahas dalam artikel ini.

        Apabila Anda adalah seorang mahasiswa program S-1, kemungkinan besar Anda akan diwajibkan untuk menulis skripsi di akhir program studi Anda.  Skripsi adalah suatu karya tulis yang berbasis penelitian (perpustakaan atau lapangan).  Untuk memahami mengapa mahasiswa program S-1 umumnya diwajibkan untuk menulis skripsi, ada baiknya kita melihat asal usul tradisi ini.

        Di zaman dulu, di abad pertengahan di Eropa sana, seorang pekerja yang ingin menjadi anggota asosiasi pekerja harus membuktikan keahliannya dengan menghasilkan suatu karya, yang disebut masterpiece.  Karya ini kemudian diperiksa oleh para pengurus asosiasi dan, kalau yang bersangkutan dinyatakan lulus, ia diberi gelar Master (ahli) di bidangnya dan diterima menjadi anggota asosiasi…..

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook