Thursday, January 23, 2014

Mayat Menempel di Kubah Masjid Nabawi Madinah Dikutip oleh Drs.H.M.Rakib,S.H.,M.Ag DAN AFRIZAL TANI



Mayat Menempel di Kubah Masjid Nabawi Madinah
 Dikutip oleh Drs.H.M.Rakib,S.H.,M.Ag
DAN AFRIZAL TANI
WIDYAISWARA LPMP RIAU. 2014
 
        Informasi tentang adanya sesosok mayat di atas kubah hijau Masjid Nabawi yang saya tulis di Harian Waspada (Mimbar Jumat 17 Desember 2010), mendapat bantahan dari Saudara Arifin Sakti pada 7 Januari 2011 di Harian Waspada yang intinya tidak membenarkan peristiwa itu terjadi. Bantahan beliau diperkuat oleh persaksian dua orang gurunya yang sudah lama belajar di Madinah dan seorang gurunya lagi yang setiap tahun datang ke Madinah tidak pernah melihat sesosok mayat di atas kubah hijau Masjid Nabawi.Sebuah informasi atau khabariah di dalam ilmu Balaghah bolah saja dipercaya dan boleh juga ditolak, apalagi informasi tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah ibadah, terlebih-lebih dalam persoalan akidah. Kejadian itu bukan hanya sekadar informasi yang membuat kita terkesima mendengarnya, bahkan lebih dari itu, merupakan fakta yang tidak dapat dibantah dan selama ini terkesan ditutup-tutupi oleh paham tertentu yang berkepentingan untuk melanggengkan dan mempromosikan alirannya.

       Pada mulanya saya hanya sekadar melihat-lihat ke arah kubah hijau Masjid Nabawi, sambil merenung mengapa harus ada dua kubah berdekatan di atas mihrab raudah dan bekas rumah Nabi Muhammad Saw, dan di bawah kubah hijau Masjid Nabawi adalah kuburan Rasulullah Saw dan dua orang sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab ra. Setelah memandang lebih fokus lagi ke arah puncak kubah hijau tersebut, terlihat oleh saya seperti bongkahan, sehingga kelihatan kubah itu seperti tidak rata karena ada sesuatu di atasnya. Jika diperhatikan secara seksama, semakin jelas ada sesuatu yang menempel di atas kubah tersebut dan sudah menyatu warnanya dengan warna kubah.Kecurigaan saya menjadi-jadi disebabkan ada salah seorang jamaah saya dari Singapura mengatakan, mungkin bongkahan itu adalah mayat manusia yang bermaksud untuk menghancurkan kubah hijau tersebut.

        Pada mulanya saya tidak percaya dengan ucapan salah seorang jamaah saya itu, saya beranggapan dia hanya berlekakar. Oleh sebab itu saya tidak menimpali pembicaraannya.Setelah saya pulang ke penginapan Hotel Movinpick (di sebelah sudut kanan belakang Masjid nabawi), saya teringat untuk membuka internet sambil melihat-lihat perkembangan informasi di tanah air. Secara kebetulan, dengan membuka jendela Google, tanpa susah payah, saya mengetik “Ada mayat di atas kubah Masjid Nabawi” tampil kubah hijau dan di atasnya terlihat amat jelas sesosok mayat yang ditutupi dengan sesuatu yang dicat dengan warna hijau, dan tanpa ada niat untuk menimbulkan sensasi, saya pelajari komentar-komentar yang tertulis di samping gambar tersebut, baik dalam berbahasa Arab maupun bahasa Indonesia, dan menjadi bahan ceramah di hadapan jamaah saya asal Singapura yang bergabung dengan Travel Hahnemann. Tidak sekadar ceramah, saya bawa semua jamaah untuk menyaksikan langsung dari halaman Masjid Nabawi.Persoalannya, bukan sekadar sesosok mayat atau apakah benar atau tidak peristiwa tersebut? Terlalu naif menghabiskan waktu soal itu.

          Di balik peristiwa itu ada skandal besar yang ditutup-tutupi yaitu upaya memindahkan jasad Rasul Saw, Abu Bakar dan Umar dari tempatnya. Paling tidak dipisahkan kuburan Nabi Saw dan dua orang sahabatnya dari Masjid Nabawi, dengan cara menggusur kubah hijau tersebut, sehingga tidak terlihat menyatu antara kuburan dan raudah, yang mana pada mulanya kuburan tersebut adalah kamar Aisyah isteri Nabi Saw dan rumah Rasul Saw karena kesalahan kerajaan Islam terdahulu maka kuburan tersebut termasuk bagian dari masjid.Memang benar ada Hadis Nabi Saw yang melarang menjadikan kuburan para Nabi sebagai masjid. Diriwayatkan dari ibnu Abbad ra bahwa Rasul Saw bersabda: Allah Swt melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid. (lihat Fathul Bari Juz I hal 634 hadis no.436)
         Ibnu Hajar menjelaskan makna Hadis di atas adalah larangan untuk mengagungkan dan membesarkan kuburan, bukan larangan membuat masjid di dekat kuburan atau kuburan berada di dalam masjid. Di manapun letaknya, kuburan tetap tidak dibolehkan untuk dibesarkan seperti orang menghormati masjid. Sama halnya kuburan Nabi Saw yang berada di dalam masjid orang datang ke kuburan beliau tidak bermaksud untuk memuja-muja kuburannya, akan tetapi sekadar untuk berziarah karena Nabi bersabda: Siapa-siapa menziarahiku setelah aku wafat sama seperti menziarahiku semasa aku hidup. (al-hadis)
Lebih tegas lagi larangan tersebut dipahami sebagai larangan untuk memberhalakan kuburan. Dengan kata lain, bukan larangan keberadaan kuburan di dalam masjid, adalah kutukan Allah kepada orang Nasrani karena mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka. Padahal sejarah menjelaskan bahwa orang-orang Nasrani tidak memiliki kuburan Nabi mereka yaitu Nabi Isa as. Itu artinya larangan atau kutukan Allah terhadap orang Yahudi dan Nasrani menjadikan kuburan sebagai masjid tidak dapat dipahami secara harfiah. Bukanlah bangunannya yang mesti dirobohkan, bukan kuburannya yang mesti diratakan, akan tetapi robohkanlah khurafat yang ada di dalam hati manusia.
         Di sinilah kesalahan ulama besar Muhammad bin Abdul Wahab (1703 m – 1787 m) dalam memberantas khurafat yang terjadi di Makkah dan Madinah. Sampai-sampai kuburan Nabi pun jika perlu dipindahkan dan kubah yang menaunginya dihancurkan. Allah Swt menunjukkan kekuasaan-Nya dengan “menembak mati” orang yang diberi upah untuk merobohkan kubah hijau Masjid Nabawi dengan sambaran kilat, sehingga tidak ada satu orang pun yang mampu menurunkan mayatnya hingga sekarang. Walaupun peristiwa sudah berlalu 90 tahun, namun Allah Swt tetap memperlihatkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah (kisah ini diceritakan oleh Syekh Azzubaidi, ahli sejarah di Madinah Al-Munawwarah).
        Meratakan kuburan sehingga menghilangkan sejarah, dan tidak dapat dibedakan kuburan para sahabat yang senior dan yunior antara isteri-isteri Nabi dan para wanita-wanita isteri para sahabat, bukanlah satu-satunya cara untuk memberantas khurafat. Nabi Isa as. tidak ada kuburannya mengapa dikhurafatkan, disembah oleh orang-orang Nasrani? Benarkah Syekh Muhammadf bin Abdul Wahab dan Ibnu Taimiyah sangat berjasa dalam memerangi khurafat, seperti yang diidolakan oleh Saudara Arifin Sakti Siregar? Wallahua’lam bil ash-shawab
Sumber : Penulis adalah Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Alquran Al Mukhlisin Batubara, Pembantu Rektor IV Universitas Al Washliyah (UNIVA) Medan

 
Selain Masjid Nabawi, tempat bersejarah dan penuh berkah lainnya di kota Madinah adalah kompleks pemakaman Baqi. Di tempat itulah dimakamkan para imam ahlulbait, keluarga nabi, dan juga para sahabat termasuk kalangan syuhada. Dahulu, tempat tersebut cukup rapi dengan bangunan dan kubah tempat orang berkumpul untuk berziarah. Sampai akhirnya, kelompok Wahabi menguasai Jazirah Arab.
Secara bertahap dan dengan alasan yang rapuh, pada hari Rabu 8 Syawal 1345 H bertepatan dengan 21 April 1925, pemakaman Baqi dihancurkan secara total oleh Raja Abdul Aziz dari Arab Saudi. Pada tahun yang sama, ia juga menghancurkan makam manusia suci di Jannatul Mualla (Mekkah) di mana ibunda Nabi Muhammad (Siti Aminah as.), istri Nabi, kakek dan leluhur Nabi dikuburkan. (Baca: Makam Keluarga dan Sahabat Nabi Dihancurkan).
Pemakaman Baqi tahun 1903
Ada satu bangunan berkubah yang belum dihancurkan: Kubah Hijau Nabi. Ada sebuah kisah tentang usaha penghancuran kubah Masjid Nabawi yang layak diambil hikmahnya. Inilah sebuah mukjizat yang telah terjadi sekitar 90 tahun yang lalu yang disampaikan oleh Syekh az-Zubaidi, yang disebut sebagai ahli sejarah Madinah.
Seseorang berusaha untuk menghancurkan Kubah Masjid Nabawi di mana di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad saw. Namun, ketika orang itu memanjat kubah dan memulai menghancurkannya, tiba-tiba sebuah kilat menyambarnya dan ia tewas seketika. Tidak ada seorangpun yang mampu memindahkan mayat tersebut dari atas kubah.
Dikisahkan pula, ada orang saleh dari Madinah yang dalam mimpinya mendengar sebuah suara yang mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengangkat mayat tersebut dari kubah. Hal itu sebagai sebuah peringatan dan pelajaran bagi mereka yang berpikir dan berusaha untuk menghancurkannya di masa mendatang. Akhirnya, mayat tersebut tetap berada di atas kubah dan ditutupi dengan kotak hijau agar tidak terlihat oleh orang-orang. Wallahualam
Share this:

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook