Wednesday, February 19, 2014

BENIH KORUPSI, DALAM PENDIDIKAN PARA MURID, BEBAS MENYONTEK.



MENJEBAK SISWA TERLIBAT AKSI CONTEK DAN MENJIPLAK.


KALAU TUAN MENCARI KUTU

JANGAN DISURUH ORANG BUTA

JIKA INGIN PENDIDIKAN BERMUTU

TANAMKAN PRINSIP BERWIRASWASTA



DRS. H.M.RAKIB,SH.,M.Ag Ciptakarya Pekanbaru Riau



DI DALAM TAKSI, BUNGKUSAN IKAN

DIBUANG KE PARIT, DEKAT APOTEK

 BENIH KORUPSI, DALAM PENDIDIKAN

 PARA MURID, BEBAS MENYONTEK.






Wira, artinya berani, dan swasta artinya berdiri sendiri. Orang Cina paling suka dengan wirausaha, wiraswasta. Mengapa Indonesia tidak mau belajar kepada Cina yang ada di Indonesia?

 Hal ini merupakan akibat dari dua malpraktek di atas: terlalu menekankan muatan dan keterampilan akademik serta menjadikan hasil UN sebagai standar kelulusan. Variasi 20 soal UN dengan barcode adalah indikasi bahwa guru dan siswa tidak bisa dipercaya, meski fakta memang sering menunjukkan hal itu. Kita patut prihatin: pemerintah menggalakkan pendidikan karakter, tapi di sisi yang lain guru dan siswa dicurigai akan bersikap curang.

Soal bocor, mencontek, jual beli kunci jawaban bukanlah hal baru. Yang baru dan akan terus berkembang adalah teknologi contek mencontek dan jual beli jawaban. Selama malpraktek pendidikan nasional terus berlangsung, benih-benih ketidakjujuran akan tumbuh subur.
Pendidikan nasional mendorong manipulasi hasil ujian oleh guru. Hal ini sudah jamak dilakukan oleh sekolah dengan mengatasnamakan kepentingan siswa. 40 % nilai rapor : 60 % nilai UN dimainkan begitu cantik oleh pihak sekolah. Sehingga berapapun hasil nilai UN dapat dipastikan siswa akan lulus. Belum lagi terkait pesanan birokrat pendidikan di masing-masing daerah yang menghendaki sekolah binaannya meluluskan siswa 100 %. Akankah malpraktek pendidikan seperti ini akan terus dipertahankan?

Pendidikan nasional membabat habis nilai hakiki belajar. Mengapa? Ketika kegiatan belajar dirancang semata-mata untuk meningkatkan nilai ujian prestasi akademik, siswa kehilangan makna belajar yang hakiki. Mereka menjadi orang yang pragmatis: belajar demi seonggok nilai ujian dan selembar ijazah. Motivasi belajar mereka yang paling hakiki hancur. Ini tidak boleh terjadi terutama di tingkat sekolah dasar, ketika anak-anak seharusnya memperoleh sentuhan pendidikan yang memanusiakan dirinya.
Inilah sedikitnya lima malpraktek pendidikan nasional. Anda tentu bisa menambahkan lebih banyak lagi. Saya teringat kalimat Pak Dahlan Iskan, “Inspirasi itu penting di luar knowledge yang diajarkan sekolah-sekolah” (Tempo.co, 2/5/2013). Inspirasi agar kita segera keluar dari situasi malpraktek pendidikan yang tidak membebaskan ini. Semoga. []

Malpraktek Pendidikan, Kriminal!
       Sedih rasanya!  Sementara hari ini Obama dengan semangat meminta semua warga negara Amerika belajar pemrograman atau “coding” lewat gerakan “#HourOfCode” (Sumber: http://www.code.org), di Indonesia TIK malah di hapus di SD (Inggris dan Penjas juga).   Bukan sedih lagi, marah rasanya!   Tanpa pemikiran yang jauh dan terkesan “gaco ngawur” kemendikbud dengan sewenang-wenang mengambil keputusan tersebut.  Sudah tinggal beberapa bulan jadi menteri, masih bikin kebijakan yang merusak.  Apa yang di cari kemendikbud? Harusnya segera di buat undang-undang tentang kebijakan pendidikan yang merusak anak di masa depan adalah PIDANA.  Bukan hanya kebijakan keuangan seperti Century yang harusnya di permasalahkan.  Pendidikan pada dasarnya berhubungan dengan “ilmu merubah syaraf otak” atau neuoroscience.  Salah didik, salah kurikulum, kita akan merusak otak anak.  Kebijakan pendidikan tidak bisa dibuat main-main!
Penasaran, saya panggil anak saya yang berumur 5 tahun, dan aku tunjukkan lapak pembelajaran pemrograman untuk anak SD.  http://learn.code.org/hoc/1 dan tahu apa jawabnya?
“gampang ya pah, tinggal di kiri dan kanan”
“kalau level dua agak sulit sedikit ya pah”
“nanti di rumah kita mainan lagi ya pah”

Saya bilang, “Bagimu gampang nak, bagi pak Mendikbud sulit!” Karena sedikit emosi saya ungkapkan saja apa adanya.  Semakin sedih, semakin jengkel, semakin marah!
Menurut saya mulai dari UNAS semrawut, Kurikulum 2013 yang ga jelas, dan sekarang kebijakan super duper tidak bisa dimengerti secara akal sehat, seharusnya DPR turun tangan.    Segera bikin policy dan undang-undang pendidikan yang tepat. Presiden yang akan datang harus tahu pendidikan!  Pak Jokowi, Ahok, Anies Baswedan, atau siapapun yang berani reformasi total di pendidikan manusia Indonesia patut dipilih jadi presiden 2014. Caleg-caleg yang mau memperjuangan pendidikan Indonesia, dan membersihkan kemendikbud patut juga di di pilih.  Manusia Indonesia adalah aset terbesar Indonesia ! Bukan Century!(Ini komentar Orang Solo) di Internet.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook