Wednesday, March 19, 2014

mampu diobati melalui metode bercerita.



MENGOBATI ORANG MEMLALUI
METODE BERCERITA
Bang Rakib bercerita



Semua tingkatan umur manusia, mampu diobati melalui metode bercerita.
1.      Ibnu Sina mengobati seorang yang sakit jiwa, mengaku sebagai sapi, minta disembelih, dikorbankan
2.      Abu Nawas mengobati pemuda, keluarga Khalifah yang sakit sehabis main laying-layang.
3.      Ibu-ibu di kampong, menjelang tidur, berceritam dongeng, mengobati dan menenteramkan jiwa anak-anak yang ketakutan.
4.      Bang Rakib di surau-surau di Airtiris Kampar, terus bercerita kepada murid mengaji, sehingga semangat belajarnya tinggi sekali.


Teknik membuka cerita

Hal ini mengingatkan pula betapa pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan: Pernyataan kesiapan : “Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.

Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi pantai…?” Sinopsis (ringkasan cerita), layaknya iklan sinetron “Cerita bu Guru hari ini adalah cerita tentang “seorang anak kecil pemberani, yang bertempur melawan raja gagah perkasa perkasa ditengah perang yang besar” (kisah nabi Daud) mari kita dengarkan bersama-sama ! Munculkan Tokoh dan Visualisasi “ dalam cerita kali ini, ada 4 orang tokoh penting…yang pertama adalah seorang anak yang jago main karate, ia tak takut dengan siapapun…namanya Adiba, yang kedua adalah seorang ketua gerombolan penjahat yang bernama Somad, badannya tinggi besar dan bila tertawa..iiih mengerikan karena sangat keras”…HA. HA..HA..HA..HA”, Somad memiliki golok yang sangat besar, yang ketiga seorang guru yang bernama Umar, wajahnya cerah dan menyenangkan…dan seterusnya.

Ekspresi emosi: Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain. Musik & Nyanyian “Di sebuah negeri angkara murka, dimulai cerita…(kalimat ini dinyanyikan), atau ambillah sebuah lagu yang popular, kemudian gantilah syairnya dengan kalimat pembuka sebuah cerita. Suara tak Lazim atau ”Boom” ! : Pendidik dapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam suara seperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakan dan lain-lain.
4.      Menutup cerita dan evaluasi
a)      Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan.
b)      Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
c)      Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!”
d)     Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional
e)      Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.
5.      Penanganan keadaan darurat

Apabila saat bercerita terjadi keadaan yang mengganggu jalannya cerita, pendidik harus segera tanggap dan melakukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keadaan, dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik (tertib). Adapun kasus-kasus yang paling sering terjadi adalah:
a)      Anak menebak cerita. Penanganan: Ubah urutan cerita atau kreasikan alur cerita
b)      Anak mencari perhatian. penanganan: sampaikan kepada anak tersebut bahwa kita dan teman-temannya terganggu, kemudian mintalah anak tersebut untuk tidak mengulanginya.
c)      Anak mencari kekuasaan. Penanganan: Pendidik lebih mendekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat.
d)     Anak gelisah. Penanganan: Pendidik lebih dekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas bersama seperti tepuk tangan dan penyanyi yang mendukung penceritaan.
e)      Anak menunjukkan ke tidak puasan. Penanganan: Pendidik membisikkan ke telinga anak tersebut dengan hangat ”Adik anak baik, Ibu makin sayang jika adik duduk lebih tenang”
f)       Anak-anak kurang kompak. Pananganan: pendidik lebih variatif mengajak tepuk tangan maupun yel-yel.
g)      Kurang taat pada aturan atau tata tertib. Penanganan: Pendidik mengulangi dengan sungguh-sungguh tata tertib kelas.
h)      Anak protes minta ganti cerita. Penanganan: Katakanlah ”Hari ini ceritanya adalah ini, cerita yang engkau inginkan akan Ibu sampaikan nanti”.
i)        Anak menangis. Penanganan: Mintalah orang tua atau pengasuh lainnya membawa keluar.
j)        Anak berkelahi. Penanganan: Pisahkan posisi duduk mereka jangan terpancing untuk menyelesaikan masalahnya, namun tunggu setelah selesai cerita
k)      Ada tamu. Penanganan: Berikan isyarat tangan kepada tamu agar menunggu, kemudian cerita diringkas untuk mempercepat penyelesaiannya. Suasana cerita sangat ditentukan oleh ketrampilan bercerita pendidik dan hubungan emosional yang baik antara pendidik dengan anak-anak. Beberapa kasus di atas hanyalah sebagian contoh yang sering muncul saat seorang pendidik bercerita, jadi penanganannya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kreativitas pendidik.
6.      Media dan alat bercerita

Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung:kucing dsb) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.

cerita lucu obat stress………
1.Perjanjian Tentang Seks dalam Pernikahan

 Humor Dewasa Kutipan..

Di sebuah malam perkawinan, pengantin wanita berkata kepada suami barunya. “Saya ingin memberi penjelasan karena kita akan hidup bersama. Kamu tidak perlu bertanya-tanya lagi untuk selanjutnya,” ujar si istri.
Si istri memaparkan, “Sejak saat ini, bila pada suatu malam kamu melihat rambut saya sedang rapi, maka artinya saya sedang tidak menginginkan seks. Bila rambut saya agak kurang rapi, maka kemungkinan saya sedang tidak ingin seks. Namun bila rambut saya sangat berantakan, maka itu berarti saya sedang menginginkan seks.”
“Baiklah sayang,” jawab suaminya. “Saya juga ingin menjelaskan, bahwa kalau saya pulang di malam hari, biasanya saya habis minum di bar. Kalau saya minum 1 botol, berarti saya tidak ingin seks. Kalau saya minum 2 botol, berarti mungkin saya tidak ingin seks. Sedangkan bila saya minum 3 botol, berarti saya tidak perduli dengan bentuk rambutmu.”
2 Memilih Suami Seorang Guru SD
Category: Humor Dewasa
Seorang gadis ditaksir empat orang pria. Pria pertama adalah seorang pegawai PT. TELKOM. Pria kedua, pegawai PT Pos Indonesia. Ketiga, seorang dokter. Dan yang terakhir hanyalah seorang guru SD. Orang Tua si gadis, merasa yakin, bahwa si gadis hanya akan memilih tiga pria pertama, sedangkan pria ke empat, yakni guru SD, pasti tidak akan dipilih. Alasannya, tiga pria pertama jelas masa depannya, sedangkan guru SD, siapapun tahu, gajinya kecil, banyak dipotong sana-sini, dikerjain anak-anak lagi.
Ternyata si gadis malahan milih yang guru SD itu. Orang Tua si gadis penasaran, ditanya alasan si gadis tersebut.
Jawab si Gadis:
“Yang orang Telkom bisanya cuma tiga menit, lewat . Yang pegawai Pos Indonesia, belum apa-apa sudah nanya dulu, yang biasa apa yang kilat.
Terus kalau yang dokter itu, baru masuk kamar, sudah nyuruh buka baju, pegang sana pegang sini, selesai. selanjutnya ngobrol doang. Sedangkan yang guru SD kan enak, dari awal dibahas, dikupas, sedikit demi sedikit, penuh kesabaran, kelembutan, dan kehangatan, serta pengertian. Selesai dikupas, nanya,sudah ngerti belum, kalau saya jawab belum, diulangi lagi dari awal, kan enak, jadinya lama.”

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook