Monday, March 17, 2014

Mengisi, rohani, sangat kurang, Hilang malunya, bagai binatang



KECANGGIHAN OTAK

 
Analisis  M.Rakib Ciptakarya.Pekanbaru Riau Indonesia

Pendidikan di zaman sekarang,
Mengisi otak, agar berkembang.
Mengisi, rohani, sangat kurang,
Hilang malunya, bagai binatang

Otak manusia terdiri lebih dari 100 miliar syaraf yang masing-masing terkait dengan 10 ribu syaraf lain. Coba Anda bayangkan, berata rumitnya otak manusa. Maka dari itu jaga otak Anda dengan baik, karena dengan menjaga otak Anda, koordinasi antar organ akan berjalan dengan baik.


Otak adalah organ manusia yang mengkoordinasi semua tindakan yang dilakukan. Lantas bagaimana memaksimalkan kinerja otak ? Bacalah artikel ini tentang hal-hal yang dapat mengganggu kerja otak. Maka dari itu coba hindari beberapa kegiatan buruk tersebut, dan semoga otak Anda semakin berkembang.
Selama ini, para ilmuwan tidak mengetahui di bagian otak mana pada manusia yang paling bertanggung jawab terhadap sebuah dusta atau kebohongan. Orang hanya tahu kalau dusta itu muncul dari sebuah ucapan, tapi tidak mengetahui kalau itu ada hubungannya dengan bagian tertentu dalam otak.

Setelah melakukan penelitian, akhirnya para ilmuwan menemukan sebuah kesimpulan. Bahwa, otak bagian depan yang terletak pada ubun-ubun itulah yang paling bertanggung jawab terhadap terjadinya dusta.

Kesimpulan ini, sebenarnya tergolong sangat telat jika dibandingkan dengan apa yang sudah diisyaratkan oleh Allah swt. dalam firman-Nya dalam Alquran. Bagian otak tersebut disebut Alquran dengan nama ‘nashiyah’ atau ubun-ubun.

Yang mengagumkan adalah bahwa Al-Quran sejak berabad-abad yang lalu telah berbicara tentang fungsi ubun-ubun ini ketika membicarakan Abu Jahl:
Allah swt. berfirman dalam Surah Al-‘Alaq ayat 15 dan 16.

كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ * نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ

“Ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya[1], (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
[1] Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya.
Al-Quran memberikan sifat كاذبة خاطئة (mendustakan lagi durhaka). Kenyataan seperti inilah yang ditemukan para ilmuwan pada masa sekarang ini dengan menggunakan pemindaian resonansi magnetik.
Maha Suci Allah Yang telah menyatakan fakta ini yang menunjukkan kemukjizatan Al-Quran yang baru ditemukan pada masa sekarang ini.
Mau tahu?

1. Para ahli menggolongkan manusia berusia 11 sampai 19 tahun sebagai remaja. Dulu ilmuwan mengira pertumbuhan otak besar-besaran hanya terjadi saat bayi. Namun, ternyata, otak manusia juga mengalami ledakan pertumbuhan saat remaja. Benang-benang syaraf tiba-tiba terhubung satu sama lain ketika remaja.  Sayangnya, pertumbuhan itu mengakibatkan masa remaja sebagai masa yang membingungkan. 

2. Salah satu  hormon yang muncul di otak remaja adalah hormon oxytocin. Wah, gara-gara hormon ini kita jadi suka merasa ge-er. Kita merasa tiap orang memperhatikan kita. Mulai dari hidung, rambut, kaki, bentuk tubuh, dan semuanya. Akibatnya, kita pun jadi sibuk memperhatikan diri sendiri dan berusaha tampil menarik. Dan yang lebih parah, hormon oxytocin menyebabkan kita jadi sensitif.  Ih, kita jadi mudah tersinggung gitu, lo.

3.  Sering mendengar ungkapan tidur seperti bayi? Hmm, ungkapan itu menandakan bayi suka tidur. Ssst, ternyata remaja juga suka tidur. Pertumbuhan otak yang luar biasa menyebabkan tubuh remaja butuh  tidur 9-10 jam.
4. Katanya, remaja suka kesal pada ayah ibunya. Banyak yang bilang kita tidak suka nonton atau ngobrol bareng orang tua. Kita lebih suka ngobrol bareng teman. Hmm, ternyata hal itu tidak benar. Teman memang asyik buat belajar negosiasi, kompromi dan berkelompok. Namun, ternyata 89 persen remaja merasa orang tua sangat penting dan sahabat yang menyenangkan. Keren!

Remaja adalah masa usia 11 sampai 19 tahun. Foto: Istimewa

5. Saat usia 11-12 tahun, tiba-tiba otak mampu berpikir dan berkhayal yang rumit-rumit. Banyak kemampuan baru muncul. Kemampuan itu berbeda dengan kemampuan anak-anak. Misalnya, kita jadi mengerti teori-teori yang rumit. Pelajaran Kimia dan Sejarah yang sulit bisa dimengerti dengan mudah. Kita juga belajar menghitung resiko atau mengambil keputusan. Namun, sayangnya, perhitungan dan keputusan kita belum canggih karena otak kita baru saja berkembang. Hmm, kita masih butuh bantuan orang tua untuk mendampingi agar semakin canggih. 

6. Ups, ada bagian otak kita yang tumbuh besar-besaran. Mirip sebuah ledakan. Itulah bagian otak amygdala. Amygdala ini bertanggung jawab pada emosi kita. Gara-gara amygdala, kita jadi mulai naksir cewek atau cowok, nih. Amygdala juga membuat kita salah paham pada pendapat orang tua dan orang lain. Amygdala ini pula penyebab kita uring-uringan dan suka bikin masalah.
7. Kata ahli, sebetulnya kita sedang menguji teori yang berkecamuk di otak saat uring-uringan. Soalnya, banyak hal yang belum kita pahami. Tapi, tenang. Para ahli bilang, pengetahuan akan bertambah saat umur bertambah. Pengetahuan yang banyak mengurangi rasa uring-uringan.
So, supaya tidak uring-uringan, bagaimana jika kita banyak membaca pengetahuan? Pengetahuan memudahkan kita mengenali masalah. Kita pun bisa bilang pada amygdala. “Okay, amygdala. Kamu boleh bikin aku uring-uringan. Tapi aku akan sabar dan menunggu usiaku bertambah. Aku akan mencari banyak ilmu agar tidak pusing.”
(Johanna Ernawati)
Sumber: Sara Johnson.The Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Live Science.com
Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan kecerdasan selayaknya mengacu pada perkembangan otak manusia seutuhnya. Realitas pembelajaran dewasa ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar lebih banyak mengacu pada target pencapaian kurikulum dibandingkan dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Akibatnya, peserta didik dijejali dengan berbagai macam informasi tanpa diberi kesempatan untuk melakukan telaahan dan perenungan secara kritis, sehingga tidak mampu memberikan respons yang positif. Mereka dianggap seperti kertas kosong yang siap menerima coretan informasi dan ilmu pengetahuan.
Sementara itu, kegiatan yang terjadi di dalam ruang belajar masih bersifat tradisional yakni menempatkan guru pada posisi sentral (teacher centered) dan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk menerima dan menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dengan penuh keterpaksaan, menerima hukuman atas kesalahan yang diperbuat, dan jarang sekali mendapat penghargaan dan pujian atas jerih-payahnya.
Oleh karena itu, dalam upaya mengubah paradigma pembelajaran sehingga dapat memberdayakan otak secara optimal, pendapat Eric Jensen dalam bukunya Brain Based Learning, patut untuk dijadikan rujukan. Dia menawarkan sebuah konsep dalam menciptakan pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa. Menurutnya ada tiga strategi berkaitan dengan cara kita mengimplementasikan pembelajaran berbasis kemampuan otak, yaitu :
  1. menciptakan suasana atau lingkungan yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa. Strategi ini bisa dilakukan terutama pada saat guru memberikan soal-soal untuk mengevaluasi materi pelajaran. Soal-soal yang diberikan harus dikemas seatraktif mungkin sehingga kemampuan berpikir siswa lebih otimal, seperti melalui teka-teki, simulasi, permainan dan sebagainya.
  2. menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup menyenangkan. Guru tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan atau tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran yang digunakan lebih menekankan pada diskusi kelompok yang diselingi permainan menarik serta variasi lain yang kiranya dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar.
  3. membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila siswa secara fisik maupun psikis dapat beraktivitas secara optimal. Strategi pembelajaran yang digunakan dikemas sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model pembelajaran yang bersifat demontrasi.
Apa yang dikemukakan Eric Jensen di atas merupakan upaya konkret dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, kunci keberhasilan itu semua terletak pada kemauan dan kemampuan guru untuk mereformasi cara dan strategi pembelajarannya serta berani untuk menggeser paradigma berfikirnya, sehingga lebih bersifat praksis ketimbang teoritis.


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook