Sunday, March 30, 2014

PENYELIDIKAN TERAKHIR, hilangnya pesawat terbang xscara misterius



PENYELIDIKAN TERAKHIR
Mr.HM.Rakib Ciptakarya Pekanbaru Riau Indonesia. 2014
        


         Tidak mungkin pesawat Malaysia, terkena mosteri Segi Tiga Barmuda. Tapi  di Taiwan ada segi tiga Formosa. Yang juga asangat misteri,,,..  TRIBUNNEWS.COM - Di tengah kebingungan sejumlah pihak atas misteri yang menyelimuti di balik hilangnya Pesawat Boeing 777-200 ER Malaysia Airlines (MAS) MH370, muncul kabar yang menghadirkan secercah harapan sekaligus membuat bulu kuduk merinding.

          Kabar itu mencuat saat anggota keluarga dari penumpang pesawat MH370 yang hilang hadir di sebuah tayangan di sebuah stasiun televisi China untuk menunjukkan telepon genggam saudaranya itu masih aktif saat dihubungi.
Ponsel berdering beberapa kali sebelum akhirnya terputus. Sebanyak 19 orang dari anggota keluarga lain dari penumpang MH370 pun melakukan hal yang sama.
Hasilnya, ponsel juga berdering selama beberapa kali sebelum akhirnya terputus. Tak ada jawaban sama sekali dari sejumlah usaha yang mereka lakukan. Atas hal ini, mereka mengajukan pertanyaan resmi ke MAS dan meminta penjelasan.

Nyatanya, masih berderingnya ponsel tak berarti seluler itu aktif. Pakar perangkat nirkabel, seperti dikutip Tribunnews.com dari wonderfulengineering.com, dering panggil tersebut adalah trik psikologis agar penelepon tetap online sementara jaringan mencoba menghubungkan panggilan mereka. Dengan kata lain, nada panggil itu adalah layanan dari operator.

Nada panggil tidak berarti bahwa telepon di ujung lainnya masih aktif. Seorang juru bicara dari asosiasi penirkabelan, CTIA menegaskan hal ini. Pada dasarnya, ketika seseorang menelepon nomor ponsel , jaringan seluler mulai mencari perangkat telepon di lokasi terakhir yang diketahui.
Jika jaringan tidak dapat menemukan perangkat ponsel di lokasi terakhir, jaringan akan memperluas pencarian ke wilayah yang lebih luas. Proses pencarian membutuhkan waktu 2 detik sampai 3 detik.
Selama waktu ini, jaringan akan memutar nada dering untuk penelepon sehingga penelepon tidak menutup telepon . Namun, setelah jaringan menegaskan bahwa telepon tidak aktif, hal itu akan mengakhiri panggilan . Hal ini yang menjelaskan misteri nada panggil yang tetap ada pada kasus ponsel penumpang di MAS MH370.
Tapi sepertinya, proses pencarian jaringan seluler seperti ini berbeda dari apa yang terjadi di Indonesia. Pada operator lokal, panggilan biasanya langsung nonaktif atau operator akan langsung memberitahu jika perangkat ponsel yang dituju tengah tidak aktif. Pada contoh lain, nada panggil di operator lokal bisa menjadi konten komersil berupa pemutaran sepenggal nada dan lagu populer.
Kembali lagi ke kasus MH370, seorang perempuan dari keluarga penumpang mengatakan jika dia bisa tersambung pada nada panggil ponsel keluarganya yang berada di pesawat yang hilang, maka pihak berwenang semestinya bisa melacak dimana sinyal telepon tersbeut berasal.

Hanya saja, untuk bisa melacak di mana sebuah perangkat telepon berada, ada beberapa syarat yang wajib ada. Telepon yang dilacak harus memiliki GPS di dalamnya dan fitur ini harus diaktifkan .
Jika semua persyaratan tersebut terpenuhi baru sebuah perangkat ponsel bisa ditemukan. Tetapi jika misalnya, perangkat ponsel tersebut ada di dasar laut, dan nada panggil dari nomor ponsel hanya berasal dari layanan operator, maka akan mustahil untuk melacak lokasi di mana ponsel itu berada.
Penjelasan ini disebutkan menjadi pil pahit yang harus ditelan para keluarga penumpang. Penjelasan itu juga kian menambah misteri tentang keberadaan MH370 yang hingga kini belum diketahui keberadaannya. wonderfulengineering.com/oln/tribunnews.com


Segitiga Bermuda di program TV Discovery & National Geographic tahun 2011 telah  menyelidiki bahwa terjadinya gangguan mesin, kompas & alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal (bukan magnet kutub) yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah tersebut. Bukti baru ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit di daerah tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman menyusuri daerah sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam kokpit berubah dan terganggu. Karena  teknologi masa kini semakin canggih, maka dapat di pantau pula melalui satelit.

Fakta Nyata Dari Misteri  Pesawat Terbang Hilang Di Segitiga Bermuda

Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.

Segitiga Bermuda: Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan pulau Bermuda
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Beda dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.

Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ hilang di segitiga Bermuda
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember 1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.

Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari “Flight 19″ juga hilang di segitiga Bermuda
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian dari kelima TBF Avenger!

C-119 Flying Boxcar, hilang di segitiga Bermuda
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.

Beberapa pesawat yang pernah hilang di segitiga bermuda
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965 keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan perlengkapan yang dirahasiakan.

Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia. Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera tertarik menguji kesaksian ini.

Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah Divitt.



No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook