Sunday, June 1, 2014

MOBBING(NORWEGIA DAN DENMARK), MOBNING(SWEDIA DAN FINLANDIA).



 MOBBING(NORWEGIA DAN DENMARK), MOBNING(SWEDIA DAN FINLANDIA).

 
M.Rakib Ciptakarya Riau Indonesia. 2014

    Pengertian mobning Bullying Pengertian tentang  Bullying di Indonesia masih belum terdefinisikan secara baku. Beberapa diskusi tentang bullying mengartikan  bullying dengan menerjemahkannya menjadi pemalakan. Memang masalah definisi tentang bullying bukan hanya terjadi di Indonesia saja. Di negara – negara Skandinavia masalah  bullying diistilahkan dengan kata mobbing(Norwegia dan Denmark), atau mobning(Swedia dan Finlandia). Kata tersebut berasal kata dasar bahasa Inggris mob yang menyiratkan arti biasanya ada sebuah kelompok orang yang bersifat anonim yang  terlibat didalam pelecehan; namun istilah tersebut juga sering digunakan manakala seseorang melecehkan atau menekan orang lain (Olweus, 2004, h.20). Bullying adalah situasi dimana pihak yang kuat menekan yang lemah.

Data yang dikumpulkan melalui suatu penelitian  oleh Olweus di kota Bergen, Norwegia, menunjukkan bahwa sekitar 35 – 40 persen dari pelajar yang menjadi korban pembullian ternyata dilakukan oleh pelaku tunggal,
sehingga sangat layak untuk mempertimbangkan masalah bullying baik yang dilakukan oleh pelaku tunggal maupun oleh kelompok sebagai sebuah fenomenasosial yang mempunyai kaitanerat meskipun barangkali ada perbedaan diantara keduanya. Bisa ditegaskan, sangatlah wajar jika ada anggapan bahwa  bullying yang dilakukan oleh beberapa orang lebih tidak mengenakkan atau mungkin lebih mengerikan bagi sikorban (Olwous, 2004, h. 9).

      Dalam Bullying at School (Olweus, 2004) difinisikan bullying dengan cara yang amat umum dan terbuka yakni seseorang yang secara berulang untuk beberapa waktu tertentu mengalami atau mendapatkan perlakuan negatif dari seseorang atau beberapa orang lain.11 Arti kata mendapatkan perlakuan negatif harus dispesifikasikan lagi, yaitu sebuah perlakuan negatif jika seseorang secara sengaja menyebabkan, atau mencoba untuk melukai atau membuat ketidak nyamanan atas diri orang lain, yang pada dasarnya menyiratkan arti dari perilaku agresif. Perlakuan negatif bisa dilakukan lewat kata – kata atau secara verbal, misalnya dengan cara mengancam, mencela, mengusikatau memanggil nama dengan  sebutan hinaan. Disebut juga perl akuan negatif manakala seseorang memukul, mendorong, menendang, mencubit atau menghalangi orang lain dengan kontak fisik. Dimungkinkan juga untuk
melakukan suatu tindakan negatif tanpa menggunakan kata – kata atau kontak fisik misalnya dengan cara bahasa tubuh atau raut muka yang sinis atau memandang rendah, yang secara sengaja bermaksud mengeluarkan seseorang dari suatu kelompok atau menolak untuk  sepakat dengan harapan– harapan orang lain (Olweus, 2004, h. 9).Bullyingdapat dilakukan oleh pelaku tunggal pembulli atau biasa disebut pelaku dan juga oleh kelompok. Target
bullying  juga  bisa korban tunggal atau sekelompok orang. Dalam konteks  bullying di sekolah korban  bullying
biasanya tunggal. Data dari penelitian yang dilakukan di Bergen menunjukkan bahwa sebagian besar kasus
bullying di sekolah terjadi antarakorban tunggal yang diberi  perlakuan  bullying  oleh sekelompok pelajar lain yang terdiri dari  dua atau tiga orang (Olweus, 2004, h. 10). Sementara itu Elliot ( 2005, h. 5) mendefinisikan  bullying
sebagai tindakan yang dilakukan seseorang secara sengaja membuat menderita.

Bentuk – Bentuk Bullying Elliot ( 2005) memaparkan ada beberapa jenis bullying yaitu : 22 a. Bullying Verbal
Bullying dengan menggunakan kata – kata yang menyakitkan seperti misalnya memanggil orang dengan sebutan bodoh, gendut atau bau. b.Bullying Fisik Bullying  yang dilakukan dengan  kontak fisik misalnya  mendorong, memukul, menendang atau mencubit  c. Bullying  Diam  Bullying  yang dilakukan dengan diam dan secara sengaja
mengabaikan orang lain atau memberi tanda – tanda dengan bahasa tubuh tertentu untuk meyakinkan orang tersebut bahwa ia tidak layak untuk masuk dalam kelompok tertentu. Pelaku bisa melakukannya dengan cara melengos, mengabaikan  ketika seseorang lain berbicara dan lain – lain. Singkatnya bullying diam dilakukan untuk membuat
orang lain merasa tidak nyaman  namun tanpa mengatakan sesuatu atau tanpa melakukan kontak fisik. d.Bullying
Emosional Bullying emosional adalah tindakan negatif yang dilakukan terhadap orang lain yang memiliki ciri – ciri yang berbeda dari kelompok besar lainnya, misalnya dari ras yang berbeda, bentuk rambut, warna kulit dan sebagainya. Bullying  emosional dapat  dilakukan dengan cara mengumpat atau bertindak secara sengaja
dengan menggunakan gerakan – gerakan tertentu yang bertujuan untuk menghina. 23e.Bullying Cyber Bullying
yang dilakukan melalui  telepon seluler, pesan pendek (SMS), e- mail  dan website untuk menyerang orang lain.
Dalam beberapa kasus, pelaku bullying membuat website  dan mengundang orang lain untuk membuat komentar – komentar jorok terhadap orang atau kelompok tertentu. Cyber bullying semacam ini sebenarnya merupakan
Bullying emosional yang sama sekali tidak  bisa diterima. Jadi disimpulkan bahwa bullying bisa berupa apa saja
yang dilakukan untuk membuat orang lain merasa tidak nyaman dan orang yang menjadi korban tidak berdaya menghadapinya (Elliot, 2005, h. 4 – 5).

MENYADARKAN PEMIMPIN YANG ZALIM
MELALUI SEMBAHYANG HAJAT

Drs.M.Rakib Janib Jamari,S.H.,M.A.
Widyaiswara LPMP (Lembaga Pejaminan Mutu Pendidikan) Prov.Riau.


“Rumah dinas,“ ujar Aditya, “sudah dipenuhi perabotan mewah. Seperti, mobil, tape, piano, kulkas, dan kursi tamu.” Hoegeng sontak gusar dan langsung memerintahkan anak buahnya menaruh semua perabotan itu di pinggir jalan.(Penulis/M.Rakib, pengagum berat Hoegeng Iman Santoso. Dia adalah guruku, walaupun aku tidak pernah bertemu langsung dengannya.)

1.Pantun Orang Zalim.


  Coba lakukan, sembahyang hajat,
     Pemimpin yang zalim, bisa bertobat,
Jangan disumpah, atau dilaknat,
         Agar keberuntungan, di pihak rakyat.

Orang yang sangat jujur, memang nekad,
Walaupun kepada kepala, sangat hormat.
Tetap kritis, dalam urusan masyarakat,
Tidak takut dipecat, dari pejabat.


Dirinya bahagia, hidup miskin,
    Asalkan bersih, tegakkan  disiplin.
      Kaya moral, indahnya bukan main,
        Keselamatannya, Tuhan yang jamin.

Melawan Kepala yang zalim,
Dengan hukum, Tuhan yang Qadim.
Memakai cara, sopan dan alim,
Aturan pemerintah, setiap musim.

    Di setiap kantor, seluruh dunia,
Baik negeri, maupun swasta.
Ada pegawai yang, teraniaya,
       Oleh atasan, yang disebut kepala.

Dosa kepala, minta ampun,
Yang beruntung, siapa sekampung,
Sesuku dan sehobi,menjadi mumpung.
Yang lainnya, menjadi terkurung.

                     Dari kepala kantor, sampai kepala negara,
      Orang yang, jujur mereka aniaya.
             Jika terusik, kepentingan kelompokya.
          Peraturan dicampakkan, semaunya.

Setiap orang jujur, pasti nekad,
Melawan kepala, apapun akibat.
Tidakkan pernah, menjadi penjilat,
Sampai nyawa, dicabut Malaikat.

                Imam Santoso, melawan kepala negara,
        Yang melanggar, aturan yang ada.
         Jabatannya ditarik, imam bahagia,
                  Mantan Kapolri, tak punya harta benda.

Imam Santoso, menutup toko kembang istrinya demi kepentingan negara. Menyamar jadi pelayan restoran zaman agresi Belanda. Nyaris disantet karena membongkar penyelundupan. Nekat melawan penguasa otoriter.
http://www.prioritasnews.com/images/uploads/2012/03/32-238x300.jpg
Hoegeng Iman Santoso.
        Pemuda berambut cepak itu tergesa-gesa memasuki pekarangan sebuah rumah kuno peninggalan Belanda di kawasan Menteng, Jakarta, dan terus melangkah ke bagian belakang. Wajahnya cemberut. Persis di depan bangunan mirip gudang, ia berhenti sejenak, lalu perlahan membuka pintunya. Di situ terlihat sejumlah lukisan menempel di dinding, juga beberapa kanvas yang masih polos. Ia lantas meraup kuas-kuas yang berserakan dan mengunting habis bulu-bulunya.
         Kejadian di penghujung Oktober 1968 itu tak pernah lekang dari ingatan Aditya Soetanto, pemuda itu. Ia waktu itu sangat kecewa lantaran pendaftaran calon taruna Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) sudah tutup. Ihwalnya, ia cuma perlu tanda tangan bapaknya untuk surat keterangan bahwa dirinya putra tunggal dalam keluarga. Tapi sang bapak menolak dan membiarkannya lama menunggu. Akibatnya, ia terlambat mendaftar. Rasa kesal pun ia lampiaskan ke peralatan lukis bapaknya: Hoegeng Iman Santoso.
Saat itu Hoegeng belum lama dilantik sebagai Kepala Kepolisian Negara, pada 5 Mei 1968 (sejak 1969 disebut Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri). Uniknya, ia tak ingin gara-gara putra Kapolri, Aditya diluluskan dari ujian masuk AURI. “Kalau memang berprestasi, kamu bakal lulus, nggak usah pakai katabelece segala, ya sudah, kamu pergi saja sana mendaftar!” tutur Aditya menirukan ucapan bapaknya.
        Itu hanyalah satu dari banyak kisah tentang sosok Hoegeng yang termasyhur integritasnya sebagai abdi negara. Sampai-sampai keluarganya tidak diberi celah sedikit pun untuk memanfaatkan jabatan dan pengaruhnya. Ia sangat teguh berprinsip: “Pemerintahan yang bersih mesti berawal dari atas, sebagaimana orang mandi, guyuran air selalu dimulai dari atas kepala,” tulis Asvi Warman Adam dalam Menguak Misteri Sejarah.
        Sikap tegas Hoegeng juga pernah menyasar istrinya, Merry. Sehari sebelum dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi di masa Orde Lama, ia meminta Merry menutup toko kembang miliknya yang terletak di sudut Jalan Cikini. Tentu saja ia kebingungan, “Apa hubungannya toko kembang dengan jabatan Bapak?” Dengan kalem, Hoegeng menjawab, “Nanti semua yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang di toko kita, dan tentu tidak adil bagi toko-toko kembang lainnya.”
        Hoegeng memulai kariernya di kepolisian sejak zaman Jepang dan bertugas di Pekalongan dengan pangkat bintara, tulis Aris Santoso dalam Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa. Ia lalu hijrah ke Sukabumi demi mengikuti pendidikan kader polisi Jepang (Koto Kaisatsu Gakko) untuk strata perwira.
Namun, bersama siswa lainnya, Hoegeng harus menanggung kekecewaan. Pasalnya, saat kelulusan, pemerintahan Jepang malah menurunkan pangkat semua siswa kembali menjadi bintara. Merasa tak puas, para siswa lalu melancarkan aksi mogok belajar menentang kebijakan itu.
Saat Agresi Militer II Belanda yang ditandai penyerbuan Yogyakarta, Hoegeng tetap bertahan di kota Kesultanan Hamengkubuwono IX. Ia diperintahkan untuk memata-matai pasukan Belanda. Dalam tugas rahasia yang kelak diakuinya sangat berkesan itu, ia menyamar sebagai pelayan Restoran Pinokio di Jalan Jetis.

Insp. Polisi Hoegeng mempersilahkan Wk. Kepala Polisi Sumarto memberikan wejangan.




No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook