Saturday, June 21, 2014

PANTUN DUNIA CERMINAN AKHIRAT...Mr.Rakib Ciptakarya LPMP Riau. 2014



PENDIDIKAN MELAYU
Mr.Rakib Ciptakarya LPMP Riau. 2014
YANG MISKIN DI DUNIA, AKAN KAYA DI AKHIRAT

Mahmoud Ahmadinejad terlahir dengan nama Mahmoud Sabourijan di daerah Garmsar, tepatnya desa Aradan 54 tahun silam. Ayahnya, Ahmad, adalah seorang pandai besi dan pengikut ajaran Syi’ah yang taat. Ibunya, Khanom, dikatakan memiliki hubungan darah dengan nabi Muhammad SAW.

Ahmadinejad merupakan seseorang yang tidak terkenal, bukan tokoh ulama, juga bukan tokoh politik di negara Iran. Ahmadinejad kecil tumbuh layaknya seorang remaja di usianya. Dikenal sebagai penggemar sepakbola dan jago bermain sepakbola. Dia juga pintar matematika. Selain itu Ahmadinejad terkenal memiliki suara yang bagus, seperti saat membaca Al-Quran maupun pidato.

Keluarga Ahmadinejad pindah ke Teheran, Iran pada saat dia berusia 1 tahun. Nama ‘Sabourijan’ diganti menjadi ‘Ahmadinejad’ oleh sang ayah untuk menghindari konflik di tempat tinggal barunya.

Pada tahun 1980, Ahmadinejad merupakan ketua perwakilan IUST (Iran University of Science and Technology) untuk perkumpulan mahasiswa se-Iran. Ahmadinejad juga terlibat dalam pendirian Kantor untuk Pereratan Persatuan (daftar-e tahkim-e vahdat), organisasi mahasiswa yang berada di balik perebutan Kedubes Amerika Serikat yang mengakibatkan terjadinya peristiwa ‘krisis sandera Iran’.

Pada masa perang saudara antara Iran dan Irak, Ahmadinejad bergabung dengan Korps Pengawal Revolusi Islam, tepatnya pada tahun 1986. Ahmadinejad kemudian diangkat menjadi insinyur kepala pasukan keenam Korps dan kepala staf Korps di sebelah barat Iran.

Setelah perang, dia bertugas sebagai wakil gubernur dan gubernur Maku dan Khoy, Penasehat Menteri Kebudayaan dan Ajaran Islam, dan gubernur provinsi Ardabil dari 1993 hingga Oktober 1997. Ini merupakan awal kiprah Ahmadinejad di dunia politik.

Pada bulan mei 2003, Ahmadinejad terpilih sebagai walikota Teheran. Selama menjabat sebagai walikota, Ahmadinejad menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat kebudayaan Teheran. Hal ini bertentangan dengan para walikota sebelum dirinya yang lebih modern dan reformis.

Saat kampanye, Ahmadinejad pernah bertengkar dengan Presiden Iran saat itu, Mohammad Khatami, yang membuat beliau mencabut hak Ahmadinejad untuk menghadiri pertemuan dewan menteri, hak yang biasanya diberikan pada walikota di Iran. Pertengkaran tersebut dipicu dari pernyataan Ahmadinejad di depan umum bahwa Presiden Khatami tidak pernah memperhatikan masalah sehari-hari warga Iran.

Pada tahun 2005, Ahmadinejad akhirnya terpilih menjadi Presiden keenam Iran setelah memenangkan 62 persen suara dalam Pemil. Mengalahkan rivalnya, Ahmad Hashemi Rafsanjani.

   Bunga melur,  dalam jambangan,
   Di tepi kolam, lebar bunganya.
   Kucipta pantun,  buat renungan,
   Sumbangkan pengalaman, alahkadarnya.

Bunga ini,  condong ke Barat,
Jatuh sekuntum,  terinjak kaki,
Dunia ini, cerminan akhirat.
Di jalan yang halal, mencari rezeki..

             Cerana kesumba,  indah melati,
             Cantik tersemat,  harum berminyak,
             Ilmu ditimba,  sepenuh hati,
             Hadapi penipuan, yang makin banyak.

Harum sungguh,  bunga kemboja,
Bunga karangan , cantik tersemat,
Janganlah membaca, sepintas saja,
Pantun ini, mengandung   hikmat.
                Tenun berseri,  pandang tak jemu,
                Seakan luruh ke dalam raga,
                Pantun berisi,  lautan ilmu,
                Dasarnya penuh mutiara berharga.
Daun nipah,  kajangnya rapat,
Hidangan tetamu,  di Kuala Maran,
Pantun menyimpan,  berjuta maklumat,
Fakta, ilmu, juga  hiburan.
        Anak muda,  pulang ke desa,
        Ibu dan ayah,  lama menanti,
        Pantun tidak, membuang waktu
        Isinya menjadi, teman sejati.
Pohon pedada,  di dalam taman,
Jadi idaman , si anak rusa,
Jangan khianat, kepada teman,
Anda akn menyesal,  sepanjang masa.
    


            
                 Kalau naik, sepeda motor,
                 Jangan lewati, pinggiran tebat.
                 Nasehatkanlah, teman  sekantor,  
                 Selingkuh itu, zina yang berat,
   
Cantik sungguh si bunga kejora,
Buat hiasan di hari raya,
Marilah sahut seruan negara,
Bangsa membaca bangsa berjaya.
BAHASA JIWA BANGSA

Ikat jerami, muat ke kandar,
Selepas makan,  mandi  telaga
Ucapan pedih, buruk sangka terhindar,
Masuk surga, dengan bangga.

Batang reban,  dibawa ke huma,
Hendak dirikan sebuah taman;
Wibawa pribadi, sangat berharga.
Kita pertahankan, sepanjang zaman.

Terbang tempua,  ke semak berduri,
Singgah sekali, di pohon rumbia;
Berkata benar,  lambang jati diri,
Tidak ketinggalan dalam, beribadah.

Berbanjar cemara di tanah rata,
Tempat teduhan sekumpulan murai;
  Taburkan amal, ketika di dunia.
Di akhirat kelak, tinggal menuai.

BAHASA JIWA BANGSA (2)
Riuh nelayan memunggah pelata,
Beli seraga dibawa pulang;
Bahasa kebangsaan jiwa kita,
Jati diri warga gampak cemerlang.
Busut di hutan sarang kelekatu,
Angsana tumbang terkejut tempua;
Berbahasa kebangsaan saban waktu,
Makin berkembang ke serata benua.
Dari Benta ke Kota Gelanggi,
Singgah di Jengka membeli toman;
Bahasa kita martabatnya tinggi,
Lingua franca zaman-berzaman.
Sepohon celagi lanjut usia,
Tempat istirahat ayam jantan;
Tidak rugi berbahasa Malaysia,
Warga erat sejahtera watan.
lampiran pantun 2,4,6,8 keratPantun Melayu Tradisional
PANTUN BUDI

Tegak rumah kerana sendi,
Runtuh sendi rumah binasa;
Tegak bangsa kerana budi,
Runtuh budi hilanglah bangsa.
Bunga melati bunga di darat,
Bunga seroja di tepi kali;
Hina besi kerana karat,
Hina manusia tidak berbudi.
Limau manis dimakan manis,
Manis sekali rasa isinya;
Dilihat manis dipandang manis,
Manis sekali hati budinya.
Di sana padi di sini padi,
Baru bernama sawah dan bendang;
Di sana budi di sini budi,
Baru sempurna bernama orang.
Awal pertama orang berbangsa,
Kedua banyak ribu dan laksa;
Ketiga majlis bermanis muka,
Keempat banyak berbudi bahasa.

PANTUN NASIHAT

Orang Jawa mencari benang,
Mencari benang di atas bukit;
Konflik yang lama,  jangan dikenang,
Agar tidak, jadi penyakit.

Orang berkain corak berbelang,
Mengayuh rakit mencari duku,
Jangan bermain, suami orang,
Nyawa tersangkut di hujung kuku.

Patah jarum dalam peti,
Buat menjahit kain bertimbun;
Nasihat sepatah kurang dimengerti,
Obat penawar beribu tahun.

Padi muda,  jangan dilurut,
Kalau dilurut,  patah batangnya;
Semangat muda, jangan diturut,
Kalau tak sabar,  susah akibatnya.

Bawa mari , ke kedai Cina,
Karena itu, buah dagangan;
Hidup kita,  biar sempurna,
 Pahami dunia, sebagai bayangan.

Beras kisar mudik ke hulu,
Tanak pulut santan durian;
Tak ada orang menyesal dahulu,
Banyak orang menyesal kemudian.
Bukan tidak saya katakan,
Merbuk biasa makan di papan;
Bukan tidak saya katakan,
Buah mabuk jangan dimakan.
Bukit Jertih berhutan buluh,
Tempat raja pergi memburu;
Minta selisih malaikat empat puluh,
Janganlah saya diberi malu.
Orang hulu memalu nobat,
Nobat dipalu kayu berangan;
Fikir dahulu sebelum buat,
Kalau dibuat menyesal jangan.
Angin teluk menyisir pantai,
Hanyut rumpai di bawah titi;
Biarlah buruk kain dipakai,
Asal pandai mengambil hati.
Buah pelaga makan dikikir,
Dibawa orang dari hulu;
Sebarang kerja hendak difikir,
Supaya jangan mendapat malu.
Hendak belayar ke Teluk Betong,
Sambil mencuba labuhkan pukat;
Bulat air kerana pembetung,
Bulat manusia kerana muafakat.
Pakai baju warna biru,
Pergi ke sekolah pukul satu;
Murid sentiasa hormatkan guru ,
Kerana guru pembekal ilmu.
Jangan pergi mandi di lombong,
Emak dan kakak sedang mencuci;
Jangan suka bercakap bohong,
Semua kawan akan membenci.
Jikalau tuan mengangkat peti ,
Tolong masukkan segala barang;
Jikalau anak-anak bersatu hati .
Kerja yang susah menjadi senang .
Asam kandis mari dihiris ,
Manis sekali rasa isinya ;
Dilihat manis dipandang manis ,
Lebih manis hati budinya .
Selasih tumbuh di tepi telaga ,
Selasih dimakan si anak kuda;
Kasih ibu membaa ke syurga,
Kasih saudara masa berada.
Masuk hutan pakai sepatu,
Takut kena gigitan pacat;
Kalau kita selalu bersatu,
Apa kerja mudah dibuat.
Orang haji dari Jeddah
Buah kurma berlambak-lambak
Pekerjaan guru bukanlah mudah
Bagai kerja menolak ombak
Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah
Asal kapas menjadi benang
Dari benang dibuat kain
Barang yang lepas jangan dikenang
Sudah menjadi hak orang lain
Kapal Anjiman disangka hantu
Nampak dari Kuala Acheh
Rosak iman kerana nafsu
Rosak hati kerana kasih
Tingkap papan kayu bersegi
Sampan sakat di Pulau Angsa
Indah tampan kerana budi
Tinggi darjat kerana bahasa
Bintang tujuh sinar berseri
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak ditaati
Mana yang dapat jangan dilupa
Parang tajam tidak berhulu
Buat menetak si pokok Ru
Bila belajar tekun selalu
Jangan ingkar nasihat guru
Hari malam gelap-gelita
Pasang lilin jalan ke taman
Sopan santun budaya kita
Jadi kebanggaan zaman berzaman
Pergi berburu sampai ke sempadan
Dapat Kancil badan berjalur
Biar carik baju di badan
Asalkan hati bersih dan jujur
Dalam semak ada duri
Ayam kuning buat sarang
Orang tamak selalu rugi
Macam anjing dengan bayang
Baik-baik mengirai padi
Takut mercik ke muka orang
Biar pandai menjaga diri
Takut nanti diejek orang
Ke hulu membuat pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Supaya jangan sesal kemudian
Orang Daik memacu kuda
Kuda dipacu deras sekali
Buat baik berpada-pada
Buat jahat jangan sekali
Dayung perahu tuju haluan
Membawa rokok bersama rempah
Kalau ilmu tidak diamalkan
Ibarat pokok tidak berbuah
Kalau kita menebang jati
Biar serpih tumbangnya jangan
Kalau kita mencari ganti
Biar lebih kurang jangan
Adik ke kedai membeli halia
Emak memesan membeli laksa
Jadilah insan berhati mulia
Baik hati berbudi bahasa
Pantai Mersing kuala Johor
Pantainya bersih sangat mashyur
Pohonkan doa kita bersyukur
Negara kita aman dan makmur
Tuan Mahmud bermain tombak,
Dang Kasuma menangkap tupai;
Kalau takut dilambung ombak,
Jangan berumah di tepi pantai.
Sayang Musalmah memakai tudung,
Tudung dipakai sebelah kiri;
Apa dikenang kepada untung,
Untung tak untung diri sendiri.
Ambil bertih dari hulu,
Isi mari di dalam balang;
Bersihkan laman kita dahulu,
Baru bersihkan halaman orang.
Anak tiung anak ketitir,
Anak balau terlompat-lompat;
Barang dikendong habis tercicir,
Barang dikejar haram tak dapat.
PERTANDINGAN BERBALAS PANTUN RANCANGAN PANJANG AKAL TV3
Selangor menjual :
Dihujung selat bertiup bayu,
Teratai di kolam tampak serinya;
Dikandung adat budaya Melayu,
Dicemar susila mana manisnya?
Melaka membeli :
Sinis surya di persada meriah,
Tatkala camar memainkan rebab;
Manis budaya pada maruah,
Susila yang cemar dipulihkan adap.
Melaka menjual :
Rejang menuding belukar nan kelam,
Pelepah bidara bergalang malap;
Bijak berunding luar dan dalam,
Indah bicara di mana silap?

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook