Wednesday, August 13, 2014

BERKORBAN MENOLONG SESAMA UMAT



TULUS DAN IKHLAS JADIKAN AZIMAT
BERKORBAN MENOLONG SESAMA UMAT

 

 

M.Rakib,  LPMP Riau Indonesia

wahai ananda dengarlah amanat,
tulus dan ikhlas jadikan azimat
berkorban menolong sesama umat
semoga hidupmu beroleh rahmat
Arti penting pelestarian TUNJUK AJAR MELAYU itu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat terutama oleh daerah apalagi setelah Riau menetapkan Visi Riau 2020 yang menjadikan Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Bagi masyarakat, tunjuk ajar itu dapat menjadi filter untuk menangkal arus globalisasi yang memporak-porandakan mentalitas kita, dan berusaha memisahkan diri kita dengan nilai-nilai agama, juga budaya.


Tunjuk ajar dalam konteks menangkal budaya asing terasa manfaatnya karena perbedaan tradisi antara budaya asing dengan budaya lokal. Budaya asing yang tidak kontekstual dengan adat dan tradisi kemelayuan, dapat dengan mudah diakses anak jati Riau di berbagai tekhnologi informasi yang tersedia di banyak lokasi: mulai dari handphone, warnet, atau di rumah sendiri karena jaringan informasi.

Siapa pun, tak terkecuali anak-anak, dapat dengan leluasa bermain tekhnologi menelusuri situs-situs yang mereka maui. Dan, penelusran itu dilakukan diluar sepengetahuan orangtua. Dalam kemudahan bertekhnologi ini, kita merasakan betapa tunjuk ajar yang sarat dengan nilai, berperan membentuk watak dan karaktek, sekaligus menjadi benteng bagi budaya asing yang turut membentuk kepribadian seseorang.


Dalam pelestarian tunjuk ajar itu, Tenas tak sekedar tempat bertanya. Dia terbilang manusia ''langka'' yang menjadi asset Riau yang menguasai seluk beluk budaya Melayu. Sosok kemelayuan dan pemikiran-pemikirannya teruji dan diakui oleh siapapun apalagi oleh manca negara: Malaysia, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, dll. Dan, pengakuan itu diterima Tenas setelah putera kelahiran Pelalawan ini, menerima gelar honoris causa di bidang kebudayaan dari UKM Melaysia.


Tenas banyak melahirkan buku-buku seputar nilai dan pandangan hidup orang Melayu. Salah satu buku Tenas yang paling fenomenal adalah Tunjuk Ajar Melayu yang sudah dicetak beberapa kali oleh Pemerrintah Provinsi Riau, dan dijadikan cendramata resmi pemprov untuk tamu-tamu penting yang berkunjung ke daerah ini.

Pengakuan serupa juga disampaikan mantan Gubernur Riau HM Rusli Zainal yang menyebut Tenas sebagai tonggak kebudayaan Melayu. Dalam merayakan ulang tahun Tenas ke-75 tahun lalu, RZ pernah mengatakan,
kalau ada yang bertanya di mana pusat kebudayaan Melayu di Riau, selayaknya dibawa ke rumah Tenas Effendi. Ini semua untuk menjawab segala keingintahuan siapapun tentang budaya Melayu.

Tenas tak hanya tunak mengumpulkan tunjuk ajar. Ia sekaligus memahami dan menafsirkan tunjuk ajar, ungkapan, gurindam, pantun dan syair itu ke dalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti. Ini, misalnya, terlihat dalam ungkapan : ''Ketuku batang ketakal, duanya batang keladi muyang, kita sesuku dengan seasal kita senenek serta semoyang''. ''Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, adat ialah syarak semata, adat semata Quran dan sunnah, adat sebenar adat ialah Kitabullah dan Sunnah Nabi, syarak mengata, adat memakai, ya kata syarak, ya kata adat, adat tumbuh dari syarak, syarak tumbuh dari Kitabullah, berdiri adat karena syarak''.

Ungkapan-ungkapan itu dilahirkan Tenas melalui penelitian yang tunak selama puluhan tahun, dan hasil kajian itu dia bukukan tanpa meninggalkan bahasa aslinya. Tenas mengaku, selain yang sudah dibukukan masih tersisa ribuan naskah lain yang belum sempat dicetak. Di manca negara, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, buah pikir Tenas disamping menjadi rujukan penelitian ilmiah oleh mahasiswa yang ingin menyelesaikan pendidikan di semua strata juga menghiasi berbagai perpustakaan kampus dan toko-toko buku.


Anjing  dilecut,  patah penggalan,
Seperti beruk,  menggigit nyonya.
Diri terkejut,  di tengah jalan
Di dalam oplet, pencopet semuanya..

                                  Alangkah elok barang ini,
                                  terbuat dari, berbagai gading.
                                  Alangkah elok,  orang ini,
                                  Menipu dengan, cara berunding.

Alangkah harum, bunga selasih,
Ada di pasar, kumpulan pereman .
Alangkah sakit, bercerai kasih,
Lebih sakit,  ditipu teman.

                                    Al Quran, di atas peti,
                                     peti dililit,  besi waja.
                                     Hamba berjanji,  di dalam hati,
                                     Mengutuk penipu, dimana saja.

Air Pasang, bulan pun terang,
hanyutlah sampan, dari jawa.
Penipu datang, hatiku  bimbang,
bagaikan hilang rasanya nyawa.

                                   Alu-alu, memakan tunda,
                                   tali ditarik,  tahan selembar.
                                   kalau tak jujur,  katakan saja,
                                   baik kubalik menahan sabar.

Air dalam bertambah dalam.
hanyut periuk, di dalam peti.
Hati yang dendam, bertambah dendam,
Penipu pura-pura,  berbaik hati.

                               Alangkah harus, bunga selasih,
                               orang memancing,  ikan belanak.
                                Sungguh sakit, ditipu kekasih,
                                seperti  api,  memakan dedak.

Asam pauh, dari seberang,
asam belimbing, dari Lampung.
Badan jauh, di rantau orang,
Setiap hari, penipu  mengepung.

                                Apa gunanya, sutera Cina,
                                gunting tersisip,  di bengkawan.
                                Apa sebabnya,  saya  terlena,
                                 Pembicaraan penipu,  sangat  menawan.

Apa guna,  pelita lentik,
jika bocor,  ke dalam  pura.
Apa gunanya, wanita cantik,
jika  mencintai dengan, pura-pura..

                              Kayu dipotong, dengan gergaji,
                              Jatuh  dahannya,  ke aatas pangkuan.
                              Duduk termenung,  menghitung hari,
                              menaruh  cemas, akibat tipuan.

Batu di bancah jangan diungkit,
kalau diungkit kayunya tumbang.
lebih sakit daripada sakit,
karena kekasih diambil orang.

                              Batu di bancah, jangan diungkit,
                              kalau diungkit,  kayunya tumbang.
                              lebih sakit,  dari pada diserang penyakit,
                              Ditipu digoda, kekasih orang.

Bayu dipuput, seri medan,
tengah bermain disambar enggang.
Terlucut  kulit,  dari badan,
Tipuan licik, sekeliling pinggang.

                               Banyaklah hari, antar hari,
                               tidak semulia, hari Jumat.
                               banyaklah sakit, memilukan hati,
                               tidak sesakit , ditipu  sahabat.

Indahnya bulan,  antara bulan,
tidak seindah , bulan berputar.
banyaklah kesempatan, berbagai  kesempatan,
tidak semulia, kesempatan menatar.

                                 Banyaklah masa, antara masa,
                                 tidak seelok,  masa bersuka.
                                 Melakukan penipuan, kalau biasa,
                                 tidak takut  lagi,  pada neraka.

Banyak ika di dalam laut
ika tenggiri di dalam peti
banyak orang karam dilaut
hamba sendiri karam dihati.

banyak bukit sembarang bukit
tidak setinggi bukit tinggi
banyak sakit sembrang sakit
tidak sesakit menanggung rindu.

Banyak meninggal para syuhada,
membuang nyawa mati syahid
kalau dinda tidak percaya,
mari bersumpah kita ke mesjid

Cempedak tangkainya kandis
tetak tengar dibakar jangan.
Jika hendak mulutnya manis,
dengan dengan dipakai jangan.

Cempedak tangkainya kandis
tetak tengar dibakar jangan.
Jikalau hendak memangnya manis,
tidak boleh di dengar sangat.

Cincin baiduri dalam puas,
jatuh sebentuk dalam raga.
Bukan jauhari kiranya tuan,
maka tak mau masuk berniaga

Cincin sebentuk dalam raga
patah ditimpa tutup peti
Maka tak mau berniaga
seperti bukan lanang sejati

Colok dipotong dengan sekin,
sekin waja buatan jawa.
hendaklah diturut dengan yakin,
yakin dihati selamatlah nyawa.

Condong akan rebah bunga mengkudu,
bunga sitawar disusuni.
Tolong dan sembah oleh pengulu
gawa saya harap ampuni

Dahan patah kayu berduri
kepayang tumbuh dalam dulang
dangangan indah tidak terbelui
sayang sungguh nyawa akan menghilang

Dahulu rebab yang bertangkai
kini topi yang berbunga.
Dahulu adat yang berpakai
kini rodi yang berguna

Daun seganda dikampung cina
burung merpati makan di dulang
karena saya dagang yang hina
makanya tuan tak sedikit sayang

Dari bandung ke Sumedang
dari sumedang sambung ke pati
jangan begitu abang memandang
pandangan abang tembus ke hati

Dari bandung ke sumedang,
dari sumedang sambung ke pati
Abang memberi hamba selendang,
Kubalas dengan jantung hati



No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook