Friday, November 28, 2014

Kawin Sesama Jenis,primitif



Ada yang menikah sesama jenis,
Umat Nabi Luth, disangka harmonis
Kelainan jiwa, berujung tangis
Kutukan Allah, tak dapat ditangkis.
M.Rakib LPMP Riau Indonesia
 
Kawin Sesama Jenis, di bagian kata pengantarnya ditulis: “Hanya orang primitif saja 
 

M.RAKIB LPMP  RIAU INDONESIA.2014


       Hal ini tidak heran, karena metodologi studi agama tidak mengacu kepada framework ulama-ulama salaf yang telah berjasa meletakkan dasar pondasi keilmuan, pembelajaran, dan pemahaman agama Islam dengan baik, tetapi mengacu kepada studi kaum orientalis Barat. Dr Adian Husaini menyimpulkan dalam bukunya Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi (2006), bahwa arah studi Islam di perguruan tinggi Islam saat ini mengarah kepada framework orientalis.

Metodologi dan penggunaan istilah-istilah Barat yang dipakai dalam studi Islam pada akhirnya melahirkan sarjana-sarjana kampus, intelektual, cendekiawan, akademisi, dan ilmuwan Muslim yang berani menggugat otoritas agama. Meskipun Muslim, anehnya sebagian mereka bukannya memberi sumbangsih untuk kemajuan pendidikan Islam, sebaliknya menggerus nilai-nilai Islam dari pendidikan itu sendiri. Meminjam ungkapan (Alm) Kuntowijoyo mereka terlahir sebagai sarjana “Muslim tanpa masjid”.

Ungkapan Muslim tanpa masjid dipahami sebagai Muslim yang kehilangan identitas dan ghirah keislamannya. Dalam persoalan studi agama Islam misalnya, yang seharusnya khazanah keilmuannya berkiblat ke Timur Tengah malah kiblatnya berubah ke Barat atau Eropa. Perubahan arah kiblat ini, menurut Dr Abu Hafsin MA (2005) ditandai dengan pengiriman para dosen muda ke berbagai perguruan tinggi di Amerika Utara, Eropa, dan Australia pada akhir dekade sembilan puluhan.
Kurang Adab Karena Studi Barat
Maka tidak heran kalangan akademisi alumni Barat dan Eropa ini kemudian banyak yang terjebak dengan fatamorgana faham ‘sepilis’ alias sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Ironis memang, perguruan tinggi Islam yang diharapkan melahirkan cendekiawan Muslim yang mencintai ilmu dan pembela syariat Islam justru melahirkan sarjana yang aktif menggugat otoritas agama bahkan menyalahkan Tuhan.
Dalam Jurnal JUSTISIA Edisi 25, Th XI, 2004 yang diterbitkan sekumpulan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Semarang yang bertajuk Indahnya Kawin Sesama Jenis, di bagian kata pengantarnya ditulis: “Hanya orang primitif saja yang melihat perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan.”
 


          Terjebak Dengan Fatamorgana Faham ‘Sepilis’ alias sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Ironis memang, perguruan tinggi Islam yang diharapkan melahirkan cendekiawan Muslim yang mencintai ilmu dan pembela syariat Islam justru melahirkan sarjana yang aktif menggugat otoritas agama bahkan menyalahkan Tuhan.
          Otoritas Tuhanlah memerintahkan wanita pakai jilbab.Wanita adalah surga bagi kehidupan dunia dan akhirat. Ia adalah anugerah terindah buat kaum lelaki. Karenanya, keindahan dan anugerah yang melekat pada diri wanita harus dijaga dan dipelihara. Dalam Islam, berjilbab merupakan salah cara untuk meraih dan mempertahankan keindahan dan anugerah tersebut. Bahkan, berjilbab wajib bagi kaum wanita yang sehat secara rohani, sudah aqil balik dan bernaung di bawah panji agama Islam. ada  101 alasan kenapa wanita wajib berjilbab.

1. Menjalankan syi'ar Islam.
2. Berniat untuk ibadah.
3. Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.
4. Karena saya ingin ta'at kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.
5. Karena saya ingin ta'at kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau.
6. Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).
7. Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.
8. Seluruh ulama sepakat sesuai al qur'an bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib a'in
9. Agar kaum wanita menutup auratnya.
10. Bukan karena gaya-gayaan.
11. Bukan karena mengikut trend.
12. Bukan karena berlagak sok suci.
13. Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .
14. Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.
15. Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan yang hanya menjadi objek nafsu semata.
16. Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga dirinya dari objek nafsu semata.
17. Saya ingin menjadi wanita solihah.
18. Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.
19. Jilbab adalah pakaian taqwa.
20. Jilbab adalah identitas wanita muslimah.
21. Diawali dengan mengenakan jilbab, saya ingin menapak jalan ke surga.
22. Menjauhkan diri dari azab panasnya api neraka di hari kemudian.
23. Istri-istri Rasulullah berbusana muslimah.
24. Para sahabiah (sahabat Rasulullah yang wanita) juga berbusana muslimah.
25. Mereka merupakan panutan seluruh muslimah, begitu juga saya.
26. Semoga Allah memberikan kepada kita balasan jannah yang sama seperti mereka.
27. Untuk meninggikan izzah Islam.
28. Untuk meninggikan izzah (kemuliaan) diri sebagai wanita (muslimah).
29. Jilbab lebih melindungi diri.
30. Membuat saya lebih merasa aman.
31. Menjaga diri dari gangguan lelaki usil.
32. Menjaga diri dari obyek pandangan lelaki yang hanya ingin 'cuci mata'.
33. Menjaga diri dari objek syahwat lelaki.
34. Menjaga diri dari mata lelaki yang jelalatan.
35. Menjaga diri dari tangan-tangan usil yang ingin menjamah.
36. Menghin dari zina mata dan zina hati.
37. Merupakan pencegahan dari perbuatan zina itu sendiri.
38. Jilbab dapat menghindari saya dari sikap-sikap yang negatif.
39. Jilbab dapat menghapus keinginan-keinginan yang menyimpang.
40. Membuat saya lebih bersahaja.
41. Membuat saya lebih khusyu'.
42. Mejauhkan saya dari perbuatan dosa (insyaAllah).
43. Membuat saya malu bila berbuat dosa.
44. Mendekatkan saya pada Allah.
45. Mendekatkan saya pada Rasulullah.
46. Mendekatkan saya pada nabi-nabi-Nya.
47. Mendekatkan saya pada sesama muslim.
48. Mendekatkan saya pada ajaran Islam.
49. Membuat saya tetap ingin belajar tentang Islam.
50. Membuat saya selalu merasa haus akan ajaran Islam.
51. Membuat saya tetap ingin menjalankan ajaran Islam.
52. Ajaran Islam berlaku sepanjang masa, tidak ada yang kuno.
53. Berjilbab bukan sesuatu yang kuno.
54. Mengatakan berjilbab itu kuno berarti telah menggugat otoritas Allah.
55. Allah Yang Maha Mengetahui lebih tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.
56. Berjilbab, berarti menandakan kemajuan penerapan ajaran Islam di masa kini.
57. Merupakan satu barometer telah terbentuknya suatu lingkungan yang Islami.
58. Membedakan diri dari penganut agama lain.
59. Memudahkan dalam pengidentifikasian sesama saudari seiman.
60. Memperkuat tali silaturahmi dan ukuwah sesama muslimah.
61. Menghilangkan keraguan saya bila ingin menyapa saudari muslimah.
62. Memudahkan menanamkan rasa sayang-menyayangi sesama saudara/saudari seiman.
63. Membuat saya lebih terlihat anggun.
64. Membuat saya terlihat menyenangkan.
65. Membuat saya lebih terlihat wanita.
66. Tidak terlihat seperti laki-laki.
67. Membuat saya selalu berada dalam lingkungan yang Islami.
68. Jilbab menjaga saya dari pergaulan yang salah.
69. Memudahkan saya, dengan ijin Allah, mengenal lelaki yang salih.
70. Wanita yang baik (salihah) dengan lelaki yang baik (salih) pula.
71. Mudah-mudahan saya diberi jodoh lelaki yang salih.
72. Jodoh merupakan urusan Allah.
73. Dengan keta'atan pada Allah, Allah akan memberikan kemudahan-Nya.
74. Memudahkan saya dalam beraktifitas..
75. Membuat lebih mudah bergerak.
76. Jilbab menjagaku sehingga tidak terlihat lekuk-lekuk tubuh
77. Sangat repot bila memakai pakaian wanita seperti trend saat ini (yang ketat).
78. Saya tidak suka memakai celana jeans.
79. Celana jeans yang ketat dapat menyebabkan kanker rahim karena suhu di sekitar rahim tidak beraturan.
80. Menghemat waktu dalam berpakaian.
81. Menghemat waktu dalam berhias.
82. Tidak perlu repot-repot selalu berusaha mengikuti trend mode yang berkembang.
83. Menghemat biaya untuk membeli pakaian yang sedang trend.
84. Menghemat biaya untuk membeli make up.
85. Melindungi kulit wajah dari make up yang dapat merusak kulit.
86. Melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
87. Meminimalkan penyakit kanker kulit.
88. Sengatan matahari dapat mengurangi kelembaban kulit sehingga kulit jadi kering.
89. Meminimalkan munculnya bintik-bintik hitam pada permukaan kulit akibat perubahan pigmen di usia tertenu.
90. Melindungi rambut dari debu-debu yang berterbangan.
91. Debu-debu itu dapat mengotori rambut dan menyebabkan rambut mudah rontok yang berakibat kebotakan.
92. Menuntun saya untuk hidup lebih sederhana.
93. Menghindari hidup yang konsumtif.
94. Membuat diri tidak silau dengan kemegahan dunia dan segala perhiasannya.
95. Membuat saya lebih memikirkan hal lain selain mode dan perhiasan.
96. Menempatkan wanita menjadi subjek dalam proses pembangunan ummat.
97. Lebih mudah dalam menabung.
98. Memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah haji.
99. Memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinfaq dan sedekah.
100. Itu berarti lebih banyak beramal untuk bekal di hari kemudian.
101. Membuat saya merasa menjadi wanita seutuhnya.
102. Sebenarnya, pasti alasannya lebih dari 101, lebih banyak dari itu.
Demikian semoga tulisan ini membuka hati bagi kaum wanita yang masih berberat hati mengenakannya dan memperkokoh keyakinan bagi mereka yang sudah mendapat hidayah untuk memakainya. Selamat menikmati indahnya berjilbab.

Andaikan rasa malu yang mendahului kita ketika hendak melakukan kesalahan. Bukannya hadir setelah kesalahan terjadi, maka hidup kita akan terhindar dari banyak kesalahan yang sia-sia.
Mengucapkan terima kasih memang mudah. Tapi tidah semudah yang kita kira. Sebab tidak sedikit yang masih sulit untuk mengucapkannya. Belum lagi soalnya nilainya. Apakah hanya sekadar mengucapkan atau berasal dari ketulusan hati? Tentu kita yang bisa menilai.
Sejatinya kita memang perlu melatih diri kita, agar tidak terjebak pada amarah setiap hari. Namun adalah pilihan realistis ketika kita tidak bisa menghentikan amarah itu dengan membuangnya dan melupakan pada saat hendak tidur.
Manusia jaman kekinian lebih sibuk memperindah penampilan dan lebih mengisi otaknya dengan segala ilmu. Kebanyakan lupa untuk mengisi jiwanya yang gersang dan melompong. Karena pandangan yang salah.
Hidup adalah perjalanan penuh dengan beban dan masalah. Tidak mungkin akan lancar selamanya. Pasti ada masa-masa susahnya. Memahami hal ini, tentu kita akan menyiapkan diri menghadapi semua itu tanpa keluh-keluh. Karena kita percaya, bila waktunya semua akan berlalu.
Seperti bumi yang kita huni ini. Alam telah mengajarkan, tidak selama akan ada musim kemarau. Akan ada waktunya berlalu dan berganti musim hujan yang menyejukan.
Menghamba kepada Kekuasaan Tuhan adalah kemuliaan, sedangkan menghamba kepada kekuasaan manusia adalah kehinaan.
Mengakui Keberadaan Tuhan dalam segala laku adalah keimanan, sedangkan mengakui keberadaan manusia adalah segalanya itu adalah kebodohan.
Membiarkan anak berbuat kebaikan adalah cara memupuk budi pekertinya. Mengajarkan anak untuk hidup berbagi, maka ia akan mengerti makna hidup ini.
Melihat suatu masalah jangan hanya menggunakan pemikiran dan standar diri sendiri. Sebab itu akan memudahkan kita terjebak dalam kesalah-pahaman. Perlu kejernihan pikiran untuk memahami secara jelas dan luas sebelum menyimpulkan.
Kebenaran yang sederhana. Namun tidak seserhana dalam kenyataan. Bahwa memiliki hati yang bersyukur adalah paling membahagiakan. Di dalam penderitaan dan kesedihan masih dapat memiliki hati yang bersyukur merupakan kearifan tertinggi.
Di saat didera kesedihan dan penderitaan, orang-orang awam malahan pergi melarikan diri dengan mencari hiburan. Minum arak atau mendengarkan musik sendu. Padahal semua itu akan semakin melemahkan jiwa.
Berusahalah agar dapat menjadi arus yang bersih di dalam keruhnya dunia fana ini dan menjadi seberkas cahaya di dalam kegelapan yang penuh angin dan hujan.
Berusahalah menjaga pelita nurani yang masih samar-samar menyala. Jagalah kesadaran seperti tatkala berjalan di pinggir jurang yang licin.
Mengapa kita memperlakukan diri kita dengan standar ganda? Untuk urusan jasmani kita begitu rajin menjaga kebersihannya. Namun untuk urusan hati malahan mengabaikannya.
Umat beragama lupa sejati ajaranya. Melatih untuk mengecilkan ego. Yang pada muaranya untuk menemukan kebenaran sejati yang bernama Hati Nurani.
Betapa indahnya. Bila setiap pemeluk agama dapat menemukan kesadaran bahwa agama sejati yang wajib dipeluk itu adalah nurani. Sumber kebenaran tertinggi untuk menyatukan diri dengan Sang Maha Tinggi.
Hidup memang bukan sekadar pilihan. Yang terpenting adalah memiliki hati untuk menerima segala keadaan setelah berusaha dengan kemampuan yang ada.
 “Bila bisa tenang dalam menghadapi masalah, maka pasti bisa menerobos kesulitan sebesar apapun. [Sang Guru]
#KITAB SUCI
sebab kemalasan
kitab suci jadi pajangan atau sekadar bacaan
harta berlimpah pun jadi sia-sia
kata-kata sejuta makna menjadi hampa

Istilah dan kata Tuhan menyangkut masalah yang sangat sensitif dan penting, yaitu masalah aqidah. Kata ini sering dilafazkan dalam do’a dan tercantum dalam Alquran dan hadis dengan kata Rabb. Meskipun kata Tuhan hanya terjemahan dalam Bahasa Indonesia, namun adab penggunaan dan pelafazannya tetap harus dijaga.
Kerusakan Perguruan Bukan Tinggikan Islam
            Kerusakan diawali oleh kasus spanduk “Tuhan Membusuk” kembali memunculkan pertanyaan dan kritik terhadap metode dan kurikulum studi agama di perguruan tinggi Islam: IAIN, UIN, STAIN, dan kampus-kampus semisalnya. Sudah lama pendidikan Islam di perguruan tinggi Islam dianggap salah arah. Semangat pendidikan Islam tidak lagi mengisi relung jiwa yang melahirkan adab dan akhlak, tetapi mengisi ruang akal an sich dan agama hanya dijadikan ajang perdebatan saja.
Hal ini tidak heran, karena metodologi studi agama tidak mengacu kepada framework ulama-ulama salaf yang telah berjasa meletakkan dasar pondasi keilmuan, pembelajaran, dan pemahaman agama Islam dengan baik, tetapi mengacu kepada studi kaum orientalis Barat. Dr Adian Husaini menyimpulkan dalam bukunya Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi (2006), bahwa arah studi Islam di perguruan tinggi Islam saat ini mengarah kepada framework orientalis.
Metodologi dan penggunaan istilah-istilah Barat yang dipakai dalam studi Islam pada akhirnya melahirkan sarjana-sarjana kampus, intelektual, cendekiawan, akademisi, dan ilmuwan Muslim yang berani menggugat otoritas agama. Meskipun Muslim, anehnya sebagian mereka bukannya memberi sumbangsih untuk kemajuan pendidikan Islam, sebaliknya menggerus nilai-nilai Islam dari pendidikan itu sendiri. Meminjam ungkapan (Alm) Kuntowijoyo mereka terlahir sebagai sarjana “Muslim tanpa masjid”.
Ungkapan Muslim tanpa masjid dipahami sebagai Muslim yang kehilangan identitas dan ghirah keislamannya. Dalam persoalan studi agama Islam misalnya, yang seharusnya khazanah keilmuannya berkiblat ke Timur Tengah malah kiblatnya berubah ke Barat atau Eropa. Perubahan arah kiblat ini, menurut Dr Abu Hafsin MA (2005) ditandai dengan pengiriman para dosen muda ke berbagai perguruan tinggi di Amerika Utara, Eropa, dan Australia pada akhir dekade sembilan puluhan.
Kurang Adab Karena Studi Barat
Maka tidak heran kalangan akademisi alumni Barat dan Eropa ini kemudian banyak yang terjebak dengan fatamorgana faham ‘sepilis’ alias sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme. Ironis memang, perguruan tinggi Islam yang diharapkan melahirkan cendekiawan Muslim yang mencintai ilmu dan pembela syariat Islam justru melahirkan sarjana yang aktif menggugat otoritas agama bahkan menyalahkan Tuhan.
Dalam Jurnal JUSTISIA Edisi 25, Th XI, 2004 yang diterbitkan sekumpulan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Semarang yang bertajuk Indahnya Kawin Sesama Jenis, di bagian kata pengantarnya ditulis: “Hanya orang primitif saja yang melihat perkawinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan.”
Artikel-artikel dalam Jurnal tersebut kemudian dibukukan dengan Judul “Indahnya Kawin Sesama Jenis: Demokratisasi dan Perlindungan Hak-hak Kaum Homoseksual” (Semarang: eLSA, 2005). Salah seorang penulis dalam buku ini menyatakan bahwa, pengharaman nikah sejenis adalah bentuk kebodohan umat Islam generasi sekarang karena ia hanya memahami doktrin agamanya secara given, taken for granted, tanpa ada pembacaan ulang secara kritis atas doktrin tersebut.
Bahkan seorang tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL), Luthfie Assyaukani, pernah menulis: “Beranikah kita menggunakan hasil pemahaman kita sendiri berhadapan dengan pandangan-pandangan di luar kita? Misalnya berhadapan dengan Sayyid Qutb, Al Banna, Qardhawi, Nabhani, Rashid Ridha, Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taimiyyah, Al Ghazali, Imam Syafi’i, Bukhari, para sahabat, dan bahkan bisa juga Nabi Muhammad sendiri.” (Dr. Adian Husaini, 2006).
Diingatkan
Salah seorang tokoh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (
 dan bahwa gagasan kebenaran ilmiah tidak hanya melalui ditetapkan kriteria objektif tetapi juga konsensus komunitas ilmiah. Paradigma-paradigma yang saling bertentangan tersebut juga seringkali tidak sepadan, atau dalam kata lain paradigma-paradigma tersebut merupakan penjelasan mengenai realitas yang saling bertentangan dan tidak dapat diselaraskan.
Kepopuleran sangat menarik dan diminati manusia pada umumnya. Kepopuleran membuat seseorang menjadi bangga dan merasa lebih dari orang lain. Itulah segala cara, baik dalam arti positif maupun negatif untuk meraihnya. Dalam berbagai bidang hal ini ada.

Penutup

Setidaknya, jilbab adalah salah satu indikator akan kesadaran beragama seorang wanita. Jilbab tidak mengekang wanita, yang ada malah menjaga, namun terkadang sebagian memaknai menjaga dengan mengekang. Semoga Allah selalu membimbing kita untuk berfikir benar, bukan hanya bagus dan sensasional. Wallahualam bis shawab.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook