Saturday, November 1, 2014

TUHAN MEMBAWA DUA KEBENARAN



TUHAN MEMBAWA DUA KEBENARAN
m.rakib  lpmp   riau  indonesia. 2014

Tuhan Dua Kebenaran.
Aku datang kepadamu, Tuhanku,
 supaya engkau membawaku untuk melihat keindahan-Mu.
 Aku mengenal Engkau, aku tahu nama-Mu,
Aku tahu nama-nama 42 makhluk gaib yang berada dengan Engkau di aula Dua Kebenaran yang luas… Lihatlah.
 Aku datang kepadamu. Aku telah membawa kebenaran kepadamu,
Aku telah melakukan dosa bagi Mu. Tapi Aku tidak berdosa terhadap siapapun.
 Aku bukan orang teraniaya. Aku tidak melakukan kejahatan, bukan kebenaran.

Mengenal Kitab Kematian Mesir
Sebenarnya agama Mesir ini merupakan kepercayaan politeistik, ratusan dewa dan dewi disembah di sepanjang lembah Nil. Diyakini para dewa menampakkan diri dalam gambar tertentu dan seniman menggambarkannya dalam bentuk patung.

Mereka juga menganggap akhirat sebagai bagian dari perjalanan untuk mencapai surga, perjalanan yang berbahaya sehingga memerlukan magis sepanjang perjalanan.

Misteri Kitab Kematian Bangsa Mesir Yang Dianggap Paling Sakral
Terungkaplagi 11.12.13
Sebenarnya apasih isi dari Kitab Kematian bangsa Mesir (Book of the Dead)? Nah, kali ini seseorang yang bernama John Taylor (dari Museum Inggris) dan temannya yang bernama Ahmed Osman (sejarawan, dosen, Egyptologist Inggris) akan menjelaskan secara lengkap tentang Kitab Kematian yang dianggap paling sakral di dalam dunia magis tersebut.

Perintah Dewa
Menurut Ahmed Osman (sejarawan, dosen, peneliti, penulis, Egyptologist Inggris), bahwa sepuluh Perintah Dewa merupakan perintah kepada manusia yang diberikan dalam bentuk imperatif.

Adapun mantra Mesir ini menggunakan kalimat seperti ‘Jangan membunuh, Engkau tidak berzinah, Jangan mencuri, Jangan mengucapkan saksi dusta terhadap sesamamu’. Mereka akan berkata:

Salam untukmu, Dewa yang besar, Tuhan Dua Kebenaran. Aku datang kepadamu, Tuhanku, supaya engkau membawa saya untuk melihat keindahan-Mu. Aku mengenal Engkau, aku tahu nama-Mu, aku tahu nama-nama 42 Dewa yang berada dengan Engkau di aula Dua Kebenaran yang luas… Lihatlah, Aku datang kepadamu. Saya telah membawa kebenaran kepadamu, aku telah melakukan dosa bagi Mu. Aku tidak berdosa terhadap siapapun. Saya bukan orang teraniaya. Aku tidak melakukan kejahatan, bukan kebenaran.

Mengenal Kitab Kematian Mesir
Sebenarnya agama Mesir ini merupakan kepercayaan politeistik, ratusan dewa dan dewi disembah di sepanjang lembah Nil. Diyakini para dewa menampakkan diri dalam gambar tertentu dan seniman menggambarkannya dalam bentuk patung.

Mereka juga menganggap akhirat sebagai bagian dari perjalanan untuk mencapai surga, perjalanan yang berbahaya sehingga memerlukan magis sepanjang perjalanan.

Bahkan anehnya, mereka juga percaya bahwa setiap orang memiliki, selain tubuh fisik, yang bersifat rohani ganda. Menganggap nama dan bayangan seseorang sebagai identitas yang hidup, bagian dari eksistensi spiritual, bukan hanya bahasa dan fenomena alam. Anggapan bahwa kematian hanya sebagai gangguan
sementara, bukan penghentian hidup yang lengkap, dan percaya bahwa setelah kematian mereka akan menghadapi pengadilan di dunia bawah sebelum dewa Osiris dan 42 hakim di Aula Pengadilan.

Pada umumnya, kitab Kematian menggunakan gulungan papirus dengan berbagai mantra tertulis di atasnya, dalam naskah hieroglif. Biasanya memiliki ilustrasi berwarna yang indah, sangat mahal sehingga hanya digunakan bagi mereka yang kaya dan berstatus tinggi. Hal ini bergantung pada pada kekayaan masing-masing, bisa membeli papirus yang sudah diisi mantra atau bisa menghabiskan banyak uang untuk memilih mantra yang diinginkan.

Beberapa mantra memastikan mereka untuk mengontrol tubuh setelah kematian. Orang Mesir kuno percaya bahwa seseorang terdiri dari elemen berbeda yaitu tubuh, roh, nama, hati, semua itu perwujudan seseorang, dan mereka takut bahwa elemen-elemen tersebut akan menghilang setelah kematian. Ada banyak mantra untuk memastikan mereka agar tidak kehilangan kepala atau hati dan tidak membusuk, serta mantra lain tentang menjaga hidup dengan menghirup udara, memiliki air minum dan makanan.

Namun ada juga mantra yang melindungi diri sendiri karena menurut kepercayaan orang Mesir kuno, mereka akan diserang dalam perjalanan ke akhirat melalui berbagai media seperti binatang buas, diserang oleh dewa atau setan yang melayani dewa. Didalam dunia berikutnya konon ada banyak dewa yang menjaga gerbang yang harus dilewati, dan jika tidak memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan, maka dewa-dewa itu akan menyerang, mereka memiliki pisau dan ular di tangan. Hal ini didasarkan pada ancaman yang mereka ketahui dalam kehidupan nyata, hanya jauh lebih menakutkan dan jauh lebih berbahaya.


Konon, jika tanpa mantra yang benar maka mereka bisa dihukum, seperti disimpan di blok pembantaian, dipenggal kepalanya, atau bisa terbalik (proses pencernaan juga terbalik, sehingga harus makan kotoran dan minum air kencing selamanya).

NAH, SEBENARNHYA APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ROTAN?
Wawan Budi's photo.Wawan Budi's photo.

ARTI PUKALAN ROTAN
KEBEBALAN ANAK, TIDAK BERKEPANJANGAN
DENGAN SEGERA, HARUS DIHEND]TIKAN
BERDASARKAN PERINTAH, DARIM TUHAN

Rotan tersebut adalah orangtua, yang dengan iman kepada Allah serta mengasihi anak-anaknya, mengambil tanggung jawab untuk menggunakan hukuman fisik secara hati-hati, tepat waktu, dengan benar, dan pengendalian diri dengan tujuan menanamkan betapa pentingnya taat kepada Allah, sehingga menyelamatkan anak tersebut dari kebebalannya yang berkepanjangan yang bisa membawa maut.
Tugas Orangtua
Marilah kita melihat unsur-unsur dari definisi ini. Menurut definisi, rotan tersebut adalah tugas orangtua. Semua ayat yang menekankan penggunaan rotan menempatkan ayat tersebut dalam konteks hubungan orangtua dan anak yang bersifat melindungi. Perintahnya ialah "didiklah anakmu". Alkitab tidak memberikan izin kepada semua orang untuk terlibat dalam memberikan hukuman badani kepada semua anak. Hak itu hanya diberikan kepada setiap orang yang memiliki tanggung jawab mengasuh -- yaitu orangtua. Jadi ada kaitannya. Ini adalah salah satu masalah yang berkaitan dengan memberikan hukuman kepada anak-anak di sekolah yang berupa pukulan. Ketika seorang guru memberikan hukuman dengan pukulan, maka proses pemberian hukuman dengan pukulan tersebut berubah dari konteksnya berdasarkan hubungan orangtua dan anak. Ayah dan ibu yang sama, yang menghibur anak tersebut ketika sakit, yang membawa dia ke taman hiburan, yang mengingat hari ulang tahunnya, patut memberikan hukuman berupa pukulan. Memberikan hukuman dengan pukulan adalah sangat berbeda jika dilakukan oleh seseorang yang bukan orangtua.
Suatu Tindakan Iman
Hukuman dengan menggunakan rotan adalah suatu tindakan iman. Allah telah memberikan amanat untuk menggunakannya. Orangtua menaati bukan karena dia memahami secara sempurna bagaimana dia bekerja, tetapi karena Allah telah memerintahkannya. Penggunaan rotan adalah ekspresi yang sangat mendalam tentang keyakinan pada hikmat Allah dan kesempurnaan nasihat-Nya.
Perbuatan yang Setia
Penggunaan rotan merupakan suatu perbuatan yang setia kepada anak- anak. Karena orangtua mengakui bahwa dalam tindakan mendisiplin, ada harapan dan tidak mau anaknya mengalami maut, maka dia melakukan tugas tersebut. Ia merupakan ekspresi dari kasih dan komitmen orangtua.
Dalam banyak kejadian, anak-anak menyaksikan saya mencucurkan air mata ketika menghukum mereka dengan pukulan. Hati saya tidak ingin melakukannya. Hanya karena rasa kasih saya kepada anak-anak membawa saya untuk melakukan tugas itu. Saya mengetahui bahwa kegagalan memberi hukuman dengan pukulan tentu merupakan ketidaksetiaan terhadap jiwa mereka.
Sebuah Tanggung Jawab
Menghukum dengan menggunakan rotan adalah sebuah tanggung jawab. Bukan orangtua yang menentukan untuk memberikan hukuman. Tetapi orangtua yang menentukan untuk menaati. Orangtua, sebagai wakil Allah, melaksanakan bagi Allah apa yang Dia perintahkan untuk dia lakukan. Orangtua tidak bertindak atas kemauannya sendiri, tetapi memenuhi kemauan Allah.
Hukuman Fisik
Penggunaan rotan adalah hukuman fisik yang dilakukan secara hati-hati, tepat waktu, dengan benar, dan terkendali. Menghukum dengan menggunakan rotan tidak pernah merupakan pelampiasan kemarahan orangtua. Itu bukan yang dilakukan orangtua ketika dia kecewa. Itu bukan respon terhadap perasaan yang telah ditimbulkan anaknya yang menyulitkan dia. Tetapi selalu dilakukan dengan benar dan terkendali. Orangtua mengetahui ukuran yang pantas mengenai kekerasan hukuman untuk anak tertentu pada waktu tertentu. Anak-anak tahu berapa pukulan yang mampu mereka tanggung.
Misi Penyelamatan
Menghukum dengan menggunakan rotan adalah sebuah misi penyelamatan. Anak yang perlu dihukum dengan rotan merupakan sikap disiplin yang diberikan oleh orangtua karena ketidaktaatan. Hukuman dengan rotan itu direncanakan untuk menyelamatkan anak tersebut dari berlanjutnya kebebalannya sendiri. Jika dia terus dalam kebebalannya, maka kebinasaannya sudah pasti. Sebab itu, bila orangtua terdorong oleh kasih kepada anaknya, maka ia harus menggunakan rotan sebagai hukuman.
Penggunaan rotan sebagai hukuman menegaskan pentingnya ketaatan kepada Allah. Ingat, persoalannya tidak pernah, "Kamu telah gagal menaati Saya." Satu-satunya alasan bagi seorang anak untuk menaati ibu dan ayah ialah sebab Allah memerintahkannya. Karena itu, kegagalan menaati ibu dan ayah berarti gagal menaati Allah. Inilah persoalannya. Anak tersebut telah gagal untuk taat kepada Allah. Anak tersebut telah gagal melakukan apa yang telah diamanatkan Allah. Untuk tetap bertahan (dalam ketidaktaatan) berarti menempatkan anak tersebut ke dalam bahaya besar.
HASIL DARI PENDISIPLIN DENGAN MENGGUNAKAN ROTAN
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan mengajarkan bahwa perilaku mempunyai akibat-akibat. Pendisiplinan yang konsisten dengan menggunakan rotan akan mengajar anak-anak Saudara menyadari bahwa perilaku mendatangkan akibat-akibat yang tidak dapat dihindarkan. Anak-anak yang masih belia harus belajar untuk taat. Pada saat ketidaktaatan diperhadapkan dengan akibat-akibat yang menyakitkan, maka mereka mengerti bahwa Allah telah meletakkan prinsip tentang akan menabur dan menuai dalam dunia mereka.
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan menyatakan kekuasaan Allah atas ibu dan ayah. Orangtua yang taat akan melakukan pendisiplinan dengan menggunakan rotan sedang menjadi contoh ketundukan kepada otoritas atau kekuasaan tersebut. Salah satu alasan mengapa anak- anak mengalami kesulitan dengan kekuasaan tersebut ialah bahwa mereka tidak melihat contohnya dalam budaya kita.
Pendisiplinan dengan menggunakan rotan melatih anak untuk tunduk pada kekuasaan atau otoritas. Bukan hal yang mengherankan bila ketidaktaatan akan mempunyai akibat-akibat, sehingga perlu mengajarkan tentang pentingnya ketaatan. Selagi anak masih belia, dia balajar bahwa Allah telah menempatkan setiap orang di bawah suatu otoritas atau kekuasaan, dan otoritas tersebut adalah suatu berkat.
Pendisiplinan dengan rotan mendemonstrasikan kasih dan komitmen dari orangtua. Ibrani 12 menjelaskan bahwa pendisiplinan dengan rotan merupakan ekspresi dari kasih. Dalam ayat 5 ditulis bahwa didikan merupakan tanda seseorang mempunyai status sebagai anak. Orangtua yang mendisiplin anaknya membuktikan bahwa dia mengasihi anaknya. Ini menandakan bahwa orangtua sangat peduli. Juga berarti bahwa orangtua tidak plin-plan. Orangtua aktif terlibat. Komitmennya hidup dan cukup dalam, sehingga dia melibatkan dirinya sendiri dalam tindakan pendisiplinan yang hati-hati.
Pendisiplinan dengan rotan menghasilkan panen ketentraman dan kebenaran. Kita membaca dalam Ibrani 12:11, "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." Tindakan pendisiplinan yang tepat waktu dan hati-hati, kendatipun tidak menyenangkan dan menyakitkan pada waktu diberikan, akan menghasilkan anak-anak yang berbahagia dan sukses.
Tindakan pendisiplinan dengan rotan menghasilkan buah yang mengagumkan. Sebagai seorang ayah dari anak-anak yang sudah dewasa, saya selalu bersyukur atas kemurahan Allah kepada keluarga kami. Kami menemukan ide yang dikemukakan dalam bab ini ketika kami baru mempunyai seorang anak. Dia berumur 18 bulan tetapi sukar dikendalikan, dia tengah menuju usia dua tahun yang merepotkan! Prinsip-prinsip ini memberi kami satu cara untuk menghadapi anak kami. Prinsip-prinsip tersebut membuat dia dapat mengendalikan diri. Mereka membantu dia untuk menghormati dan mengasihi ibu dan ayah.
Pendisiplinan dengan rotan, mengembalikan anak-anak pada tempat berkat. Jika anak dibiarkan berbuat sesukanya, dia pasti akan hidup terus dikendalikan oleh nafsunya. Dia pasti terus mencari kesenangan dan tanpa sadar menjadi budak nafsu dan perasaan takutnya. Tongkat teguran membuat dia kembali tunduk kepada orangtua dalam hal dimana Allah telah menjanjikan berkat.
Pendisiplinan dengan rotan meningkatkan suasana keakraban dan keterbukaan antara orangtua dan anak. Orangtua yang mau melibatkan anak, namun tidak mengabaikan hal-hal yang menyangkut integritas hubungan mereka akan mengalami keintiman dengan anaknya. Jika anak dibiarkan cemberut dan tidak patuh, maka itu akan membuat jarak antara orangtua dengan anak. Orangtua yang tidak mau membiarkan kerenggangan hubungan tersebut akan menikmati hubungan yang akrab dan terbuka.
Kategori Bahan PEPAK: Anak - Murid


No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook