Monday, December 15, 2014

YANG MAHA LEMBUT MENCINTAI KELEMBUTAN



ALLAH ADALAH DZAT YANG MAHA LEMBUT DAN MENCINTAI KELEMBUTAN

Indahnya kayu, di pinggir kolam,
Ranting bersilang, sambut menyambut
Mudahnya Melayu masuk Islam,
Kareana Islam, sanatlah lembut
(  M.Rakib LPMP Riau Indonesia)

Berikut Hadits nya yang penulis kutip dari  Ustadz Abi Makki di Masjid Baitur Rahman Cinere, Depok. Memang menarik untuk dihafal dan direnungkan, diamalkan:
” Innalloohaa rifqun yuhibbu rifq fii kulli amr “
Sesungguhnya Alloh adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap perkara (HR Bukhori Muslim)
Lembut, ternyata Alloh mencintai kelembutan dan itu tercermin dari perilaku Rasululloh SAW semasa hidup beliau. Berikut contoh-contoh sifat lemah lembut Rasul dalam beberapa hal :
1.    Lembut terhadap istri/keluarga
Sangat banyak hadits yang menceritakan betapa Rasul sangat lemah lembut terhadap istri-istri nya. Rasul tidak pernah melotot, menaikkan nada suara dan marah kepada istri nya. Beliau biasa memanggil istri-istrinya,  dengan panggilan kesukaan dan panggilan yang indah. Seperti ya Humaira untuk memanggil Aisyah. Rasul juga adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. Banyak teladan Rasul yang bisa menjadi inspirasi kita dalam bersikap lemah lembut terhadap istri
2.    Lembut terhadap pembantu
Anas bin Malik adalah salah satu sahabat yang membantu mengurus kebutuhan rumah tangga Rasul. Selama 10 tahun bekerja kepada Rasul,  ia tidak pernah mendapati Rasulullah mengumpat, atau menyalah-nyalahkan pekerjaan yang telah ia lakukan.
3.    Lembut terhadap anak-anak
Rasulullah pernah mencium Al-Hasan bin Ali, sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka Al-Aqra’ berkata, ‘Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang kucium.’ Kemudian Rasulullah memandangnya, lalu bersabda, ‘Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.’ (HR. Bukhari Muslim).
4.    Lembut terhadap orang jahil/belum paham islam
Ada seseorang yang berbicara di dalam shalatnya. Dia mengira, bahwa ketika sedang mengerjakan shalat diperbolehkan berbicara. Karena orang ini jahil (tidak mengetahui hukumnya) dan mukhthi’ (keliru), maka shalatnya tidak batal. Dia telah melakukan sebuah kesalahan, namun tanpa maksud yang disengaja. Secara khusus, terdapat dalil yang menunjukkan perbuatan seperti ini. Yaitu hadits Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu , yang cukup panjang, tentang diharamkannya berbicara ketika seseorang sedang shalat.
Kisah ringkasnya, tatkala Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu shalat berjama’ah bersama Rasulullah, ia mendengar orang bersin. Dan orang yang bersin itu berkata “alhamdulillah,” sehingga ia pun berkata (menjawab) “yarhamukallah”. Akhirnya, orang-orang di sekitarnya memandang kepadanya. Dia pun berteriak. Lalu orang-orang di sekitarnya memukul-mukul paha mereka sebagai isyarat agar ia diam. Maka Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami Radhiyallahu ‘anhu pun terdiam. Begitu shalat usai, manusia yang paling berakhlak mulia (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) memanggilnya. Akhirnya, Mu’awiyah bercerita tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan dan membimbingnya: Aku belum pernah melihat seorang pendidikpun sebelumnya maupun setelahnya yang lebih baik darinya. Demi Allah, ia tidak membentakku, tidak memukulku, dan tidak mencaciku.
5.    Lembut terhadap orang yang meminta-minta
Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?”
Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”
Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.
Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“
6.    Lembut ketika amar ma’ruf nahi munkar
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut:
“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.” Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata kepadanya:
“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang lainnya)
7.    Lembut terhadap orang kafir yang memusuhi kita
Kisah Nabi ketika berdakwah ke Bani thaif, lalu beliau dicaci maki, dihina dan dilempari batu hingga kaki beliau berdarah-darah.  Akhirnya beliau menjauh dari thaif dan berdoa
” Wahai Tuhanku, kepada Engkau aku adukan kelemahan tenagaku dan kekurangan daya-upayaku pada pandangan manusia. Wahai Tuhan yang Maha Rahim kepada sesiapa Engkau menyerahkan daku?Kepada musuh yang akan menerkamkan aku ataukah kepada keluarga yang engkau berikan kepadanya urusanku, tidak ada keberatan bagiku asal aku tetap dalam keredzaanMu. Dalam pada itu afiatMu lebih luas bagiku. Aku berlindung dengan cahaya mukaMu yang mulia yang menyinari segala langit dan menerangi segala yang gelap dan atasnyalah teratur segala urusan dunia dan akirat, dari Engkau menimpakan atas diriku kemarahanMu atau dari Engkau turun atasku azabMu kepada Engkaulah aku adukan hal ku sehingga Engkau redza. Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Engkau”
Demikianlah doa Baginda Rasulullahu yang penuh dengan kepasrahan dan keikhlasan kepada Allah s.w.t. Mendengar doa NabiNya ini, Allah s.w.t menurunkan Jibril AS yang langsung turun berhadapan dengan Rasulullah dan mengucapkan salam seraya berkata:” Allah s.w.t.. mengetahui apa yang telah berlaku diantara kamu dan orang-orang ini. Allah s.w.t. telah menyediakan malaikat digunung-gunung disini khusus untuk menjalankan segala perintah kamu.”
Sambil berkata demikian Jibrail menghadapkan malaikat penjaga gunung-gunung  itu dimuka Baginda s.a.w,  kata Malaikat ini: “Wahai Rasulullah, saya bersiap sedia untuk menjalankan perintah Tuan. Kalau dikehendaki, saya sanggup menyebabkan gunung-gunung yang berada sebelah menyebelah di kota ini berbenturan sehingga penduduk-penduduk dikedua-dua belah mati tertindih. Kalau tidak, Tuan perintahkan apa saja hukuman yang selayaknya diterima oleh orang-orang ini.”
Namun apa jawab Rasulullahu mendengar janji-janji Malaikat itu yang sesuai dengan nafsu amarah ini? Nabi Muhammad s.a.w. yang penuh dengan sifat rahim dan belas kasihan ini tidak mengiakan tetapi berkata:”Walaupun orang-orang ini tidak menerima Islam, saya harap dengan kehendak Allah s.w.t., keturunan-keturunan mereka, pada satu masa nanti, akan menyembah Allah s.w.t.. dan berbakti kepadaNya.”
8.    Lembut terhadap orang ahli maksiat
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan di dalamnya disebutkan:
“Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tiba-tiba datang seseorang dan berkata: “Ya Rasulullah, celaka aku!”
Beliau berkata: “Ada apa dengan kamu?”
Ia berkata: “Aku menyetubuhi istriku, sedang aku dalam keadaan berpuasa.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah kamu memiliki budak yang bisa kamu merdekakan?”
Ia menjawab: “Tidak.”
Beliau bersabda: “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”
Ia menjawab: “Tidak.” Beliau bersabda: “Apakah kamu bisa memberi makan enam puluh orang miskin?”
Sekali lagi ia menjawab: “Tidak.”
Lalu diamlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika kami masih berada dalam keadaan hening (terdiam), didatangkanlah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah keranjang yang berisi kurma. Beliau bersabda: “Mana orang yang bertanya tadi?” Ia berkata: “Saya.” Beliau bersabda: “Ambillah ini dan sedekahkanlah dengannya.” Orang tersebut berkata: “Apakah ada orang yang lebih fakir dariku ya Rasulullah? Demi Allah tidak ada di antara dua kampung ini rumah yang lebih fakir dari rumahku.” Tertawalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai nampak gigi taringnya, kemudian beliau bersabda: “Berikan ini kepada keluargamu.”
9.    Lembut terhadap kesabaran dan kesusahan
Pada tahun kesepuluh kenabian, istri Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid, dan pamannya, Abu Thlaib, wafat. Berkata Ibnu Sa’d dalam Thabaqat-nya: Selisih waktu antara kematian Khadijah dan kematian Abu Thalib hanya satu bulan lima hari.
Khadijah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hisyam adalah menteri kebenaran untuk Islam. Pada saat-saat Rasulullah menghadapi masalah-masalah berat, ia-lah yang selalu menghibur dan membesarkan hatinya. Akan halnya Abu Thalib, dia telah memberikan dukungan kepada Rasulullah dalam menghadapi kaumnya.
Berkata Ibnu Hisyam: Setelah Abu Thalib meninggal, kaum kafir Quraisy bertambah leluasa melancarkan penyiksaan kepada Rasulullah, sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah. Sehingga pernah beliau pulang ke rumah berlumuran tanah. Melihat ini, salah seorang putri beliau bangkit dan membersihkan kotoran dari atas kepalanya sambil menangis. Tetapi Rasulullah, berkata kepadanya, “Janganlah engkau menangis wahai anakku, sesungguhnya Allah akan menolong bapakmu.“
10. Lembut terhadap Makhluq Alloh
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim)
Itulah sepuluh sikap lemah lembut Rasul dalam kehidupan, jika kita melakukan nya karena mengikuti Rasul maka sikap lemah lembut kita bernilai ibadah. Setelah mengetahui ilmu dan dalil nya, tidak ada alasan bagi tiap muslim untuk tidak bersikap lemah lembut.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”. (QS: Al Ahzab [33] : 21).
—–
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq tidaklah menunjukkan kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam berkata dan bertindak. Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya telah mengandung sikap tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran). Dan tidaklah sikap tegas itu identik dengan sikap keras atau kasar. Dalam keadaan tertentu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersikap tegas dan keras. Diantara contohnya:
– Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap perbuatan memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang berma’mum. (HR. Al Bukhari)
– Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan tangan kanan. (HR. Muslim)
– Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
– Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang (laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni (tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah. Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Sumber sumber pelengkap
1.  http://kebunhidayah.wordpress.com/2011/02/05/ar-rifq-sifat-lemah-lembut-perhiasan-seorang-muslim/
2.  srgreen.wordpress.com/2011/03/26/perjalanan-nabi-muhammad-ke-taif/
3.  http://cara-muhammad.com/category/kisah/
4. http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/fatwa-ulama/tanya-jawab-seputar-hubungan-suami-istri-di-bulan-ramadhan/
5. http://almanhaj.or.id/category/view/35/page/6
6. http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/01/30/kasih-sayang-rasulullah-terhadap-anak-anak/
7. http://www.hidayatullah.com/read/20383/26/12/2011/romantisnya-rasulullah-dengan-istrinya-.html
8. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/05/31/m4bvan-tuntunan-islam-bersikap-baik-terhadap-pembantu-1
9. http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/01/30/tahun-duka-cita-bagi-rasulullah/

ANALISIS  GURINDAM 13


Gurindam 13 ini, tentunya terinspirasi oleh gurindam 12 yang sejak lama sudah hadir dan melegenda. Penulis ingin mengembangkan sastra, puisi bentuk gurindam yang hampir mati, untuk dihidupkan kembali. Inilah gurindam tentang lingkungan:

1. Kepada lingkungan, tidak sopan
Akan menuai, badai dan topan
2. Jika jamban, tidak bersih,
Banyaknya cacing, seperti buih.
3. Kurang bersih, kurang cermat,
Tentu dirimu akan tersesat
4. Apabila rumah, disapunya jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang.
5. Ke laut membuang, racun bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
6. Jika ke sungai, membuang sampah,
Anak cucu, akan menyumpah.
7. Orang asing, menambang emas,
Putra daerah, dibuat lemas.
8. Saluran air, jika tersumbat
Banjir datang, di hujan lebat.
9. Jika kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak.
1O. Siapa saja, merusak hutan,
Dialah sebenarnya, sahabat Setan.
11.Siapa zalim, kepada binatang
Hati nuraninya pasti, akan menentang
12. Siapa saja menyayangi, tumbuh-tumbuhan,
Penyakitnya mudah, mendapatkan kesembuhan
13. Siapa selalu, menanam kayu,
Jauhlah penyakit, lumpuh layu
Fasal 1
1. Kepada lingkungan, tidak sopan
akan menuai, badai dan topan.
2. Sopan terhadap lingkungan itu, ada empat,
siapa mengamalkan, akan mendapat.
Pertama, lingkungan ,rumah harus bersih,
Supaya Allah, mejadi kasih.
Kedua, lingkungan kota, harus rimbun,
Semua jalan, dinaungi daun.
Ketiga, sanitasi, harus berbau harum,
Tamu yang datang, hormat dan maklum
Keempat, tidak boleh ditemukan, jalan yang banjir,
Parit dan selokan, harus disisir.
Fasal 2
Apabila jamban, tidak bersih,
datanglah cacing banyak, seperti buih.
1. Siapa saja , punya perhatian terhadap kebersihan toilet
Kesehatan dirinya tidak akan meleset.
2. Siapa selalu, berak di sungai,
Hilang wibawa, buruk perangai.
3. Siapa selalu berak, di semak,
Pola pikirnya, sulit bergerak.
4. Siapa perutnya , banyak cacing,
otaknya lemah, kepalanya pusing.
5. Siapa saja, mandi tidak bersih,,
ibadahnya hanya, mendapat letih.
Fasal 3

Lingkungan kumuh, tentu tak sehat,
sampah menumpuk, berbagai tempat.
1. Apabila sampah, menumpuk di jalan,
banyak problema, jadi persoalan.
2. Apabila tempat tidur, banyak kepinding,
tidak dapat tidur, kepala pening.
3. Apabila pemukiman kumuh,dibiarkan.
penyakit menyebar, tak terkendalikan.
4. Bersungguh-sungguh engkau menyingkirkan kotoran,
apakah yang berat ,maupun yang ringan.
5. Apabila pemukiman terlalu semberono,
muncullah perbuatan yang tiada senonoh.
6. Anggota masyarakat, hendaklah ingat,
di situlah banyak orang , mendapat laknat.
7. Hendaklah peliharakan kebersihan bersama,
dari pada kelak, membawa bencana.
8. Jangan sembarangan, membakar plastik,
asapnya berbahaya, seperti narkotik.
Fasal 4
Apabila rumah, disapunya jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang
1. Lipas dan semut,bukan hanya mengigit,
Tapi juga, membawa penyakit..
2. Lipas adalah lambang, orang yang dengki,
menebar kebusukan, tiada henti.
3. Semut lambang, ahli pikir,
di dalam berjalan, tak pernah tergelincir.
4. Pekerjaan menyapu, harus dibela,
oleh seorang pesuruh, maupun oleh seorang kepala.
Fasal 5
Ke laut membuang, racun bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
1. Jika hendak mengenal, racun berbisa,
ada di limbah, air raksa.
2. Banyak pabrik, membuang limbah,
Akhirnya ke laut, bermuara.
3. Jika laut, sudah tercemar,
ikan meyebar, penyakit cacar.
4. Jika hendak menyayangi laut,
para pengawas, janganlah takut.
5. Makhluk laut, sering kena racun,
jadi pemandangan, stiap tahun.
penyakit datang, tanpa ampun
6. Jika hendak mengenal orang yang buruk perangai,
lihat pada ketika mencampakkan sampah ke sungai.
Fasal 6
Jika ke sungai, membuang sampah,
Anak cucu, akan menyumpah.
1. Cari olehmu akan lingkungan yang sehat,
agar tidak setiap hari, menyediakan obat.
2. Cari olehmu, pasangan yang rajin,
agar rumah dan pakaian, rapi dan licin.
3. Cari olehmu akan isteri yang bersih,
menata linkungan, tidak berdaloih.
1. Cari olehmu akan kawan yang tidak merokok,
agar hidup ini, tidak hanya pulang pokok.
2. Cari olehmu akan teman, anti narkoba,
agar terhindar dari, berbagai musibah.
Fasal 7
Orang asing, menambang emas,
Putra daerah, dibuat lemas.
Kulit bumi, terkelupas,
Ditinggal, tanpa belas,
Setelah isinya, habis dikuras.
1. Apabila terlalu percaya kepada oarang asing,
di situlah jalan dusta, membuat pening dan pusing.
2. Apabila kepada asing, berlebih-lebihan suka,
akhirnya negara, akan berduka.
3. Kepada orang asing, kurang siasat,
itulah tanda ,pemimpinnya sesat.
4. Apabila anak tidak dilatih, bekerja keras,
datanglah orang asing, untuk memeras.
5. Jangan banyak mengharapkan orang,
cukupkan diri, mana yang kurang.
6. Apabila orang yang banyak tidur,
dijajah asing, sepanjang umur.
7. Apabila tidak ingin, nusantara dikuras,
Seluruh rakyat harus, menjadi pengawas.
8. Apabila orang asing,suka menipu,
melahirkan berbagai, sifat cemburu.
9. Apabila perkataan orang asing lemah lembut,
janganlah cepat, menjadi pengikut.
10. Apabila mendengar perkataan kasar,
jangan cepat, merasa gusar.
11. Apabila pekerjaan, orang asing ternyata benar,
boleh diikut, tapi jangan berbuat onar.
Fasal 8
Saluran air, jika tersumbat
Banjir datang, di hujan lebat
1. Siapa yang membiarkan saluran air tersumbat,
berarti telah, berbuat khianat.
2. Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
3. Lidah orang yang suka berdebat,
banyak kebenaran, menjadi terhambat.
4. Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar daripada orang datangnya khabar.
5. Orang yang berjasa,kepada linkungan,
akan diberi kelebihan, oleh Tuhan.
6. Kerusakan jalan,yang disembunyikan,
rakyat jelata, menjadi korban.
7. Banyaknya jalan, berlobang lobang,
tandanya, pemimpin berbuat aib dan sumbang.
Fasal 9
Jika kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak
1. Malas dan lalai, kebun ditelantarkan,
pekerjaan manusia,yang dekat dengan syaitan.
2. Jangan malas,kerja berpeluh,
hidup ini nikmat, ketika berusaha dengan sungguh-sungguh.
3. Anak-anak yang selalu dimanja,
Kepada orang tuanya, berperangai seprti raja..
4. Kebebasan bagi orang yang muda,
tempat setan, mudah menggoda.
5. Pendikan bangsa Indonesia yang benar-benar asli,
di bidang pertanian, mengadikan diri.
6. Dosa orang tua, yang paling besar,
tanahnya luas, dibiarkan terlantar.
7. Jika anda orang beriman, yang memikirkan masa depan,
8. Menjual tanah, hendaklah diramkan
Fasal 10
Siapa saja, merusak hutan,
Dialah sebenarnya, sahabat Setan
1. Setan itu termasuk, manusia yang sangat kapitalis,
Demi keuntungan sesaat, hutan pun dilibas habis.
2. Hutan menyimpan, cadangan air,
Hutan digunduli, datanglah banjir.


3. Hutan adalah paru-paru dunia,
Yang merusaknya, berbuat aniaya..
4. Hutan lindung, kini terkepung,
Di sana pencuri, banyak berlindung.


Fasal 11
Siapa saja yang zalim, kepada binatang
Hati nuraninya pasti, akan menentang
1. Hendaklah berjasa, melindungi hewan,
sayangi binatang, makhluk Tuhan.
2. Memelihara burung, di dalam sangkar,
perbuatan zalim, dosanya besar.
3. Tumbuhan dan hewan adalah amanat,
titipan Tuahn, mendatangkan rahmat.
4. Hewan peliharaan, mati tak diberi makan,
suatu kezaliman, akan mendapat balasan.
5. Hati-hati kalau beternak,
penyakit hewan begitu banyak.
6. Anjing dan babi, menularkan cacing pita,
7. Pemiliknya dapat, menuai deria.
Fasal 12
Siapa saja menyayangi, tumbuh-tumbuhan,
Penyakitnya mudah, mendapatkan kesembuhan
1. Tumbuh-tumbuhan punya, khasiat obat,
orang bijak, menyediakan tempat.
2. Betulkan hati kepada kepada makhluk bumi,
hidupmu akan damai, diberkati.
3. Kepada tumbuh-tumbuhan,bersikap pelit,
akan ditimpa oleh, berbagai penyakit.
4. Kasihan tumbuh-tumbuhan yang meranggas,
karena bumi, semakin panas.
5. Obat diramu, orang yang hebat,
semuanya diukur, dengan tepat.
6. lngatkan ,semua penyakit, ada obatnya,
asalkan rajin, bertanya-tanya.
7. Yang tidak ada obatnya,hanya maut,
jangan dikejar, jangan dijemput
Fasal 13
Siapa mencegah,wisata maksiat,
Tidak terkena, kutuk dan laknat.
1. Lingkungan wisata, beraroma maksiat,
Orang beriman, tidak akan terpikat.
2. Beribu-ribu, karauke dan panti pijat,
menyebar mesum, menjadi ujian bagi yang taat.
3. Banyak peraturan daerah, anti pelacuran,
agar penyakit AIDS , dapat dihentikan.
4. Siapa yang memelihara, hutan lindung,
Sama dengan memelihara, ibu kandung.
5. Siapa saja, merusak hutan lindung,
berari membuat penderitaan, tanpa ujung.
6. Siapa saja yang merusak pantai,
mengundang petaka hujan dan badai.


Created by. Drs.M.Rakib, S.H., M.Ag
Diposkan oleh Yayasan Raksya Riau di 16.27



GURINDAM LIMA BELAS
Karya M.Rakib.LPMP. RIAU
Gambar Saya


Penulis petik pasal ke 11-15

11. Barangsiapa memakai,sifat benalu,
Hilang iman, terkikislah malu.

Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Iman memiliki enam puluh lebih cabang. Malu adalah satu cabang dari Iman.” (HR. Bukhari, Muslim, dan abu Dawud).

Malu atau rasa malu dapat diartikan dengan kusut atau ciutnya jiwa seseorang sehingga tidak mampu dan tidak kuat untuk melakukan hal-hal yang bersifat buruk atau tercela.

Orang yang malu tidak kuasa melihat dirinya hina di hadapan Allah, atau orang lain, bahkan di hadapan dirinya sendiri.

Orang yang memiliki rasa malu sesungguhnya sangat mulia di hadapan Allah, orang lain, dan dirinya sendiri. Karena kedudukannya yang sangat mulia tersebut sebaiknya setiap orang mukmin tetap memelihara rasa malu yang dimiliknya.

Karena jika rasa malu hilang dari seseorang maka akan mengakibatkan seseorang binasa atau mengalami malapetaka yang sangat besar.

Rasulullah SAW berabda, “Sesungguhnya Allah tatkala hendak membinasakan seorang hamba, Allah mencabut rasa malu darinya. Ketika Allah telah mencabut rasa malu darinya, orang itu tidak akan mendapati dirinya kecuali dia dibenci dan membenci orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dibenci dan membenci orang lain akan dicabut amanah (kepercayaan) darinya. Ketika amanah telah dicabut darinya dia tidak mendapati dirinya kecuali dia berkhianat dan dikhianati oleh orang lain. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia berkhianat dan dikhianati, akan dicabut darinya rahmat. Ketika telah dicabut rahmat darinya,  tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan dilaknat. Ketika tidak mendapati dirinya kecuali dia dikutuk dan dilaknat, maka akan dicabut darinya tali agama Islam.” (HR. Ibnu Majah)

Dari hadis tersebut dapat diketahui, sumber malapetaka yang menimpa setiap orang adalah hilangnya rasa malu. Orang yang tidak punya rasa malu biasanya akan mudah sekali melakukan hal-hal yang bersifat negatif menurut kacamata agama.

Munculnya korupsi, perselingkuhan, perzinahan, pencurian, pelecehan seksual, dan perbuatan jahat lainnya yang banyak terjadi di republik kita tercinta ini semuanya diakibatkan hilangnya rasa malu pada setiap pelakunya.

Perlu kita ketahui, derajat malu yang paling tinggi adalah malu kepada Allah SWT. Orang yang beriman kepada Allah dapat dipastikan dalam dirinya masih memilki rasa malu, terutama kepada Allah SWT.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Malu dan iman adalah satu pasang, jika salah satunya hilang maka yang lain juga hilang.” (HR. Al-Hakim). Nah, sekarang bagaimana dengan kita masing-masing, masihkah ada rasa malu dalam diri kita? Wallahu a’lam.


12. Benalu itu awalnya menumpang,
Terakhir inangya , akan ditendang.
13. Barangsiapa selalu , menyerempet ,
Akhirnya akan, jadi pencopet.
14. Kelingking berkait, licin, seperti belut,
Kata-katanya hanya, manis di mulut.
15.Telunjuk pura-pura lurus,
Itulah lambang orang yang rakus.
Pasal 1
1. Jikap punya kelingking, sudah berkait,
Dalam kehidupanya,pastilah pelit..
2. Cara menghadapi kelingking berkait, ada empat,
siapa mengamalkan, akan mendapat.
Pertama, jangan didengarkan, ucapannya,
Supaya tidak terpancing untuk bertanya..
Kedua, jangan menaruh, rasa hormat,
Lancarkan kritik, sampai kiamat.
Ketiga, kritik harus , setajam jarum,
stereotip, semua maklum
Keempat, menghadapi penipu, harus berani,
Karena maksiat, harus dibasmi.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook