Saturday, January 24, 2015

DICAMBUK DIPUKULI,,MENGUATKAN FISIK DAN JIWA



DICAMBUK DIPUKULI. RITUAL KERAS INI KONON BERTUJUAN UNTUK MENGUATKAN FISIK DAN JIWA


Catatan M.Rakib Riau Indonesia 2014
Papua Nugini, Sayangi.com - Suku Sambia yang bermukim di pedalaman Papua Nugini memiliki adat istiadat super unik, terutama dalam hal kedewasaan. Untuk menjadi dewasa, seorang laki-laki suku Sambia harus melewati beberapa macam ritual kedewasaan, salah satunya meminum air sperma lelaki lain. Wah!

Ritual aneh ini dimulai saat mereka menginjak usia 6 atau 7 tahun dan akan berlangsung hingga mereka memiliki anak. Ketika waktu ritual tiba, maka para anak lelaki tersebut akan tinggal terpisah dari ibu mereka. Anak-anak itu akan tinggal disebuah gubuk bersama penghuni lainnya yang juga laki-laki.
Sebelum ritual minum sperma,  anak lelaki suku Sambia harus melewati dua ritual terlebih dahulu. Ritual pertama dimulai dengan mengeluarkan darah dari  hidung dengan cara menusukan kayu runcing atau batang rumput kering ke dalam hidung hingga berdarah. Ketika darah berhasil mengalir dari hidung anak suku Sambia, maka upacara syukuran pun dilaksanakan, mereka bahkan saing memeluk dan berjabat erat hingga menangis bersama.
Setelah ritual tusuk hidung tersebut, anak lelaki suku Sambia yang sedang dalam proses kedewasaan akan dicambuk hingga dipukuli. Ritual keras ini konon bertujuan untuk menguatkan fisik dan jiwa mereka untuk menjadi seorang prajurit.
Setelah melewati dua ritual keras itu, ritual meminum air sperma pun dimulai. Suku Sambia yakin laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan tingu, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai prokreasi. Saat lahir, tingu anak laki-laki dipercaya layu dan kering. Dan satu-satunya cara untuk mengisinya kembali adalah dengan meminum air mani atau sperma orang lain. Air mani yang akan mereka minum bukanlah sembarang sperma, namun harus sperma milik ketua adat dan sperma laki-laki yang telah dewasa berumur 13 hingga 21 tahun. Sebaliknya, saat mereka menginjak umur 13, maka mereka akan menjadi ‘sumber sperma’ bagi anak lelaki lainnya.

Lelaki suku Sambia akan menikah pada umur 20 tahun. Sebelum menikah, ketua adat mereka akan mengajarkan cara melindungi diri dari ketidakmurnian perempuan.  Setelah berhubungan badan dengan istri,  mereka akan bermandi lumpur untuk menghindari kotoran yang ada di tubuh dan kelamin istrinya.

Seiring lahirnya seorang bayi dari rahim istri mereka, maka ritual kedewasaan minum sperma pun dihentikan. Mereka dianggap telah mencapai hak penuh atas kedewasaan dan kelelakiannya. (VAL)

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook