Friday, January 2, 2015

SEJARAH HUKUM DI TANAH MALAYU



SEJARAH HUKUM DI TANAH MALAYU

Mencampak, sambil ke hulu,
Kenaklah pantau, di kuala.
Diletakkan di dalam cupak
Dijerang desan, sipedas
Luhak yang berpnghulu
Rantau yang beraja.
Tegak yang tidak tersundak
Melenggang yang tidak terpempas.
(Undang-Undang Luhak, di rantau dilukiskan dalam pepatah.R.O. Winstedt Singapura, Pustaka Nasional, 1982.dan Djamaluddin Sutan Marajolelo, Tambo Adat. Dikutip dari Disetasi Dr.Amir Luthfi. Halaman 141.Sudah dibukukan dengan judul: PERUBAHAN STRUKTUR KEKUASAAN(Pelaksanaan Hukum Islam Dalam Kesultanan Melayu Siak, 1901-1942.

Melintang patah,
Membujur lalu.
Salah pada raja, mati
Salah pada penghulu, berhutang.
PANTUN HUKUM
Bagai mendengar petir di siang bolong, aku mencoba tenang, setelah mendengar berita, hakim konstitusi melanggar hukum.
KALAU MUSIM,  BUAH LAKUM
ASAMNYA SAMBAL, AKAN TERASA
KALAU HAKIM, MELANGGAR HUKUM
NEGARA RUSAK, ATURAN HUKUM BINASA

KEMUMU DI DALAM SEMAK
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM,  APA GUNANYA

ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG
Wawan Budi's photo.M.RAKIB MUBALLIGH IKMI  RIAU INDONESIA
Pantun hukum ini disebut pula pantun undang-undang, karena isinya mengandung ajaran dan pedoman bagi masyarakat. Kelebihan sebuah pantun, disamping memang sudah sangat mengakar dalam masyarakat Melayu, juga sangat fleksibel untuk digunakan. Jika ceramah atau khutbah hanya dapat dilakukan pada saat dan momen tertentu, maka pantun dapat digunakan kapan saja dalam kehidupan sehari-hari. Pantun dapat diselipkan dalam percakapan atau perbualan dalam nyanyian ataupun dalam senda gurau. Karena itu, pantun sering disebut juga sebagai pemanis cakap, pelemak kata, penyedap bual, rencah perbualan dan buah bicara.


        Di kalangan para orang tua Melayu, ada ungkapan: kalau bercakap sesama tua, banyaklah pantun pelemak kata; adat orang duduk berbual, banyaklah pantun penyedap bual; kalau yang tua duduk bercakap, banyalah pantun pemanis cakap. Dengan fleksibelnya penggunaan pantun ini, maka ajaran agama yang diselipkan di dalamnya juga bisa disampaikan kapan saja, tanpa menunggu momen tertentu. Dengan itu, penyampaian ajaran moral agama tetap berlangsung kapan dan di mana saja, tanpa terikat oleh waktu tertentu.

Pantun hukum disebut juga pantun dakwah karena:
Pantun hukum berisikan aturan yang indah
Berisikan syarak beserta sunnah
Berisikan petuah dengan amanah
Berisikan jalan mengenal Allah
Berisikan ilmu memahami aqidah
Di situ disingkap benar dan salahnya
Di situ dicurai halal dan haramnya
Di situ dibentang manfaat mudaratnya
Di situ didedahkan baik buruknya
Di situ ilmu sama disimbah
Di situ tempat mencari tuah
Di situ tempat menegakkan marwah
Menyebarkan Islam dengan akidahnya
Supaya hidup ada kiblatnya
Apabila mati ada ibadatnya.

Demikianlah kandungan dan fungsi pantun gama dalam kehidupa sehari. Berikut ini beberapa contoh dari pantun agama tersebut:
KEMUMU DI DALAM SEMAK
BUAH LAKUM, DI SAMPINGNYA
MESKI ILMU SETINGGI TEGAK
MELANGGAR HUKUM,  APA GUNANYA

ASAM KANDIS ASAM GELUGUR
KETIGA ASAM RIANG-RIANG
MENANGIS DI PINTU KUBUR
MELANGGAR HUKUM, BUKAN KEPALANG

Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
Hukum yang,  tidak dilaksanakan
Bagai pohon tidak berbuah

Ambil galah kupaskan jantung
Orang Arab bergoreng kicap
Kepada Allah tempat bergantung
Kepada Nabi tempat mengucap

Asam rumbia dibelah-belah
Buah separuh di dalam raga
Dunia ikut firman Allah
Akhirat dapat masuk surga

Belah buluh bersegi-segi
Buat mari serampang ikan
Rezeki yang dapat, dibagi-bagi
Baik di laut, maupun juga daratan

Buah ini buah berangan
Masak dibungkus sapu tangan
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat kelak kampung halaman

Delima batu dipenggal-penggal
Bawa galah ke tanah merah
Lima waktu kalau ditinggal
Ibu marah, Tuhanpun murka

Banyaklah hari antara hari
Tidak semulia hari Jumat
Banyaklah nabi antara nabi
Tidak semulia Nabi Muhammad

Orang Bayang pergi mengaji
Ke Cubadak jalan ke Panti
Meninggalkan sembahyang jadi berani
Seperti badan tak akan mati

Pangkal dibelit di pohon jarak
Jarak nan tumbuh tepi serambi
Jangan dibuat yang dilarang syarak
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi

Jarak nan tumbuh tepi serambi
Pohon kerekot bunganya sama
Itulah perbuatan yang dibenci Nabi
Petuah diikut segala ulama

Pohon kerekot bunganya sama
Buahnya boleh dibuat colok
Petuah diikut semua ulama
Jangan dibawa berolok-olok

Rusa banyak dalam rimba
Kera pun banyak tengah berhimpun
Dosa banyak dalam dunia
Segeralah kita minta ampun

Kera banyak tengah berhimpun
Sandarkan galah pada pohon
Segeralah kita meminta ampun
Kepada Allah tempat bermohon

Tuman dipegang jatuh ke laut
Disambar yu jerung tenggiri
Imanpun tetap sehingga maut
Di situ baru tahukan diri

Disambar yu jerung tenggiri
Sutan Amat mandi bersimbur
Di situlah baru tahukan diri
Malaikat memalu dalam kubur

Kait-kait di padang temu
Terap ditimbun di ujung galah
Baik-baik berpegang pada ilmu
Harapkan ampun pada Allah

Temu itu banyak warnanya
Ada yang putih ada yang biru
Ilmu itu banyak gunanya
Tiada boleh orang menggaru

Pecah cawan di atas peti
Cawan minum Sutan Amat
Tuhan Allah yang mahasuci
Jangan dilupakan setiap saat
                                                                                                                                                                                        

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook