Monday, February 23, 2015

BAGIAN 10 NOVEL EMPAT PRTOFESOR SATU CINTA




BAGIAN  10 
NOVEL EMPAT PROFESOR SATU CINTA

TRAGEDI PALACUR INTELEKTUAL...Karya M.Rakib Pekanbaru..Riau 2015

 


Karya  M.Rakib  Pekanbaru  Riau Indonesia. 2015

Profesor  Yazid      : Kau jangan menginginkan pasangan hidupmu gadis yang tercantik di dusun ini, itu namanya tidak tahu diri, tahu dirilah kau dan sadar diuntung nasibmu, dirimu itu rendah, tidak ada orang yang simpatik pada dirimu.

Sang Penyair           : Aku tentu menginginkan yang tercantik, tapi itupun kalau ada yang menunjukkan tanda-tanda dia mau. Jika mereka keberatan, aku tidak akan memaksakannya.(Ini kisah 20 tahun yang lalu, tapi kini berbeda sang penyair tidak lagi di dusun, bahkan sudah sukses di kota, dan baru saja mendapatkan gelar doktornya.)
Setelah mendapatkan gelar doktor, sang penyair, teringat kembali pada seorang gadis dusun, yang 20 tahun yang lalu pernah memberinya  sesuap nasi, di saat sang penyair mengambil upah menanam pohon singkong di lereng bukit Raanah Singkuang, ujung bukit dari deretan bukit barisan yang membelah Pulau Sumatra, khusunya di daerah kabupaten Kampar Riau daratan. Beberapa pantun lama masih disimpan sang penyair, yang menggambarkan betapa indahnya deretan pohon ubi singkong, ketela pohon di lereng bukit.


Ubi  ditanam  di lereng  bukit,
Bukit bernama, Ranah Singkuang.
Penderitaan tak akan, jadi penyakit,
Karena harapan, dalam berjuang.


Bukit terpencil, subur dan indah,
Ditempuh dalam, perjalanan sulit.
Penyakit tersingkir, datanglah berkah.
Siang dan malam, mengucapkan zikir.

          Pemandangan sebaris pohon ubi kayu dengan selingan bunga-bunga liar, bermekaran pasti mengundang perhatian. Sewaktu diterpa sinar matahari yang lembut yang terpancar menembus awan-awan, bunga dan daun-daun mahkotanya, tampak berkilau putih kemerah-merahan. Pemandangan kebun ketela pohon memang memukau lagi.
          Sang penyair, awalnya menganggap daerah ini sangat asing. Dia juga belajar tentang cara menanam pohon ubi  yang dapat menghasilkan efek yang memesonakan. Misalnya, deretan-deretan pohon ubi kayu yang ditanam sejajar sehingga dahan-dahannya saling bersentuhan akan membentuk ’terowongan pohon tempat bernaung’. Bayangkanlah gugusan-gugusan persilangan daun ubi kayu menaungi kepala orang yang berjalan di bawahnya, bagaikan kanopi hijau yang begitu indah. Sementara kaki  melangkah di atas daun-daun  rumput  mahkota yang bertebaran.
         Akan tetapi, bunga-bunga padi  yang halus  di lembah bukit  itu tidak tahan lama—penampilan terindahnya hanya dua sampai tiga hari. Bergantung cuaca, umurnya kadang-kadang lebih singkat lagi.
          Sampai sekarang, masyarakat Ranah Singkuang, Kampar,  masih terus mengagumi keindahan susunan daun ubi kayu dan kelezatannya.  Kebun singkong yang indah sering bermotifkan lingkungan dan ekonomi, mendampingi beras sebagai makanan pokok. Gambaran pentingnya ubi kayu itu,  terdapat pada makanan produksi  rumah tangga, berupa kerupuk, tapai, godok dan kripik yang berkualitas tinggi.  Kerupuk ubi begitu disukai sehingga para orang tua bahkan dengan bangga memberi nama kerupuk harum, yangn ditangani perempuan mereka yang cantik.
           Kerupuk ubi kayu yang ringkih, namun cukup kuat untuk mempengaruhi kebudayaan suatu daerah, menjadi contoh yang menonjol tentang kelezatan dan  keindahan yang sedap dipandang di antara berbagai karya menakjubkan dari Sang Mahapencipta.
Top of Form



Bottom of Form

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook