Monday, February 16, 2015

IKMI Riau Indonesia. 0823 9038 1888 NOVEL PELAC INTELEKTUAL (Empat Profesor Satu Cinta)



Bagian 3. Karya M.Rakib IKMI Riau
 Indonesia. 0823 9038  1888
 

Bagian 3. Karya M.Rakib IKMI Riau Indonesia. 0823 9038  1888


                                                NOVEL  PELAC  INTELEKTUAL
(Empat Profesor Satu Cinta)

        Sang penyair pertama kalinya mendengar istilah “pelacuran intelektual”, dari Profesor Amar Makruf, yang menyatakan lebih mulia pelacur PSK dibandingkan pelacur intelektual. Sang penyair merasa geram dengan ucapan itu, karena pelacur berarti hitam, sedangkan intelektual berati putih. Mengapa sang profesor menyatakan lebih mulia dosa hiatam dibandingkan pemikir yang jernih dan putih.

Sang penyair                : Selamat pagi Prof(Sambil senyum penyair menundukkan kepalanya, tapi tidak dapat dihapus di hati sang penyair, potret di bawah alam sadarnya, potret sang profesor keluar masuk panti pijat, dengan alasan mengadakan penelitian. Dia bukan pelacur intelektual, tapi laki-laki pelacur benaran. Pezina yang sekan rakus, hampir bisa dikatakan tak punya rasa malu)

Profesor Amar Makruf  Disertasimu ini rusak berat, pembimbingmu itu pelacur intelektual, hanya mengejar honor, tapi tidak membimbing dengan benar.Dia lebih berbahaya dibandingkan pelacur tunasusila(Dalam fikiran sang penyair si profesor yang satu inilah yang pelacur, tapi dia membela dirinya dengan menuduh orang lain.)

Sang penyair             :    (Dalam hatiku ada bisikan bahwa Prof.Amar yang sering menadakan penelitian di lembah hitam, mulai mengatakan kepada banyak orang, bahwa tidak ada dunia hitam, yang ada hanya dunia putih. Dia coba membalikkan keadaan bahwa semua orang selama ini sudah salah, karena menganggap para pelacur itu sebagai pendosa, padahal merekalah yang menanggung beban dosa para wanita baik-baik yang selama puluhan tahun tidak melayani suaminya. Para PSK itulah yang menampung curhat para suami yang hampr mati kehausan, karena tidak diberi minum oleh para isteri rumahan.)

Madilog, “materialisme, dialektika, dan ideologi”, bacaan terbaru sang penyair, tentang dunia yang sudah terbalik-balik, lembah hitam akan dianggap sebagai lembah putih. Kemudian orang ateis dianggap mempunyai Tuhan, sedangkan orang yang beragama, dianggap tidak bertuhan. Oh Tuhan, bisikan apa yang mengacaukan pkiranku?.(Kata Sang penyair).
Profesor Amar meyakinkan bagaimana  memberikan pengenalan terhadap logika terbalik dan baik. Logika terbalik itulah yang dipakai oleh Tan Malaka, bahwa di Mars pasti ada tumbuhan. Padahal di masa itu sulit untuk mencari literatur tentang antariksa. Namun, paling tidak bila ia memakai logika terbalik, melawan logika ilmuwan yang sudah ada, maka sudah sepatutnya ia mengetahui sifat dasar seorang ilmuwan dan tidak menggunakan kata “pasti”, tetapi “mungkin” bila belum terbukti secara pasti. Yang paling terbolak balik di sini adalah motif ideologis Tan Malaka yang membuatnya menyalahgunakan sejarah dan sains (yang bersifat epistemologis serta bebas nilai). Berikut adalah dua kritik utama terhadap tulisan Tan Malaka di Madilog:


1.Dunia terbalik

Terbolak balik di sini berupa dialektika tesis bertemu dengan antitesis menjadi sintesis. Marxis mengklaim bahwa proses terbolak balik ini, juga berlangsung dalam dunia materialis dan tidak hanya dalam tataran ide saja seperti yang dikatakan oleh Hegel. Terbaliknya otak Tan Malaka bahkan mengatakan bahwa materialisme dialektis adalah hukum alam yang berlaku dalam semua peristiwa di seluruh alam semesta, dari sejarah India sampai hidrogen dan helium. Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tesis dan antitesis menunjukkan hitam dan putih, dua hal yang saling berlawanan atau dikotomi. Tan Malaka gagal mempertimbangkan hal ini dan malah melakukan cocologi terhadap materialisme dialektis. Misalnya, Tan Malaka mengatakan Hinduisme di India bertemu dengan antitesis Buddhisme dan Jainisme menjadi sintesis. Bagaimana bisa Hinduisme dan Buddhisme dipertemukan layaknya hitam dan putih? Bukankah masing-masing agama punya karakteristik unik tersendiri? Bukankan masing-masing agama bahkan memiliki kesamaan, seperti misalnya pengurangan nafsu duniawi? Bagaimana bisa dipandang dikotomis layaknya materi dan antimateri?


Hal ini menunjukkan salah satu masalah dalam klaim bahwa materialisme dialektis adalah hukum alam. Sebagai ilustrasi lain, atom hidrogen dan oksigen bila bertemu menjadi H20. Dari sudut pandang materialisme dialektis, hidrogen akan dilihat sebagai tesis, oksigen sebagai antitesis, dan H20 sebagai sintesis. Namun, hidrogen bukan lawan dari oksigen layaknya jahat adalah lawan dari baik! Hal yang sama dengan NaCl. Natrium bukan lawan dikotomis dari klorida!

Maka dari itu, perlu diingat bahwa alam semesta sendiri tidak bersifat dikotomis, tetapi terdiri dari kontinum. Misalnya, dalam kasus aborsi, ahli hukum menuntut agar ilmuwan mampu membuat kategori dikotomis antara hidup dan tak hidup dan menentukan batas antara keduanya. Dalam sains, hal ini tak bisa dilakukan, karena dari pembuahan sampai kelahiran semuanya ada dalam kontinum. Tan Malaka padahal sudah mengetahui keberadaan kontinum ini, seperti pemaparan singkatnya tentang batas antar spesies. Tetapi karena motif ideologisnya, ia melupakan hal ini dan malah melakukan cocologi antara sains dan sejarah dengan materialisme dialektis, yang membawa kita ke poin selanjutnya.


2. Dunia saling menghapus.

Dinasti Abbasiyah menghapus total Daulat Umayyah, Yahudi ingin menghapus total Palestina dan Gaza. Ratu Issabela telah menghapus tuntas jejak Muslim Moro di Spanyol, tahun 1492. Dunia yang saling menghapus ini, juga ada dalam sains dan sejarah untuk menjustifikasi ideologi baru. Misalnya, ia mengatakan negation der negation - hidrogen dihapuskan oleh helium, salah satu contoh materialisme dialektis. Hal ini adalah abuse of science, karena dalam sains, hidrogen tidak dihapuskan oleh helium. Kenyataannya, reaksi proton-proton dalam matahari menambahkan jumlah proton dalam hidrogen sehingga menjadi helium, sehingga jadi terbalik lagi, bahwa tidak ada yang disebut “penghapusan” di sini. Perlu ditekankan juga bahwa hukum alam tidak sekadar mempreskripsi sekadar tesis + antitesis = sintesis, tetapi bervariasi, dari e = mc2 sampai hukum bahwa bila air mencapai suhu 100 derajat celcius akan berubah menjadi uap.

Logika yang dibolak balik, dapat digunakan oleh orang jahat untuk  menyalahgunakan peristiwa sejarah. Ini penting bagi orang yang sudah berpend8dikan S3, karena bila sejarah dapat dicocok-cocokan dengan materialisme dialektis, ia dapat mengklaim bahwa sejarah ini maju karena materialisme dialektis, dan salah satu bentuknya adalah kapitalis bertemu dengan antitesisnya proletar untuk mencapai sintesisnya komunisme. Akan tetapi sejarah juga ditentukan oleh banyak sekali faktor yang saling berinteraksi dan kompleks, sehingga tidak mudah bagi kita untuk membuat prediksi sejarah. Misalnya, dalam pembentukan negara, menurut Jared Diamond dalam bukunya Gun, Germs, and Steel ada banyak sekali faktor yang bermain, seperti lingkungan, keberadaan hasil tani yang berlimpah, keberadaan hewan ternak, iklim, letak, dll. Faktor ini saling berinteraksi sehingga negara besar muncul di Mesir, Mesopotamia, dan Cina, tetapi tidak di Australia. Hal ini (singkatnya) diakibatkan oleh fakta bahwa di tiga daerah pertama iklim dan lingkungannya mendukung produksi pertanian dan peternakan yang memungkinkan sebagian orang untuk tidak ikut mencari makan dan berspesialisasi dalam hal lain, sementara di Australia tidak. Sejarah peradaban-peradaban dunia bergerak bukan karena adanya satu faktor yang menjadi tesis bertemu dengan lawan dikotomisnya untuk menjadi sintesis. Tidak sesederhana itu.


Maka dari itu, sangat disayangkan bahwa serba terbalik Tan Malaka berusaha menyesatkan Indonesia dengan karangan bahwa materialisme dialektis adalah hukum alam. Paling tidak ia patut diapresiasi karena berusaha mencerahkan bangsa dari hal-hal yang berbau takhayul dengan sains dan logika. Namun, bagi yang ingin mendapat pengenalan logika dan sains, sebaiknya membaca buku lain yang jauh lebih bagus dan bebas nilai, seperti buku-buku Carl Sagan.

3. Zaman Kalabendu

Zaman Kalabendu adalah nama lain dari zaman kehancuran. Petikan dari Jayabaya dalam Serat Kalatidha tentang tanda-tanda zaman inilah yang akan saya tulis di sini, seperti yang pernah diungkapkan oleh oleh  JAMUNA girikusumo, mranggen, demak, berikut ini:
Iki sing dadi tandane zaman kolobendu “Ini yang menjadi tanda zaman kehancuran”,
Lindu ping pitu sedino “Gempa bumi 7 kali sehari”,
Lemah bengkah “Tanah pecah merekah”,
Manungso pating galuruh, akeh kang nandang loro “Manusia berguguran, banyak yang ditimpa sakit”,
Pagebluk rupo-rupo “Bencana bermacam-macam”,
Mung setitik sing mari akeh-akehe pada mati “Hanya sedikit yang sembuh kebanyakan meninggal”,
Zaman kolobendu wiwit yen “Zaman kalabendu ditandai dengan”
1.      Wis ono kreto mlaku tanpo jaran “Sudah ada kereta yang berjalan tanpa kuda”,
2.      Tanah Jawa kalungan wesi “Tanah jawa dikelilingi besi”
3.      Prau mlaku ing nduwur awang-awang “Perahu berjalan di atas awan melayang-layang”,
4.      Kali ilang kedunge “Sungai kehilangan danaunya”,
5.      Pasar ilang kumandange “Pasar kehilangan keramaiannya”,
6.      Wong nemoni wolak-walik ing zaman “Manusia menemukan zaman yang terbolak-balik”,
7.       Jaran doyan sambel “Kuda doyan sambal”,

8.      Wong wadon menganggo wong lanang “Orang perempuan mempergunakan busana laki-laki”,Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman kanikmatan donya, nanging zaman iku sebenere zaman ajur lan bubrahing donya “Zaman kalabendu itu diibaratkan zaman yang menyenangkan, zaman kenikmatan dunia, tetapi zaman itu sebenarnya zaman kehancuran dan berantakannya dunia”,
9.      Mulane akeh bapak lali anak “Oleh sebab itu banyak bapak lupa dengan anaknya”,
10.  Akeh anak wani ngelawan ibu lan nantang bapak “Banyak anak yang berani melawan ibu dan menantang bapaknya”,
Sedulur podho cidro cinidro “Sesama saudara saling berkelahi”,
Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane “Perempuan kehilangan rasa malunya, laki-laki kehilangan rasa kejantanannya”,
Akeh wong lanang ora duwe bojo “Banyak laki-laki tidak punya istri”,
Akeh wong wadon ora setia karo bojone “Banyak perempuan yang tidak setia pada suaminya”,
Akeh ibu pada ngedol anaknya “Banyak ibu yang menjual anaknya”,
Akeh wong wadon ngedol awakke “Banyak perempuan yang menjual dirinya”,
Akeh wong ijol bojo “Banyak orang yang tukar menukar pasangan”,
Akeh udan salah mongso “Sering terjadi hujan salah musim”,
Akeh perawan tuwo “Banyak perawan tua”,
Akeh rondo ngelairake anak “Banyak janda melahirkan anak”,
Akeh jabang bayi nggoleki bapak’e “Banyak bayi yang lahir tanpa bapak”,
Wong wadon nglamar wong lanang “Perempuan melamar laki-laki”,
Wong lanang ngasorake drajate dewe “Laki-laki merendahkan derajatnya sendiri”,
Akeh bocah kowar “Banyak anak lahir diluar nikah”,
Rondo murah regane “Janda murah harganya”,
Rondo ajine mung sak sen loro “Janda nilainya hanya satu sen untuk dua”,
Prawan rong sen loro “Perawan nilainya dua sen untuk dua”,
Dudo pincang payu sangang wong “Duda pincang berharga 9 orang”.
Itulah petikan dalam serat Kalatidha dari Jayabaya untuk negeri bahkan seluruh dunia yang jika kita pikir-pikir memang terjadi, setelah membaca petikan tadi seharusnya bisa menjadi pencerahan hati kita menghadapi dunia yang penuh tipu daya ini.
Dalam Al-Qur’an dan Hadist juga banyak menerangkan tentang tanda akhir zaman, yang mirip dengan petikan serat di atas.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook