Tuesday, February 17, 2015

kalau hidup hendak selamat peliharalah laut dengan selat



kalau hidup hendak selamat
peliharalah laut dengan selat
peliharalah tanah berhutan lebat
di situlah terkandung rezki dan rahmat
di situlah terkandung tamsil ibarat
di situlah terkandung aneka nikmat

 M.Rakib   IKMI  Pekanbaru  Riau  Indonesia   2014
Bentuk adat yang diadatkan,  berupa konvensi masyarakat atau keputusan hasil musyawarah yang kemudian dikokohkan menjadi adat atau aturan. Salam kehidupan sehari-hari adat yang teradat ini merupakan aturan budi pekerti yang berbudi bahasa. Misalnya terdapat dalam hubungan kekeluargaan, panggilan ayah, ibu, bapak, emak, abang, kakak, puan, tuan, encik, engku, paduka, datuk, hamba, amengkul.
Adat yang teradatkan ini berhubungan dengan budi pekerti. Nilai-nilai budi pekerti diungkapkan Abdul Malik, mempunyai nilai-nilai luhur dan khazanah bahasa Melayu mencakup beberapa hal (Abdul Malik, Nilai-Nilai Budi Pekerti). Misalnya, nilai ketuhanan, nilai kejujuran, nilai toleransi, nilai disiplin, nilai kerja keras, nilai kreatif, nilai demokratis, nilai cinta tanah air, nilai menghargai prestasi, nilai peduli sosial.
Ada pula nilai-nilai murni yang universal yang diamalkan masyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Prof Datuk Wira, Dr Abdul Latif Bin Abu Bakar, Budi Pekerti sebagai Teras jati diri Melayu, misalnya amanah, tanggung jawab, ikhlas, benar, sederhana, tekun bersih, berdisiplin, bekerja sama, berpribadi mulia, bersyukur, bermufakat, bertoleransi, bertimbang rasa, bersatu padu, beretika, tidak mementingkan diri sendiri, dan tiada perasaan curiga/syak wasangka.
tanda orang berbudi pekerti
merusak alam dia jauhi
Ada  bentuk adat yang merupakan ketentuan yang berlaku seharusnya dilakukan dalam masyarakat. Biasanya adat ini terjadi hubungan antara manusia dengan alam. Misalnya, kalau kita menebang pohon harus diganti dengan pohon. Kalau memelihara ternak harus dibuat kandang, jika membuat tiang sebuah rumah, pangkalnya yang harus ditanam. Apabila masuk ke dalam hutan berjumpa dengan harimau harus menyebut datuk. Berjumpa dengan ular, disebut akar, dll.
Dalam resam melayu, adat yang sebenar adat menjadi teraju dari adat yang diadatkan, adat yang teradat, dan adat istiadat. Akhirnya terbentuklah pandangan hidup dalam rangkaian kata “Adat Bersendikan Syarak, Syarak Bersendikan Kitabullah.”
Adat istiadat ini adalah tradisi memelihara alam.
Sang profesor, punya perhatian pada keindahan lingkungan.
Ingatlah, apabila rusak alam lingkungan
di situlah punca segala kemalangan
musibah datang berganti-gantian
celaka melanda tak berkesudahan
hidup sengsara binasalah badan
cacat dan cela jadi langganan
hidup dan mati jadi sesalan
kalau terpelihara alam sekitar
manfaatnya banyak faedahnya besar
di situ dapat tempat bersandar
di situ dapat tempat berlegar
di situ dapat membuang lapar
di situ adat dapat didengar
di situ kecil menjadi besar
di situ sempit menjadi lebar
tanda orang memegang adat
alam dijaga petuah diingat.
Mengingatkan, jangan sampai tersalah
Orang tua-tua mengatakan: “salah faham, hari siang disangka malam" atau dikatakan: “bila salah jenguk, yang baik menjadi buruk".atau dikatakan: "kalau pantun disalah artikan, disitulah tempat masuknya setan".
 Di dalam ungkapan lain dikatakan:

Bila salah, memberikan makna,
petunjuk yang baik jadi celaka

BILA SELALU,  TERSALAH FAHAM,
YANG HALAL MENJADI HARAM
YANG TIMBUL JADI TENGGELAM
LAMBAT LAUN, HIDUP PUN KARAM

Kalau pantun tersalah arti,
tuah hilang binasa budi

Kalau pantun tersalah tafsir,
Tersalah bawa menjadi kafir
Kalau pantun tersalah curai,
alamat kusut takkan selesai

Kalau salah memahami pantun,
bagai kain tersalah tenun
kalaupun jadi,  tidak bertampun
kalau dipakai,  aib sedusun

         Untuk menjaga agar pantun tunjuk ajar dan se­jenisnya tidak ditafsirkan secara keliru oleh masyarakatnya, maka orang tua-tua memperingatkan mereka untuk selalu mendengarkan petuah dan amanah yang berkaitan dengan isi pantun dimaksud. Namun, dalam kehidupan sehari-hari hampir tidak ada orang menaf­sirkan pantun itu secara keliru, karena mereka sejak kecil sudah bergelimang dengan pantun, dan sudah sangat terbiasa mendengarkan uraian penafsirannya.

Menanam kelapa di Pulau Bukum
   Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum         
   Hukum bersandar di Kitab Allah
      
Laksamana berbaju besi
  Masuk ke hutan melanda-landa  
Hidup berdiri dengan saksi    
  Adat berdiri dengan tanda    

Berbuah lebat pohon mempelam               
  Rasanya manis dimakan sedap
Bersebarlah adat seluruh alam             
  Adat pusaka berpedoman kitab
  
Cempaka Sari, Seri Jambangan
Subur Tumbuhnya,  Penuh Merimbun
Adat Dikelek,  Dibuang Jangan
Teras Budaya,  Turun Temurun

 Kalau sudah dimabuk pinang,
Daripada ke mulut biarlah ke hati
Kalau sudah maju ke gelanggang
Berpantang surut biarlah mati

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook