Sunday, March 8, 2015

BAGIAN KE 17...dosa selama kuliah S 3



BAGIAN KE 17 NOVEL EMPAT PROFESOR SATU CINTA
Karya M.Rakib
DOSA-DOSA SELAMA MENGIKUTI PROGRAM DOKTOR

Proesor  Raffi           :   Apa dosa anda selama kuliah  di S 3 ?
Sang Penyair          :   Aku tidak bisa ikut gotong royong, menjenguk orang sakit, dan pengajian, semua waktuku tersita untuk memperbaiki disertasi empat tahun lamanya berulang-ulang. Kebun sawitku terpaksa digadaikan. Kebun kecil kesaayanganku yang biasanya kutaanami bunga, terbiar begitu saja, ditumbuhu ilalang dan rumput liar berduri. Wirid pengajian semuanya ditolak. Menghonor di Perguruan tinggi, terpaksa dihentikan.

        Sang penyair merasa iri,dan sedih hati, mengapa orang lain dalam waktu singkat, bisa dapat gelar doktor, seadangkan aku 13 tahun belum selesai juga, Ya Allah malangnya nasibku. Di surat kabar banyak berita tentang, cara meraih Gelar Doktor Sesingkat-singkatnya dengan Biaya Murah Meriah, Mau ?

       Waktu dirasakan berlalu begitu cepat seperti berlari saja. Tanpa terasa zaman  telah berubah,  memasuki  tahun  baru.  Yang namanya kuliah di S 3 belum juga selesai. Anak-anak semakin bertumbuh besar dan sudah naik ke kelas berikutnya. Ada yang sudah lulus sekolah, ada juga yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Apakah teman-teman sudah memiliki rencana untuk pendidikan putra-putri tercinta ? atau mungkin teman- teman sendiri berencana melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi ?. Merencanakan pendidikan memang gampang – gampang susah. Jika kita tidak bersikap teliti dan cermat, alih-alih mendapatkan pendidikan seperti yang diharapkan, justru kita terjerumus menjadi korban penipuan yang berkedok pendidikan.

        Di awal tahun ajaran seperti ini biasanya akan marak penawaran studi ke berbagai perguruan tinggi, dengan iming – iming biaya pendidikan murah dan fasilitas yang serba lengkap , Jika semua yang dijanjikan itu nyata, tentu saja tidak menjadi masalah karena memang itu yang dicari. Namun harap diingat, jika iming-iming itu sudah melampaui batas kewajaran dan tidak masuk di akal, maka ini merupakan sinyal merah tanda kita harus bersikap ekstra waspada terhadap bahaya penipuan yang sekilas tampak menggiurkan 
.
Kedatangan tamu yang mencengangkan 
Beberapa waktu yang lalu sekolah kami kedatangan tamu yang mengaku staf Humas salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Oleh pegawai TU, tamu tersebut langsung diantarkan ke kantor guru, yang kebetulan sedang ramai karena sedang jam istirahat. Ternyata Pak Humas itu bermaksud  menawarkan studi ke jenjang S2 dan S3 kepada kami.
Sungguh diluar dugaan, ternyata kami mendapat penjelasan yang sangat menakjubkan. Penjelasan yang membuat kami terbengong-bengong, diam seribu bahasa. Dunno what to say. Merasakan bercampur aduknya perasaan di dalam hati. Antara ingin mentertawai keras-keras orang itu langsung di wajahnya, antara ingin melemparnya saja ke jalan, juga rasa prihatin saat menyadari betapa pendidikan di negeri ini sudah jatuh ke jurang bisnis yang sangat tidak bermoral ! . Saya tidak sudi lagi mendengar penjelasannya lebih jauh, dan memilih beranjak masuk ke kelas. Tak lama kemudian dari kejauhan kulihat Pak Humas yang berpenampilan gaya itu digiring  oleh Security ke luar gerbang. Baguslah. Tahukah teman- teman, apa yang dia tawarkan ? Perkuliahan murah meriah !
Perkuliah instant dengan kelas jauh ( asli jauh banget ! )


       Dtierangkan pula, Dengan gayanya yang menawan, Pak Humas itu tanpa tedeng aling-aling menawarkan program perkuliahan yang sangat fantastis. Fantastis dari segi lama perkuliahan, dari segi kemudahan pelaksanaan, dan dari segi pembiayaan. Dengarlah penjelasannya itu :
Untuk program studi S1, biayanya cukup 17 juta, program Magister dihargai 20 juta, dan  untuk program Doktoral silahkan mengeluarkan uang 30 juta rupiah saja. Semua jenjang pendidikan memakan waktu yang sama, yaitu 3 bulan.
Tidak perlu menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Pokoknya uang segitu sudah all in. Waktu perkuliahanpun bisa diatur, kalau ada waktu silahkan kuliah, kalau tidak ada waktu boleh titip absen. Gampang kan ? . Ada lagi yang lebih asyik,
kami tak perlu jauh- jauh datang ke Jakarta untuk menjalani perkuliahan. Cukup di sebuah tempat di dekat-dekat sini saja, itu juga kalau ada waktu. Namanya juga kelas jauh, ya wajar kalau ruang kuliahnya jauh banget dari kampus pusat. 


Saya kenal dengan seseorang yang entah karena kurang wawasan atau tergoda apa gitu, akhirnya terjerumus mengikuti perkuliahan abal-abal ini  dan menjalani perkuliahan di kelas jauh. Bayangkan saja. Teman saya itu, tempat tinggalnya di Cisolok, sebuah kecamatan di pelosok Sukabumi  Jawa Barat dekat dengan pesisir pantai Selatan, sementara kampus pusatnya di Surabaya ! . Entah mungkin dia mendapat hidayah atau mungkin juga dia kejedot di kepala dengan kerasnya hingga tersadar dari amnesia,  akhirnya dia menyerah dan berhenti menjalani program kuliah abal-abal ini
Kampus, Dosen , ijazah, semuanya aspal
Saya teringat berita setahun lalu, tentang keberhasilan pihak berwajib di Jawa Timur menggulung sindikat pembuat  ijazah palsu dan perkuliahan palsu . Melihat modus operandinya,  para kriminal itu jelas melakukan aksi jahatnya dengan sangat profesional dan terstruktur, yang melibatkan orang-orang dari dalam kampus yang memang sangat menguasai pekerjaannya.
Untuk meyakinkan mangsanya, komplotan penipu ini menghadirkan dosen betulan ke ruang kuliah. Tentu saja sang dosen inipun adalah anggota komplotan yang aslinya memang  mantan dosen sungguhan di sebuah PTN di Jawa Timur. Dosen penipu ini akan datang di satu atau dua kali pertemuan saja, dan selanjutnya akan digantikan oleh oknum yang bertugas sebagai  dosen pengganti, atau tidak ada perkuliahan sama sekali.
Selanjutnya mahasiswa abal-abalpun tinggal menunggu waktu wisuda. Bagaimana dengan Skripsi, Tesis, dan Disertasi ? tenang saja, sebelum mendaftarpun, semuanya sudah jadi kok. Tinggal copas, ganti judul sedikit-sedikit, hapus nama, ganti dengan nama baru, beres sudah. Teknologi percetakan sudah canggih ini. Tinggal wisuda deh, itu juga kalau mau. Toh kalaupun mau, kampusnya juga entah dimana. Tapi wisuda kan tidak terlalu penting, yang penting ijazah sudah ditangan.
Nah inilah masalahnya. Kalau anda mengira bahwa itu ijazah palsu, maka anda setengah benar. Karena yang benar adalah, itu ijazah aspal, alias asli tapi palsu !  Asli kertasnya, asli tanda tangan rektornya, asli capnya, dll, semuanya asli. Ya tentu saja asli, karena melibatkan oknum yang memang bekerja di institusi perguruan tinggi yang namanya dicatut. Namun semua  itu palsu, karena semua proses dan standar nya palsu alias ilegal !         ( kompas.com)

Membohongi diri sendiri pasti sangat menyiksa batin

Pengakuan  seseorang tentang penipu, katanya Pak Humas itu mungkin hanya salah satu contoh, atau miniatur, atau potret yang sesungguhnya dari masyarakat yang tengah dilanda sakit mental. Dalam masyarakat yang seperti ini, kejujuran dan rasa malu sudah menjadi barang yang langka bahkan mungkin tidak dikenal sama sekali.   Kecurangan dan keculasan sudah begitu parah mewarnai kehidupan masyarakat, hingga merangsek ke dunia pendidikan. Sebuah institusi yang seharusnya menjadi gerbang penjaga kejujuran sebuah bangsa.

Jika seseorang merasa bangga dengan selembar ijazah yang didapat dengan jalan haram , merasa bangga menyandang gelar akademik berderet panjang padahal semuanya dusta  belaka , merasa bangga dengan nilai-nilai yang tertera di kertas ijazah, sementara kita tidak menjalani proses pendidikannya sama sekali , merasa jumawa dengan jabatan publik yang diraih dengan menyertakan ijazah palsu, kemungkinan besar dia mengalami gejala gangguan jiwa.
Boleh jadi seseorang akan sukses melenggang mendapatkan jabatan publik atau menjadi apa saja yang dia mau dengan uang yang dimiliki dan ijazah palsunya. Namun siapa yang dapat membohongi Allah dan mendustai hati nurani ? sampai kapan dia akan bertahan dengan dustanya jika suatu saat rekan-rekan, keluarga, atau anak-cucunya bertanya, dulu sekolah dimana, kuliah dimana ? siapa gurunya , siapa dosennya, siapa teman seangkatannya ? mengapa tidak pernah menceritakan kehidupan saat sekolah dan kuliah dulu ?
Oh ya tentu saja sangat mudah menjawab semua pertanyaan itu : karang saja sebuah kebohongan baru. Namun sekali lagi, sampai kapan dia akan mempertahankan kebohongannya itu ? sampai mati ?
Pendidikan harus diperlakukan dengan benar dan jujur
Pendidikan adalah dunia formal yang serius.  Kesungguh-sungguhan dalam menempuh pendidikan sangat menceriminkan kemampuan seseorang berkomitmen dalam hidupnya. Jika kita ingin melihat apakah seseorang telah menjalani pendidikan dengan benar dan jujur , maka lihat saja kualitas hidupnya.
Ketika seseorang berhasil meraih kesuksesan dalam hidupnya, berbahagia dalam kehidupan sosialnya, seimbang dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, maka dapat dipastikan, di masa mudanya ia telah menempuh pendidikan dengan sangat tekun dan serius. Artinya, jika kita mengharapkan anak-anak kita dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidupnya, maka berilah anak-anak kita pendidikan yang benar dan jujur. Ajarilah juga anak-anak kita memandang dan memahami, bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat berharga dan sangat mulia, sehingga mereka menjalani pendidikan dengan penuh kesungguhan hati dan jujur.
Jangan mengartikan pendidikan hanya sebatas kegiatan belajar mengajar antara Guru dan Murid di dalam kelas. Terlalu sempit jika mengartikan pendidikan sebatas itu. Alam yang terbentang luas ini, dengan segala ciptaan Nya adalah Guru dan gudang ilmu bagi kita dan anak-anak kita. Reguklah ilmu sebanyak-banyaknya, dengan cara yang benar dan jujur. Karena pendidikan itu bukan hanya tuntutan kemanusiaan, namun juga perintah Allah bagi umat yang mempercayai Nya.
Akhir kata, di awal tahun ajaran baru ini, berhati – hatilah dengan penawaran pendidikan instant yang hanya bermaksud menipu. Dan bagi yang tergiur, saya hanya dapat berkata, berhentilah membohongi diri sendiri, tak akan kuat kita menanggung laranya seumur hidup. Tak akan kuat pula kita menanggung akibatnya di akhirat nanti.
Demikian teman-teman,  semoga bermanfaat. Semoga Allah senantiasa menjaga kita agar senantiasa bersikap benar dan  jujur.
“Desainlah sesuatu yang dibutuhkan banyak orang.” (Prof. IGN Wiratmaja Puja)
“Mending ga lulus sekalian daripada hampir lulus. Hampir lulus = ga lulus, tapi lebih sakit hati rasanya.” (Prof. Bambang Sutjiatmo)
“Anda tidak akan bisa mengendalikan sesuatu yang Anda tidak bisa ukur.” (Dr. Zainal Abidin)
“Membuat suatu sistem yang semula tidak teratur (Entropi +) menjadi teratur (Entropi -) memang tidak bisa dilakukan secara spontan. Seperti membuat mahasiswa yang semula malas belajar menjadi rajin belajar.” (Dr. Nathanael P. Tandian)
“Hidup di Indonesia itu seperti surga karena kita tidak mungkin meninggal karena cuaca dingin, tapi sebaiknya jangan berurusan dengan Polisi atau Dokter.” (Dr. Zainal Abidin)
“Matematika itu ilmu atau bukan? coba cek singkatan MIPA (matematika dan ILMU pengetahuan alam)!” (Prof. Bambang Sutjiatmo)
“Seorang Scientist boleh saja berhadapan dengan suatu permasalahan/persoalan yang tidak bisa diperoleh solusi/penyelesaiannya. Tapi bagi seorang Engineer, semua permasalahan yang dihadapi harus bisa diselesaikan secara menyeluruh.” (Rachman Setiawan, Ph.D)
“Operator apabila mengalami gangguan dengan tangannya, maka dia tidak bisa bekerja sebagai operator. Engineer akan tetap bekerja sebagai engineer apabila mengalami gangguan dengan tangannya sekalipun. Biasanya gaji engineer lebih besar daripada operator. Kalau begitu pembalap itu operator atau engineer? Gede mana gaji pembalap dengan orang2 yg bekerja timnya? Bayangkan kalau Lewis Hamilton terkena parkinson.” (Dr. Indrawanto)

PERASAAN INFERIOR YANG MENGHINGGAPI BANYAK MASY INDONESIA. 3,5 ABAD DIJAJAH, DUNIA YG SEMKN CEPAT MELESAT, PERADABAN BARAT YG MAJU, DLL; MUNGKIN MENYEBABKAN RASA  RENDAH DIRI, INFERIOR MAKIN PARAH.

mungkin krn itu pula founding father kita sering menekankan rasa nasionalisme (mis: BK), itu salah satu obat mujarab utk penyakit inferior

tp rasa inferior bisa jga dimanfaatkan

ini saya baca di buku (maaf lupa judulnya)

stlh PD 1, jerman yg mengalami kekalahan dihinggapi rasa inferior thdp bangsa2 eropa lain, prsaan inferior ini "dimanfaatkan" hitler utk menanamkan nasionalisme yg berlebihan (bhkn cndrng chauvinis) sbg upaya mengembalikkan harga diri sklgus merebut simpati & kekuasaan


Bro,...

Kayanya rasa inferior, nasionalisme, sama chauvinisme tidak berhubungan sama kemalasan dan kemanjaan suatu bangsa deh bro,... Ketika Jerman menjadi inferior karena dikekang perjanjian Versailles (1918) mereka memang merasa minder dalam pergaulan politik,... tapi tidak etos kerja mereka bro,... Sebelum Hitler malahan pabrik-pabrik di Jerman masih memproduksi alat-alat berat (yang memang spesialis Jerman banget) yang berkualitas unggul,.. penemuan penemuan hebat muncul dari penemu-penemu mereka,... dan lain sebagainya...

Intinya mereka tidak malas dan tidak manja.... karena karakter bangsa Jerman waktu itu memang bukan pemalas atau pemanja bro. Jadi ketika mereka bertemu pemimpin yang tepat macam Hitler, bangkitlah mereka menjadi kekuatan baru di Eropa waktu itu. Jadi walaupun dicekoki rasa Nasionalisme berlebihan, punya pemimpin hebat yang jago berpidato sampai pingsan pun tidak bakal berpengaruh apa-apa bro,... contoh bagusnya waktu adalah bangsa ITALIA


        . Di buku Perang Eropa Jilid I tulisan PK.Ojong, beliau menulis bahwa bangsa Italia dipimpin oleh pemimpin yang hebat, Mussolini... sang diktator ini ketika fasisme Italia bangkit sangat hebat dalam kancah politik hingga akhirnya memimpin Italia. Mussolini menceburkan Italia dalm poros axis bersama Jerman dan Jepang. Tapi apa lacur? Bangsa Italia bukan karakter bangsa yang suka berperang... tidak keras dan tidak se-disiplin bangsa Jerman dan Jepang dalam kemiliteran. Ini sifat bangsa bro,... kenapa? karena sudah terkenal di seantero eropa lewat anekdot bahwa jika ada dua orang, 1 jerman dan 1 italia,.. berjalan bersama di jalan melewati etalase toko-toko mewah, maka si Jerman akan berjalan terus meneruskan jalannya, sedangkan si Italia pasti akan berhenti, berkaca lewat kaca etalase toko, membenarkan topinya, meluruskan setelan jas-nya dan membenahi kerah bajunya... inilah tipe bangsa Italia,... mereka bukan bangsa yang suka bertempur beda dengan Jerman. Inilah alasan betapa tidak berkualitasnya kemampuan tempur prajurit Italia di medan tempur PD II, bahkan untuk medan perang Afrika sekalipun...

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook