Tuesday, April 14, 2015

YANG PAHIT, BERNAMA NARKOBA.



YANG PAHIT, BERNAMA NARKOBA.

M.RAKIB  PEKANBARU RIAU INDONESIA 2015


Pucuk manis, sambal terasi,
Tukang arit, makan meraba.
Yang manis, bernama prestasi,
Yang pahit, bernama narkoba.


                          Pucuk palas, si daun palas,
                         Letakkan saja, di atas lemari. 
                         Bukan malas, sembarang malas.
                         Orang malas, tak akan mandiri.

Pulau Daik, banyak penyengat.
Pulau Karimun, banyak pegaga;
Kelingking berkait, tetap diingat,
Beribu tahun, dikenang juga.

                        Pulau Pandan, jauh ke tengah,
                        Nampak dari, pantai Andalas.
                        Penipuan terbesar, tentang tanah,
                        Suratnya berlapis, tiga belas.

Pulau pisang, pulau pauh,
Pasirnya seperti, bintang di langit.
Penipuan yang  datang, dari jauh,
Masuk ke kamar, lewat internet.

                      

        Rumah jelek, serambi tak baik,
                        Ikan tenggiri, di dalam dulang;
                        Wajah jelek, prestasi baik,
                        Intelektual tinggi, dipuja orang.


Sapu tangan,  berbunga hijau,
Paduka membeli, pada  Yahudi;
Luka di tangan, karena pisau,
Luka bangsa, karena korupsi.

Menyembah Setan Demi Jabatan. Ada yang  mendakwakan diri tahu ilmu ghaib seperti memberitahukan apa yang akan terjadi di bumi dengan bersandar kepada sebab. Itu asalnya adalah mencuri dengar dari permbicaraan malaikat, lalu disampaikan ke kuping dukun/ kahin. Lafal kahin (dukun) digunakan untuk tukang ramal (‘arrof), yang menebak dengan kerikil, munajjim (ahli nujum– perbintangan/ astrolog), dan digunakan untuk orang yang melaksanakan perkara lain dan upaya memenuhi hajat-hajatnya..

Dalam Kitab al-Muhkam dikatakan: Dukun adalah orang yang memutuskan perkara dengan hal ghaib.

          Dalam kitab Al-Jami’ dikatakan: Orang Arab menamakan setiap orang yang menyiarkan sesuatu sebelum kejadiannya adalah kahin/ dukun. Al-Khotthobi berkata, para dukun adalah kaum yang memiliki perasaan tajam, jiwa yang jahat, dan tempramen berapi-api, lalu mereka dijinakkan syetan karena apa yang ada di antara mereka yaitu mengait-ngaitkan aneka perkara, dan syetan membantu mereka dengan segala apa yang membuat kemampuan para dukun itu sampai padanya.
Jenis-jenis dukun

Perdukunan di zaman jahiliyah tersebar luas terutama di Arab, karena terputusnya kenabian di kalangan mereka. Perdukunan itu ada beberapa macam, di antaranya:

Yang diajari jin. Dulu Jin-jin itu naik ke langit, lalu sebagian mereka menaiki sebagian lainnya sampai dekat ke langit paling atas di mana yang mendengar pembicaraan (malaikat) lalu menyampaikan kepada yang didekatnya, sampai jin yang membisiki kepada jin yang menyampaikan ke kuping dukun, maka dukun itu menambahi (dengan kebohongannya). Ketika Islam datang dan Al-Qur’an turun, maka semua langit itu dijaga dari (intipan) syaitan, dilemparkan nyala api atas syetan-syetan itu, maka yang masih tersisa dari pencurian mereka adalah apa yang diserobot oleh syetan yang berada di tempat paling tinggi disampaikan kepada yang bawahnya sebelum ditimpa oleh nyala api. Kejadian ini ada isyarat Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an:

إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ



Kejadian ini ada isyarat Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an:

إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ(10)

akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (QS As-Shooffaat: 10).

          Dulu sasaran dukun sebelum Islam itu sangat banyak sekali, seperti membuat berita-berita tentang syaqq (jenis kelamin –bayi sebelum lahir), suthaih (hal-hal yang di balik permukaan) dan semacamnya. Adapun di masa Islam maka sungguh telah jarang sekali hal itu hingga hampir tercerabut. Bagi Allah lah segala pujian.

Kedua, Jin mengabarkan kepada orang yang berteman dengannya mengenai hal yang tidak diketahui orang lain berupa hal-hal yang manusia pada umumnya tidak melihatnya, atau orang yang dekat dengan kejadian itu melihatnya, tetapi orang yang jauh tidak.

Ketiga, bersandar kepada prasangka, terkaan, dan duga-duga. Ini kadang Allah menjadikan kekuatan bagi sebagian orang dalam urusan ini serta banyaknya dusta di dalamnya.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook