Tuesday, May 5, 2015

Ia akan disiplin dan malu jika tidak shalat,



KOREA DAN CINA ITU HEBAT
MENCEGAH KENERASI LAMBAT
MELAWAN ORANGTUA SEKARAT
IBUNYA DIPERAS, SAMPAI LUMAT

JIKA ANAK, TERLALU DIMANJA
MERASA DIRINYA, SEBAGAI RAJA
IBUNYALAH YANG PALING TERJAJAH
TERPAKSA BERBOHONG, DENGAN SENGAJA


M.RAKIB LPMP RIAU INDONESIA RAYA
Petunjuk Rasulullah bahwa shalat itu tiang agama mempunyai implikasi luas. Sebuah petunjuk yang lengkap dan sistematis. Ia akan disiplin dan malu jika tidak shalat, demikian juga ia akan malu kalau mengonsumsi narkoba, mencuri, dsb.

Hal ini mampu memberikan rasa tanggung jawab kepada anak, the power of family. Ketika anak telah memiliki fondasi keimanan kuat, maka apapun profesinya akan tetap berjiwa agama. Bagaimana dengan pemberian hadiah dalam memotivasi anak belajar agama, mengingat hal itu akan sangat berperan dalam perkembangan pribadi si anak kelak?Dalam Alquran dan Hadis terdapat istilah ''Bashiran wanadhiran.'' Sesuatu yang menggembirakan dan menakutkan, reward and punishment. Namun, dalam konsep Islam lebih mengutamakan reward. Lebih tegas lagi disebutkan: ''Yassiru wa latuassiru,'' mudahkanlah dan jangan dipersulit. Karena itu, dalam mengajarkan semua ilmu kepada anak, seharusnya dengan cara yang menyenangkan sehingga tidak menimbulkan dendam dan kebencian. Bukankah Alquran menyatakan bahwa Allah memuliakan anak-anak Adam. Bahkan di negara-negara Barat, negara akan menghukum orang tua yang tidak memberikan pendidikan dan penghidupan dengan baik kepada anaknya. Anak itu pun akan diambil oleh negara.

Kecuali sangat terpaksa, hukuman boleh dilakukan. Namun, harus sebagai jalan terakhir dan tidak boleh diulang-ulang, karena tidak akan efektif lagi. Hukuman sebaiknya yang lebih mendidik dan memotivasi anak. Dalam kaitan ini, betapa Nabi Muhammad SAW sangat peduli dalam memperlakukan anak-anak. Dikisahkan, suatu ketika seorang wanita datang menemui Nabi dengan menggendong bayinya. Nabi pun meminta menggendong bayi itu setelah sang ibu menolak karena khawatir ia kencing di gendongan Nabi. Ternyata benar bayi itu mengencingi pakaian Nabi dan sontak sang ibu mengambilnya dengan agak kasar karena malu pada Nabi. Tentu, Rasulullah melarang perlakuan sang ibu tersebut dengan mengatakan, ''bukankah pakaian yang najis ini bisa dicuci. Ini tak seberapa dibanding dengan dampak psikologis terhadap anak tersebut.'' Nabi juga tak marah ketika sang cucu, Husin, menaiki punggungnya sewaktu ia shalat sekalipun harus bersujud lama. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk anak berkepribadian religius, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Bagaimana penjelasannya?
Dalam pendidikan terdapat tanggung jawab tiga angle. Rumah tangga sebagai pembentukan sikap (afektif), sekolah sebagai wahana pengembangan kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. Ketiganya harus ada kesatuan. Rumah tangga sebagai afektif adalah tempat melatih anak bersifat jujur, ikhlas, dermawan, dsb. Nah, sekarang ini ketiga hal itu tidak jalan. Semua hal yang semestinya dilakukan di rumah tangga, diserahkan ke sekolah. Sementara kemampuan sekolah sangat terbatas. Dalam menghadapi era global sekarang ini, sebaiknya jika ketiga hal itu dapat dibangun dengan baik. Kini, kerap muncul nada minor mengenai pengaruh negatif TV, khususnya terhadap anak-anak. Tayangan TV juga dapat membuat anak 'kecanduan' dan terikat dengan televisi. Pada gilirannya, kecanduan ini akan menjadi masalah yang lebih besar. Bagaimana sebaiknya orang tua bersikap?TV adalah sebuah media yang tidak memiliki salah apa-apa. Tapi, program yang dibuat itulah yang akan memberikan dampak bagi anak-anak. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua lebih mempunyai kemampuan mengawasi anak-anaknya. Kita tidak bisa membatasi sama sekali anak-anak dari menonton TV, bagian-bagian yang penting memang harus ditonton, khususnya dalam mendukung perkembangan pendidikan anak. Memang sangat sulit melakukan pembatasan, tapi ini merupakan tantangan bagi kita semua. Saya kira kita bisa melakukan hal itu.
Untuk menjadi orang baik pada zaman sekarang ini memang tidak semudah seperti zaman orang-orang dulu, ketika TV belum ada. Orang tua tidak begitu repot. Tapi kini orang tua juga harus sadar dengan kondisi perkembangan yang ada. Kita tidak bisa mendidik anak-anak sama dengan yang dilakukan 20 tahun lalu. Karena itu, sekali lagi diperlukan the power of family. Dengan wawasan dan metode yang baik kita bisa melakukan itu. Bukankah masih banyak contoh anak-anak keluarga Muslim yang berhasil di zaman sekarang ini.sam/dokrep/Januari 2004
SALAH SATU HIKMAH MENGAPA ANAK YANG TIDAK SHALAT BOLEH DIPUKUL IALAH KARENA ANAK TIDAK BOLEH DIMANJAKAN
Petunjuk Rasulullah bahwa shalat itu tiang agama mempunyai implikasi luas. Sebuah petunjuk yang lengkap dan sistematis. Ia akan disiplin dan malu jika tidak shalat, demikian juga ia akan malu kalau mengonsumsi narkoba, mencuri, dsb.Hal ini mampu memberikan rasa tanggung jawab kepada anak, the power of family. Ketika anak telah memiliki fondasi keimanan kuat, maka apapun profesinya akan tetap berjiwa agama. Bagaimana dengan pemberian hadiah dalam memotivasi anak belajar agama, mengingat hal itu akan sangat berperan dalam perkembangan pribadi si anak kelak?Dalam Alquran dan Hadis terdapat istilah ''Bashiran wanadhiran.'' Sesuatu yang menggembirakan dan menakutkan, reward and punishment. Namun, dalam konsep Islam lebih mengutamakan reward. Lebih tegas lagi disebutkan: ''Yassiru wa latuassiru,'' mudahkanlah dan jangan dipersulit. Karena itu, dalam mengajarkan semua ilmu kepada anak, seharusnya dengan cara yang menyenangkan sehingga tidak menimbulkan dendam dan kebencian. Bukankah Alquran menyatakan bahwa Allah memuliakan anak-anak Adam. Bahkan di negara-negara Barat, negara akan menghukum orang tua yang tidak memberikan pendidikan dan penghidupan dengan baik kepada anaknya. Anak itu pun akan diambil oleh negara.

Kecuali sangat terpaksa, hukuman boleh dilakukan. Namun, harus sebagai jalan terakhir dan tidak boleh diulang-ulang, karena tidak akan efektif lagi. Hukuman sebaiknya yang lebih mendidik dan memotivasi anak.
Jangan memnajakan anak dalam hal yang berkaitan dengansalat dan yang  di luar salat. Menarik juga yang  ditulis Oleh: Ellen White [AkhirZaman.org] Kasih yang Sejati Tidak Bersifat Memanjakan. Kasih adalah kunci ke hati seorang anak, tetapi kasih yang menuntun orang tua untuk memanjakan anak‑anak mereka di dalam keinginan‑keinginan yang tidak halal bukanlah satu kasih yang akan mendatangkan kebajikan bagi mereka. Kasih sayang yang sungguh‑sungguh yang timbul dari kasih kepada Tuhan, salat kepadaNya, akan menyanggupkan orang tua menggunakan wewenang yang bijaksana dan menuntut penurutan yang segera. Hati orang tua dan anak‑anak harus dilebur menjadi satu, sehingga sebagai satu keluarga mereka dapat menjadi satu saluran melalui mana hikmat, kebajikan, kesabaran, kemurahan hati, dan kasih dapat mengalir.1
Anak yang tidak pernah dipukul fisik dan mentalnya, tidak akan mandiri. Terlalu Banyak Kebebasan akan Menghasilkan Anak‑anak yang Pemboros. Alasan mengapa anak‑anak tidak beribadat (Salat) adalah oleh karena mereka diberikan terlalu banyak kebebasan. Kemauan dan kecenderungan mereka manjakan.... Banyak anak‑anak pemboros menjadi demikian oleh sebab manjakan di dalam rumah tangga, oleh sebab orang tua mereka bukanlah orang‑orang yang menurut Firman itu. Pikiran dan tujuan harus ditopang oleh prinsip yang kokoh, tidak menyeleweng dan prinsip yang disucikan. Keteguhan dan kasih sayang harus dikuatkan oleh satu teladan yang teguh dan penuh kasih.2
Lebih Banyak Memanjakan, Lebih Sulit Pengaturannya. Orang tua, jadikan rumah tangga menyenangkan bagi anak‑anakmu. Dengan hal ini, yang saya maksudkan, bukanlah bahwa engkau harus memanjakan mereka. makin dimanjakan mereka, maka akan lebih sulit mereka diatur, dan lebih sulit bagi mereka untuk hidup dengan jujur dan dengan agung bilamana mereka terjun ke dalam masyarakat. Jikalau engkau membiarkan mereka berbuat menurut kemauan mereka, maka kesucian dan keindahan tabiat mereka akan segera pudar. Ajar mereka menurut. Biarlah mereka menyadari bahwa wewenangmu harus dihormati. Hal ini tampaknya memberikan kepada mereka sesuatu yang tidak menyenangkan sekarang ini, tetapi hal ini akan menjauhkan dari mereka banyak hal yang tidak menyenangkan pada kemudian hari.3
Memanjakan seorang anak pada waktu masih kecil dan pada waktu berbuat kesalahan adalah satu dosa. Seorang anak harus dikendalikan.4
Jikalau anak‑anak dibiarkan mengikuti jalan mereka sendiri, maka mereka akan berpendapat bahwa mereka itu harus diawasi, diurus, dimanjakan, dan disenangkan. Mereka beranggapan bahwa segala keinginan dan kemauan mereka harus dikabulkan.5
Tidak bolehkah seorang ibu membiarkan anaknya mengikuti jalan sendiri sekali‑sekali, membiarkan dia untuk berbuat menurut keinginannya sendiri, dan membiarkan dia untuk tidak menurut? Tentu saja tidak, oleh karena bilamana ia berbuat demikian, ia membiarkan setan mengibarkan bendera kejahatannya itu di dalam rumah tangga. Ibu harus terjun dalam peperangan yang dihadapi oleh anaknya itu dimana ia tidak dapat berperang bagi dirinya sendiri. Ini adalah pekerjaannya, untuk mengusir si jahat, untuk mencari Allah dengan sungguh‑sungguh, dan jangan sekali‑kali membiarkan setan merebut anaknya dari tangannya dan menempatkan anak itu pada pangkuan setan.6
Sikap Memanjakan Menyebabkan Kebodohan dan kemalasan, Kegelisahan dan Ketidakpuasan. Di dalam beberapa keluarga keinginan anak‑anak adalah merupakan undang‑undang. Segala sesuatu yang ia ingin  diberikan kepadanya. Untuk segala sesuatu yang tidak disukainya, ia didorong untuk tidak menyukainya. Pemanjaan seperti ini disangka akan menjadikan anak itu berbahagia, tetapi hal‑hal inilah yang menjadikan dia gelisah, tidak puas, dan tidak merasa puas dengan sesuatupun. Pemanjaan telah merusak seleranya untu makanan yang sederhana dan menyehatkan, untuk menggunakan waktunya dengan baik dan dengan cara yang menyehatkan; pemanjaan telah mengakibatkan rusaknya tabiat untuk sekarang ini dan untuk selama‑lamanya.7

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook