Monday, September 7, 2015

ENCIK M.RAKIB CIPATAKARYA PEKANBARU RIAU SUKA BERPANTUN 2015. HP.0823 9038 1888





ENCIK M.RAKIB CIPATAKARYA PEKANBARU RIAU
SUKA BERPANTUN 2015. HP.0823 9038 1888


BAB I
PANTUN INTI DISERTASI
CARA MEMUKUL YANG TIDAK MELANGGAR
HAK ASASI MANUSIA
 

         Pantun dan syair ini merupakan intisari dari disertasi penulis di program Doktor (S3) UIN Suska pekanbaru tahun 2015. Mengapa dirumuskan dalam bentuk pantun? Karena syair dan pantun tidak pernah membosankan untuk dibaca berulang-ulang.

Anak dara mencangkul tanah hitam,
Dikaki bukit, tiga belas
Cara memukul, sesuai HAM
Jangan sakit, jangan berbekas

Jatuh ke parit, sebatang lilin,
Jatuh terkulai, dari atas
Memukul murid, tegakkan disiplin
Jangan sampai, melampaui batas

                                  Di dalam kolam, dasarnya pasir,
                                  Mandilah nyonya, adik beradik
                                  Di dalam Islam, ada hukum ta’zir
                                  Tujuannya hanya, untuk mendidik

Sebuah taman, indah moderen
Menampung hujan,
Jenis hukuman, di pesantren
Atas perjanjian dan persetujuan

                                  Buaya kadal, berenang perlahan
Dari permukaan, Sampai ke dasar
Berdaya feodal, yang masih berjalan
Memberi hukuman, bengis dan kasar

Cobalah tanam, kayu manis
Tampaklah dahan, cabang delapan
Ubahlah hukuman, menjadi humanis
Campakkan yang tidak, lagi relevan

Dikampung terusan, banyak belokan
Langkah tertahan, terjerembeb
Kekerasan adlah budaya,perpelancoan
Sudah ditinggalkan, dunia beradab

Membuat sambal, lada muda,
Terasa lezat, makan pagi.
Seting sosial, kini berbeda,
Hukuman bersifat, lebih manusiawi.

Burung belibis, penunggil taman
Mengkilat bulunya, merah membara
Landasan filosofis, suatu hukuman
Membuat pelakunya, menjadi jera

Kakaktua menggigil, diatas pohon,
Warna bulunya, putih polos.
Orangtua dipanggil, diberi peringatan,
Jika anaknya, selalu membolos.




Putih polos, kakaktua dipekan
Kepalanya indah, bergaris-garis
Muridnya membolos, orangtuanya dipenjarakan
Itulah aturan, berlaku di inggris

Ikan temakul, ikan belanak.
Dikeringkan saja, di atas dahan.
Hindari memukul, wajah anak,
Karena wajah, puncak keindahan.


Ada sumur, tertutup daun
Disitu tempat, mengambil bakul
Anak berumur, sepuluh tahun
Tidak mau shalat, boleh dipukul

Mengamati rembulan, memakai alat,
Orang banyak, juga membidik.
Hukuman pukulan, jika bermanfaat,
Dapat dipakai, dalam mendidik.

Sebelum ketupat, jatuh ke bantal
Dapat ditahan, kain kassa
Hukuman islam, bersifat vertikal, harizontal
Hubungan dengan tuhan dan manusia

Bakul yang basah, milik Cik Sa’ad,
Anak dara, menyimpannya.
Memukul bisa, sesuai syari’at,
Ada cara,  menerapkannya.

Kakaktua, di tangan gembala,
Dibeli dari, tangan pemburu.
Orangtua di zaman, dahulu kala,
Rela anaknya, dipukul guru.

Taman firdaus, yang diimpikan,
Berwarna warni, hawanya sejuk.
Hukuman harus, disosialisasikan,
Agar wali murid, tidak terkejut.

Diharapakan menanak, nasi pulut,
Buluh patah, dijadikan  galah.
Diharapkan anak,  takut dan tunduk,
Mematuhi segala, perintah Allah.




Ikan tembakul,  baru menetas,
Dimasukkan saja, kedalam rantang.
Jika memukul, melampaui batas,
Itulah cara, memukul binatang.

Melati di tangan, berdaun tua,
Dibuat jamu, dicampur tomat.
Hati-hati dengan, sumpah orangtua.
Ayah ibumu, manusia keramat.

Di dalam parit, rusa berendam,
Di sana sudah, terpasang lukah.
Memukul murid, bukannya dendam,
Hanya ingin, punya etika.

Listrik padam,  di Pekanbaru,
Rusaklah hidangan, ikan gurami.
Memukul karena dendam, itu keliru,
Merusak hubungan, silaturrahmi.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook