Friday, February 12, 2016

33 KECACATAN DALAM BERFIKIR Bagian Kedua

33 KECACATAN  DALAM BERFIKIR

Bagian Kedua

Dikutip dari sebuah makalah seseorang dan dianalisis oleh Haji M.Rakib Jamari, S.H.,M.Ag. Untuk Muhalligh IKMI Riau Jl.Todak Gang Udang Putih Pekanbaru Riau Indonesia, agar tidak ada lagi konflik karena isu takfir dan tuduhan bid'ah sesat.

Aku tersesat dalam berfikir dan dalam melangkah
Terutama dalam mimpi-mimpiku akhir-akhir ini
Jalan yang lurus dalam mimpi itu ada, tapi sengaja aku pilih jalan yang bengkok.
Di antara ribuan meja dalam kota tua, kupilih meja yang retak dan kacanya pecah.
Meja itu paling sudut, dan terpinggir.
Kutinggalkan meja yang cantik dan normal,
Hanya untuk mengatisipasi konflik,
baik konflik kebid'ahan maupun konflik pertemanan.

       Kesesatan materialnya karena niatnya bernada  meremehkan, sekaligus menjahannamkan. Logika yang menyesatkan adalah disebakan kesesatan yang terutama menyangkut isi (materi) penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa kedengkian (kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan, dan juga dapat terjadi karena memang tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya yang ada hanya hubungan emosional (kesesatan relevansi). Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata itu dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat yang bersangkutan. Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervariasi artinya. Ketidak cermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan kesesatan penalaran.

1.    Kesesatan Bahasa

Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan keseluruhan arti kalimatnya.

Maka, meskipun kata yang digunakan itu sama, namun dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut dapat bervriasisi artinya. Ketidak cermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat menimbulkan kesesatan penalaran. Berikut ini adalah beberapa bentuk kesesatan karena penggunaan bahasa.

a.       Kesesatan aksentuasi
Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus diberi tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan arti. Karena itu kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.
·      Contoh kesesatan aksentuasi verbal :
-          Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
-          Apel (buah) dan apel (upacara bendera)

·      Contoh kesesatan aksentuasi nonverbal :
-          "Dengan 2,5 juta bisa membawa motor"
(Karena motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta tetapi juga dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir dan keterangan surat kepemilikan rumah).

b.      Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih dari satu arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah kesesatan penalaran.
·      Contoh kesesatan ekuivokasi verbal :
-          bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
-          buntut (ekor) dan buntut (anak kecil yang mengikuti kemanapun seorang dewasa pergi)
·      Contoh kesesatan ekuivokasi nonverbal :
-          Bergandengan sesama jenis pasti homo
-          Menggelengkan kepala (berarti tidak setuju), namun di India menggelengkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain menunjukkan kejujuran.

c.       Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau term tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya satu saja makna yang benar sementara makna yang lain pasti salah.
Contoh :
-          Kucing makan tikus mati.
·         Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
·         Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
·         Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati
-          Dijual kursi bayi tanpa lengan.
·         Arti 1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.
·         Arti 2: Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.

d.      Kesesatan Metaforis
Disebut juga (fallacy of metaphorization) adalah kesesatan yang terjadi karena pencampur-adukkan arti kiasan dan arti sebenarnya. Artinya terdapat unsur persamaan dan sekaligus perbedaan antara kedua arti tersebut. Tetapi bila dalam suatu penalaran arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya maka terjadilah kesesatan metaforis, yang dikenal juga kesesatan karena analogi palsu.
Lelucon dibawah ini adalah contoh dari kesesatan metaforis :
Pembicara 1: Binatang apa yang haram?
Pembicara 2: Babi
P 1: Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?
P 2: ?
P 1: Babi hamil! Karena mengandung babi. Nah, sekarang binatang apa yang paling haram? Lebih haram daripada babi hamil?
P 2: ?
P 1: Babi hamil di luar nikah! Karena anak babinya anak haram..

2.    Kesesatan Relevansi

       Kesesatan relevansi timbul kalau orang menurunkan suatu kesimpulan yang tidak relevan dengan premisnya, artinya secara logis kesimpulan tidak terkandung atau tidak merupakan implikasi dari premisnya. Kesesatan Relevansi adalah sesat pikir yang terjadi karena argumentasi yang diberikan tidak tertuju kepada persoalan yang sesungguhnya tetapi terarah kepada kondisi pribadi dan karakteristik personal seseorang (lawan bicara) yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran atau kekeliruan isi argumennya.

      Jadi penalaran yang mengandung kesesatan relevansi tidak menampakkan adanya hubungan logis antara premis dan kesimpulan, walaupun secara psikologis menampakkan adanya hubungan - namun kesan akan adannya hubungan secara psikologis ini sering kali membuat orang terkecoh. Berikut ini adalah bentuk-bentuk dari kesesatan relevansi :

a.                  Argumentum ad hominem

Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu usulan, tidak berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si pembuat usul.

b.      Argumentum ad Verecundiam atau Argumentum Auctoritatis
Kesesatan ini juga disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena disebabkan oleh orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang pakar. Secara logis tentu dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada orang yang dianggap pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentation” ; yang maknanya, ‘Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya’.

c.       Argumentum ad baculum

Baculum artinya ‘tongkat’. Maksudnya, kesesatan ini timbul kalau penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman. Jika, kita tidak menyetujui sesuatu maka dampaknya kita akan kena sanksi.kita menrima sesuatu itu karena terpaksa, karena takut bukan karena logis.
Contoh:
Seorang anak yang belajar bukan karena ia ingin lebih pintar tapi karena kalau ia tidak terlihat sedang belajar, ibunya akan datang dan mencubitnya.

d.      Argumentum ad misericordiam

Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan. Misalnya, seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena lapar dan tidak mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena itu ia meminta hakim membebaskannya.
e.      Argumentum ad populum
Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak perlu. Yang diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat pada pidato politik, demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.

f.        Kesesatan non cause pro cause

Kesesatan ini terjadi jika kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap. Contohnya yaitu suatu peristiwa yakni Amir jatuh dari sepeda dan meninggal dunia. Orang menyebutnya bahwa Amir meninggal dunia karena jatuh dari sepeda. Akan tetapi menurut visum et repertum dokter, Amir meninggal dunia karena serangan penyakit jantung.(Dikutip dari Makalah yang tidak ada nama pengarangnnya, maaf ya pembaca, bukan kerena aku ingin sok-sok ilmiah.)

KESIMPULAN


       Memang fllacy artinya kesesatan berfikir. Semua orang bisa terjebak dalam lumpur fallacy, sehingga diperlukan sebuah aturan baku yang dapat memandunya agar tidak terperosok dalam sesat pikir yang berakibat buruk terhadap pandangan dunianya. Seseorang yang berpikir tapi tidak mengikuti aturannya, terlihat seperti berpikir benar dan bahkan bias mempengaruhi orang lain yang juga tidak mengikuti aturan berpikir yang benar. Karena itu, al-Qur’an sering kali mencela bahwa ‘sebagian besar manusia tidak berakal’, tidak berpikir’, dan sejenisnya.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook