Wednesday, August 3, 2016

‘Dia (Allah) meletakkan tangan-Nya di antara dua pundakku



HADITS PALSU YANG LAGI-LAGI LUAR BIASA.4
‘UJUNG-UJUNG JARI-TUHAN malah KOK  DI DADA’?
MASYA ALLAH.
Koreksi Terhadap Hadits Palsu: Catatan Dr.M.Rakib Jamari, Pekanbaru Riau Indonesia.
‘Dia (Allah) meletakkan tangan-Nya di antara dua pundakku hingga aku merasakan dingin ujung-ujung jari-Nya di dadaku’. Hadits ini tidaklah terjadi pada malam Mi’raj. Namun ia terjadi saat beliau ada di Madinah” [Majmu’ Al-Fataawaa, 3/387].
Perkataan beliau di atas dianggap sebagai satu bentuk tashhiih yang sekaligus memberikan konsekuensi bahwa wujud Allah itu adalah seperti wujud yang dilihat dalam hadits Ummu Ath-Thufail sebagai seorang pemuda berambut lebat….dst (sebagaimana disebutkan di awal tulisan).
 Penetapan bahwa Allah bisa dilihat dalam mimpi merupakan pendapat yang shahih dari dua pendapat yang ada dari kalangan Ahlus-Sunnah. Al-Imam As-Safaariniy rahimahullah berkata :

وقد اختلف في رؤية الله تعالى مناماً ‏والحق جوازها وبالله التوفيق

“Para ulama telah berbeda pendapat tentang ru’yatullah (melihat Allah) ta’ala dalam mimpi. Yang benar, adalah pendapat yang memperbolehkannya (yaitu memungkinkan hal itu terjadi). Wabillaahit-taufiq” [Lawaami’ul-Anwaar Al-Bahiyyah, 2/285].
Diantara ulama Ahlus-Sunnah yang menetapkannya antara lain
Al-Imam Sa’id bin ‘Utsman Ad-Daarimiy rahimahullah :
وإنما هذه الرؤية كانت في المنام ، وفي المنام يمكن رؤية الله تعالى على كل حال وفي كل صورة. روى معاذ بن جبل عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال:" صليت ما شاء الله من الليل ثم وضعت جنبي، فأتاني ربي في أحسن صورة"
Ru’yah ini hanyalah terjadi dalam mimpi. Dan dalam mimpi, sangat memungkinkan untuk melihat Allah ta’ala dalam segala keadaan dan bentuk (yang baik). Mu’adz bin Jabal meriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : “Aku pernah shalat sesuai kesanggupanku pada satu malam, kemudian aku meletakkan lambungku (tidur). Lalu Rabb-ku mendatangiku dalam sebaik-baik bentuk” [Ar-Radd ‘ala Bisyr Al-Maarisiy, 2/738-739, tahqiq : Dr. Rasyiid Al-Alma’iy].

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook