Thursday, February 15, 2018

JAWABLAH TANTANGAN ZAMAN MELALUI PENDIDIKAN



PENDIDIKAN YANG MENJAWAB TANTANGAN
By   DR.M.RAKIB, SH.,M.Ag. WI LPMP RIAU INDONESIA.2018

Kali ini, penulis bercerita tentang tantangan pendidikan di bidang pendidikan lingkungan hidup yang penulis abadikan dalam sebuah gurindam, maaf bukan gurindam 12 tapi gurindam 13, karena penulis susun dalam tiga belas pasal. Cuplikannya sebagai berikut:
1. Kepada lingkungan, tidak sopan
Akan menuai, badai dan taufan
2. Jika jamban, tidak bersih,
Banyaknya cacing, seperti buih.
3. Kurang bersih, kurang cermat,
Tentu dirimu akan tersesat
4. Apabila rumah, disapunya jarang,
Lipas dan semut, akan meyerang.
5. Ke laut membuang, racun bebisa,
Makhluk hidup, akan binasa.
6. Jika ke sungai, membuang sampah,
Anak cucu, akan menyumpah.
7. Orang asing, menambang emas,
Putra daerah, dibuat lemas.
8. Saluran air, jika tersumbat
Banjir datang, saat hujan lebat.
9. Jika kebun, dibiarkan semak
Babi akan, beranak pinak.
1O. Siapa saja, merusakkan hutan,
Dialah sebenarnya, sahabat Setan.

Selain dari tantangan dari masalah lingkungan, lebih hebat lagi tantangan bagi pendidikan di Indonesia ialah menjamurnya lembaga pendidikan asing, standar dan orientasi pendidikan yang makin pro pasar, serta pasar tenaga kerja yang dibanjiri tenaga kerja asing. (https://dinanurhayati.wordpress.com).Menurut saya (M.Rakib, 2018) ada juga hal yang menggembirakan, yaitu menjamurnya lembaga pendidikan keagamaan yang bermutu, misalnya pendidikan Islam terpadu plus hafal Quran 3 juz. Lembaga ini dapat memenuhi tuntutan masyarakat, sekaligus menjawab tantangan zaman.

Awalnya kehadiran lembaga pendidikan asing agak menakutkan di era MEA, tapi justru merupakan suatu kemestian yang tak dapat ditolak, harus disikapi, disiasati, dihadapi dan dipersiapkan. Ke depan persaingan lembaga pendidikan akan lebih ketat lagi. Persaingan tak hanya antara lembaga pendidikan Indonesia,juga dengan lembaga pendidikan asing. Di sini, mutu dan  kualitas pendidikan akan dipertaruhkan. Tidak mustahil untuk mengejar mutu, masyarakat memilih pendidikan asing. Bukankah selama ini sebagian mereka juga sekolah di lembaga pendidikan asing,  mereka rela meninggalkan tanah air untuk belajar di luar ke Malaysia, Australia, Mesir, Turky misalnya?
Ini menjadi tantangan yang bagi semua pihak yang terlibat, termasuk LPMP. Semua civitas pendidikan harus siap dan mempersiapkan diri menghadapi MEA. Mereka dituntut meningkatkan kemampuan, kualitas, etos kerja, dan tanggung jawab. Ditambah lagi posisi mereka sebagai produsen SDM Indonesia.
Pantun unggulan penulis dalam buku “Pantun Pendidikan Yang Menantang” sebagai berikut:
                     Kalau tuan, mencari kutu,
                     Jangan disuruh, orang buta.
                     Kalau ingin, pendidikan bermutu,
                     Tanamkan prinsip, berwirausaha.
Wirausaha atau wiraswasta adalah interpreneur, setara dengan live skill yang harus dimiliki generasi muda.
Maksudnya pendidikan kita ke depan harus berorientasi pada pangsa pasar. Konsep pendidikan Link annd Match yang digagas mantan Menteri Pendidikan Prof. Dr Wardiman Joyonogoro. Link and Match ialah pendekatan menghendaki adanya hubungan anatara dunia pendidikan dan dunia usaha atau industri. Dunia penidikan disiapkan sebagai pemasok tenaga kerja handal sedangkan dunia usaha sebagai pengguna. Sehingga dalam Link and Match, kurikulum menyesuaikan dunia usaha dan industry, atau kurikulum yang berbasis keinginan masyarakat.
Pernah waktu itu,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Baswedan mencabut pemberlakuan Kurikulun 2013 dengan alasan penerapan kurikulum itu terlalu buru-buru. Kurikulum 2013  disempurnakan. Mustinya, penyempurnaan itu juga mengakomodir kepentingan kita semua menghadapi MEA. Beratnya tantangan dan tuntutan dunia pendidikan terkait MEA adalah berorientasi pada pasar. Karena kurikulum idealnya tanggap terhadap pesoalan persaingan ekonomi. Kurikulum pendidikan bisa menjawab kebutuhan menghadapi pasar bebas.

Dan paling penting dari semuanya adalah kesiapan guru dalam menghadapi MEA. Karena guru berada pada garda terdepan pendidikan, yang menyiapkan SDM Indonesia bersaing di MEA. Untuk itu guru harus meningkatkan etos kerja, kualitas diri, kreatifitas dalam mendidik dan mengajar peserta didik. Program Tunjangan Sertifikasi Guru (TPG) yang digulirkan oleh Pemerintah beberapa tahun belakangan harus dimaknai sebagai usaha meningkatkan kulaitas, profesionalisme  disamping meningkatkan kesejahteraan guru tentunya.

 Indonesia tidak bisa menghindar. Semua harus siap termasuk dunia pendidikan. Dan guru sebagai pelaku pendidikan yang berada di garda terdepan harusnya lebih tanggap dan siap. Jangan pernah meremehkan.  Bila Pendidikan kita tak siap, bisa jadi masyarakat kita sendiri akan memilih lembaga pendidikan asing. Ini menjadi memalukan. Garam saja Indonesia masih inport dari Negara lain. Selain itu , pendidikan kita tak akan mampu mencetak SDM Indonesia handal yang dapat bersaing dan memenangkan di era MEA. Ini yang menjadi ketakutan sebagian dari kita. Sekarang saatnya kita buang ketakutan, menyongsong optimisme ke depan dengan usaha dan kerja keras.
Global adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.” (Maryati Kun, Sosiologi, 2007, Halaman 37). Dalam memasuki Masyarakat Ekonomi Asean yang telah dimulai. Kita harus mempersiapkan diri untuk persaingan yang akan di hadapi dalam proses mendunia ini, perang dagang dan perang pemikiran(Ghazwul Fikry).

Masyarakat Ekonomi Asean tentu memiliki dampak yang membawa Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi, kalau memang sudah ditemukan cara mengolah sawit sendiri, tidak perlu dikirim bahan mentahnya ke luar negeri. Ciptakan amesin sawit terbaru, yang sekalipus menciptakan lapangan kerja baru yang sangat luas dan meningkatkan kesejahteraan banyak orang. Hal ini akan menjadi dampak buruk apabila manusia di Indonesia sendiri belum siap untuk menghadapinya.

Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean, hal tersebut dapat membuka arus perdagangan, bahkan dalam sektor jasapun akan mudah untuk masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia harus dapat membenahi pemakaian solar energy, juga tenaga angina, disertai kualitas sumber daya manusia di negara ini agar nantinya dapat bersaing dalam hal kemampuan dengan sumber daya manusia dari negara lainnya di asia tenggara. Hal ini dapat dimulai dengan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, yang tentunya dengan bantuan dari beberapa program pemerintah seperti adanya sekolah gratis bagi orang-orang yang kurang mampu dan wajib belajar sampai tamat sekolah menengah akhir.
Agar sejak dini, masyarakat Indonesia sudah dipupuk oleh pendidikan yang berkualitas. Dengan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, masyarakat Indonesia bukan hanya dapat bersaing dengan warga negara asing yang bekerja di Indonesia saja. Bahkan, bisa jadi orang Indonesia sendiri yang bekerja di luar wilayah Indonesia, jika dapat memenuhi kualifikasi dan memiliki kualitas yang mumpuni.

Kedua, membangunkan dan menuntut masyarakat Indonesia untuk kreatif. Karena pada dewasa ini ekonomi kreatif sangat menonjol dan untuk dapat bertahan, manusianya harus dapat memunculkan ide-ide baru tentang memanfaatkan sawit untuk makanan dan energy baru yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain. Dengan kreatifitas itu masyarakat Indonesia dapat membuat usaha start up seperti yang sekarang ini sudah mulai banyak berkembang. Selain dapat bertahan dalam bersaing dengan usaha dari luar negeri juga hal tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan yang tentunya dapat terbuka lebar bagi bangsa Indonesia.

Ketiga, banyak pelatihan, agar masyarakat Indonesia bukan hanya memiliki tingkat intelektual yang tinggi. Tetapi juga memiliki sebuah keahlian yang betul-betul dijamin dapat diandalkan.
Kesimpulannya mengenai persaingan dalam era zaman now, memang baik adanya untuk perkembangan dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, namun, hal tersebut dapat membawa dampak buruk bagi suatu negara, yang sumber daya manusianya belum siap untuk menghadapi persaingan terbuka. Karena itu, masyarakat Indonesia harus memiliki kualitas iman dan moral anti narkoba yang tinggi dan kualitas pendidikan keterampilan yang tinggi, harus kreatif, dan harus memiliki keahlian wiraswasta.

No comments:

Post a Comment

Komentar Facebook